"Permisi...", "Iya... ooh ada om Deden... masuk aja om..." Hari itu Demi kedatangan tamu, seorang yang pasti setidaknya ...
"Permisi...", "Iya... ooh ada om Deden... masuk aja om..." Hari itu Demi kedatangan tamu, seorang yang pasti setidaknya sebulan sekali mampir kerumah mama muda itu. Demi selalu menyambut hangat kedatangan pria itu. kalau tamu spesial itu langsung diajak pergi keruang tengah saja sambil duduk disofa panjang dan nonton tivi. "hehe... kamu makin cantik aja ya...", "aduh bisa aja om...hehe..." layaknya seperti orang pacaran saja mereka duduk berdua. "hehe... anak kamu kemana?", "bentar lagi pulang kok om, masih dijemput si Efni...", "hmm... gitu ya..." Deden baru duduk sebentar sudah sibuk melihati Demi yang menggoda itu, mama muda itu hanya memakai kaos dan rok mini saja, dada besar Demi adalah hal favorit yang disukai oleh Deden. "om Deden sebentar ya aku bikinin minum dulu...", "eh gak usah...", "loh kok gak usah? kan pasti haus habis perjalanan kesini..", "iya sih... udah sini aja ya...", "wah apa itu om?" Deden mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, ternyata dalam amplop itu berisi uang, yang kini sedang ditunjukan pada Demi. "ini buat... kamu sama Ofin ya...", "aduh om... aku...", "udah terima aja...", "bener nih om... makasih ya..." Demi tersenyum manis, sangat manis karena memang ia sudah pegang uang banyak sekarang. "hehe iya...wah...", "makasih banget loh om... om Deden tau banget ya kalau aku perlu ini..." Demi kini mendekat dan bersender dibahu Deden sambil ia tempelkan toket besarnya ditangan pria itu.
"iya dong... kan gak ada yang cari uang dirumah ini...", "iya.... om Deden emang baik banget...", "hehe...hmm...", "Om Deden gak capek... apa mau istirahat dulu...", "nah...kalau itu..." tiba tiba ada suara pintu depan dibuka, ternyata Efni datang bersama Ofin. "ma....", "iya... duh anak mama udah pulang..." Demi pergi untuk menyambut anaknya. "ma... aku mau main ya...", "loh ganti baju dulu dong...", "oh iya...", "eh bentar sini dulu... ayo salim sama om Deden...", "iya... om Deden..." Ofin menurut saja disuruh menemui Deden sebentar...", "haha iya Ofin...", "Om Deden sendiri aja?", "iya... eh, ini buat kamu Ofin...", "wah... makasih ya om...", "iya...hehe..." Setelah itu Ofin pergi kekamarnya untuk ganti baju. Demi kembali duduk disebelah Deden. "Efni...", "apaan?", "ini ada om Deden...", "emang kenapa?" Efni tidak menyambut Deden dengan baik. Efni pergi kekamarnya sendiri. "aduh... maaf ya om Deden... Efni tetep aja begitu...", "udah gak papa...", tak lama muncul Ofin berpamitan, "mama... om Deden... aku main dulu ya...", "iya... awas jatoh lagi..." Ofin kemudian pergi dengan senang, karena tadi juga dapat uang jajan dari Deden.
" mbak Aku keluar dulu...", "kemana Efni?", "kemana aja deh, asal gak ketemu ini orang...dah..." Efni kemudian pergi dengan sinisnya. "Maafin Efni ya Om...", "gak papa kok Demi... nanti juga baik baik sendiri pasti..." Efni memang sengaja begitu, karena Deden sebenarnya ingin menikahi Demi tapi Efni tidak setuju. Demi juga mendukung Efni, jadi meski sering kerumah itu, Deden tak akan menikah dengan Demi. "oh iya om... mau istirahat dulu?", "hmm...iya nih agak pegel badan...", "hmm... ayo Demi anterin kekamar om..." dengan senang hati Deden diajak kekamar. Sampai dikamar, Demi naik kasur duluan, disusul Deden. "wah...hehe...", "sini om...nah..." dengan enaknya Deden tiduran dipangkuan Demi, kini tak bisa ia melihat wajah indah demi, karena diatasnya ada toket besar yang tertutup kaos. "Demi...", "oh iya, masih belum aku bikinin minum loh om...", "udah minim itu aja Demi...eh...", "ooh... om Deden mau minum susu aja nih?", "hehe iya deh...", "hmm...ngh...nah...udah nih om..." Demi mengangkat kaosnya, sampai buah dadanya terlihat semua dan terbebas dari perlindungan. melototlah Deden gunung besar diatas wajahnya begitu indah dengan ujung yang menggoda. "nah..hehe...hmm..." Demi merunduk dan kini toketnya ada diwajah Deden, "udah om ini...aahn..mmh..." wangi toket Demi begitu semerbak, membuat nafsu Deden memuncak, segera Deden menggerakan mulutnya menuju puting kenyal Demi dan mulai menyedotnya. "mmh.mm...mm...sluurp...mm...aah..." sebentar saja ia emut dan sedot puting kenyal Demi itu, sudah mengalir susu kesukaan Deden itu. "tuh om Deden ternyata haus banget yah...", "mmh...sluurp...aah...hehe...iya ini...umm... sluurp...mmh..." Deden tak lupa menggunakan tangannya juga, ia pegang toket besar Demi itu, kini ia remas remas, ia goyangkan dengan asyik, karena ia senang sekali main main dengan toket besar Demi itu. "ooh...nngh... om... ini..." Demi melihat kearah celana Deden, lalu ia segera membuka celana pria itu, dan menangkap penis yang sudah tegak. "wah... Demi...", "udah om Deden minum aja lagi... biar Demi bantuin nih...", "ooh iya iya...hehe...umm..mmh.." Deden senang sekali, saat bisa nyusu sambil batang penisnya dielus tangan halus Demi itu.
Efni disisi lain pergi untuk membeli obat. "yang biasanya ya...", "oke mbak efni... ini...", "hmm iya.. nah makasih ya..." Efni seminggu sekali membeli obat yang ia butuhkan, begitu juga kakaknya, obat itu adalah obat kb. Setelah itu Efni bersiap untuk kembali kerumah, tapi ia ingat kalau disana ada Deden, yang ia tau kalau sudah ditinggal pasti sekarang sudah asyik berdua dengan kakaknya itu. Efni bingung harus kemana, ia cari target saja kerumah orang. Efni tentu tak ingin mampir kerumah yang pernah masuki, karena takut beda cerita lagi dari kisah asiknya dulu. "mbak Efni...", "hmm? ooh Waza... hai..." Demi dijalan itu bertemu Waza yang baru saja pulang sekolah. Waza tentu senang sekali bisa bertemu Efni. "dari mana mbak Efni?", "habis dari toko... kamu baru pulang sekolah?", "iya... eh kenalin ini mbak Efni..." Waza memang kali itu tidak sendiri. "eh... hmm salam kenal mbak...", "iya... aku Efni...", "aku Erik...", "ooh iya Erik...hehe..." Erik sebentar sudah terpaku pada Efni yang menggoda itu. "mbak Efni mau pulang ya?", "iya tadi... tapi... lupa kunci jadi... gak bisa pulang...", "wah kasian mbak Efni...", "ehm.... rumah kamu dimana Waza?", "udah deket kok mbak..", "ooh... aku kerumah kamu dulu boleh gak?", "wah boleh banget mbak...", "hehe... oke..." Waza senang saja kini berjalan pulang dengan Efni, sedang Erik heran sekali karena temannya itu bisa kenal dengan seorang bidadari seperti Efni. setelah berjalan beberapa saat, Erik tampaknya harus belok kejalan lain. "aku pulang dulu ya...", "iya Erik... eh, habis ini kerumah Waza aja ya...", "ooh iya mbak Efni..." Erik pun bergegas pulang.Tak lama kini Efni juga sampai dirumah Waza. "udah sampe mbak...", "hmm iya...", "bentar mbak... udah masuk aja mbak..." setelah membuka pintu, Waza mempersilahkan Efni masuk. Efni duduk saja diruang tamu, Waza sudah pergi untuk ganti baju. tak lama Waza kembali sambil membawa segelas minuman. "aduh waza, jadi ngerepotin nih...", "gak papa mbak...hehe..." waza kemudian ikut duduk diruang tamu itu. minuman yang dihidangkan Waza sudah dicicipi Efni, setelah itu Efni mulai melihat kesana kemari. "kok sepi rumah kamu dek?", "iya kerja semua mbak...", "hmm, kamu gak keburu pergi kemana mana kan?", "enggak kok mbak..." meski sebenarnya Waza biasanya main keluar. "ooh iya udah... sini Waza...", "eh..mbak..." Efni tanpa basa basi mendekati Waza, tentu untuk menyajikan keindahan tubuhnya itu.
Demi disisi lain sudah sibuk, karena ia dengan Deden sudah telanjang, dan bahkan tubuh Demi sudah ditindih pria itu, "mmh..cup..ahn..mmh...", "mmh...ngh..mmh.." mereka asik bercumbu, sambil mengelus tubuh lawan mainnya. "aah... om Deden..", "udah ya Demi, aku masukin ya..", "ehm...iya deh om...ah..mmgh...", "hehe...uuh.."Deden pun mulai menyelundupkan penisnya kearah memek Demi, sleeb, masuk sedikit, ditarik keluar, lalu didorong dengan hebat, jeeb, masuk semua sampai Demi mengerang, "Aaaahn...nngh...ouh...besarnya punya om...aah...", "hehe masa sih...ngh..uh.... Demi..umm..mmh..." sudah menancap batang kemaluannya dimemek Demi, Deden pun makin mengganas, toket besar Demi diremas remas lagi, puting susu mama muda itu tak lupa diemut dan disedot lagi. Deden bisa merasakan kenikmatan yang ia harus tunggu setidaknya sebulan sekali itu. "aah...mmh...uuh...", "nngh... Demi..ummh...", "aahn... om Deden...emang hebat ya...aah..." Deden menggerakan batang pamungkasnya maju mundur dengan enak, sambil dinikmatinya saat saat indah bersama Demi itu. Memek hangat Demi seperti menghisap batang penis Deden itu, ditambah sambil menggrayangi tubuh mulus Demi itu tentu Deden tak akan pernah lupa akan kenikmatan yang ia rasakan itu. "mmh...aah... Demi... cup..mmgh...", "cup..mmh..mm..ngh..." Demi juga tak bermalas malasan menunggu tubuhnya digoyang saja, bila diajak bercumbu ia juga melayani dengan baik. Ranjang ikut bergoyang sesuai aksi persetubuhan diatasnya. Tentu Deden bisa menahan, tapi tak lama, ia pun klimaks juga, "aah...auh..." Deden sempat menarik penisnya keluar, lalu croot croot, cairan putih muncrat keatas tubuh Demi. "ouh..mmh...wah... banyaknya...", Deden minggir sebentar menunggu Demi mengurus tubuhnya dulu, "uuh...maaf ya Demi...jadi begini kamu...", "gak papa kok om... bentar..." Demi kini membalikan badannya, ia malah mengambil posisi nungging, sambil tak lupa ia buka dua pahanya agar memeknya terlihat. "wah...Demi...", "mau lagi gak nih om? kalau mau keluar lagi bisa diatas nih...hihi..", "wah... siap deh Demi...hehe" Tentu Deden pun semangat lagi untuk ngeseks dengan posisi doggy style yang juga ingin ia coba. "nah...ah...aaahn!..." Demi pun ngentot lagi, ia tak memikirkan apabila Efni atau Ofin akan pulang kerumah.
Ofin tampaknya masih sibuk main, juga menggunakan uang jajannya. Sedang Efni, kini sudah sibuk membiarkan toket besarnya dinikmati oleh Waza lagi. "sluurp..mmh..ah...", "habis sekolah haus banget kamu ya Waza... udah habis berapa liter nih susuku...haha...", "mmh...aah... maaf mbak... gak tau nih masih pengen aja...", "hehe iya... eh itu ada orang didepan...", "aduh bentar mbak..." ada suara bel didepan, tentu Waza dan Efni merapikan pakaiannya, lalu Waza pun pergi kepintu depan. Setelah dibuka, ternyata si Erik yang datang. "Hehe... hei...", "ternyata elu Rik... udah masuk aja...", Setelah Erik masuk, Kemudian ia bisa melihat Efni yang memang masih diruang depan itu. "oalah Erik toh... bikin bingung aja...hihi..." Efni tertawa kecil, memang tadi Waza sampai bingung mengelap wajahnya yang basah oleh susu, begitu juga Efni harus menyimpan toketnya dalam bajunya. "eh... emang kenapa mbak..", "hehe ndak papa... eh Waza... kamar kamu dimana?", "ehm itu disana mbak...", "oke aku kesana dulu yah... aku tunggu kalian disana..." Efni pun pergi kekamar Waza. Erik masih memasang wajah bingungnya. "tunggu apaan mbak Efni dikamar?", "aduh gak bisa cerita deh... mending... langsung kesana aja... tapi jangan kaget yah...", "hah? iya iya..." Waza dan Erik kemudian pergi kekamar juga. Sampai disana, Erik yang terlihat paling kaget, bocah smp itu melihat Efni sudah berpose cantik diatas kasur, tanpa memakai baju, Erik takjub melihat buah dada besar Efni yang begitu menggoda. "Hai... sini kalian..." Waza sudah senyam senyum sendiri sambil mendekati Efni, Erik masih kaku didepan pintu kamar. "eh...mbak Efni...", "udah Erik pintunya ditutup dulu... nah...udah sini..." Erik menutup pintu, lalu mulai mendekati kasur. disebelah kiri Efni ada Waza, dan dikanannya ada Erik yang baru mendekat. "ehm... mbak Efni...", "sst... udah ayo kamu keburu kalah sama Waza... udah habis banyak loh dia..", "habis apa...wah..." Erik kemudian melihat kearah Waza, ternyata temannya itu sudah memegang buah dada kiri Efni, juga mulutnya sibuk menghisap puting kiri Efni. "tuh... hehe...udah nih... ayo..." Erik baru tau apa yang dimaksud oleh Efni. "ehm...i...iya... hm...", "udah gak usah malu ah...pegang aja..." Efni menarik tangan Erik lalu didaratkan dibuah dada kanan, "wah...", "kamu pasti udah lama pengen pegang ini kan?", "ehm...iya...wah.." Erik baru menyadari akan kesempatan yang ia dapat, barulah ia berani memegang dan mulai meraba toket besar EFni itu. "sluurp..mmh..mm...ah..." Waza sudah tidak banyak cincong ia sudah sibuk nyusu saja. "Erik... ayo jangan mau kalah sama Waza...", "eh...iya mbak...bentar...ini...um..mmh...mm...sluurp..wah...mm...mmh..." setelah berani melahap puting kiri Efni, Erik mulai menghisap puting kenyal itu, dan segera ia bisa merasakan susu segar Efni, yang membuatnya takjub. "nah gitu...nngh...aahn... uuh..." Efni pun membiarkan toket besarnya disedot dua bocah smp itu.
Erik memang baru mulai, tapi tentu ia tak mau kalah dari Waza, ia sedot puting susu Efni dengan kuat, air susu yang masuk kemulutnya langsung ia teguk dengan segera. Efni sampai heran bisa bisa susunya habis disantap dua bocah smp itu. "mmh...sluurp..mh..uhuk..ngh...", "pelan pelan aja...tuh sampe batuk...", "mmh...ah...iya mbak...", "kalian agak deket sini...nah...hehe..." Efni kemudian menggunakan tangannya, ia buka resleting celana dua bocah smp itu, di kanan dan di kirinya kini Efni memegang dua batang penis bocah smp. "auh..wah..ngh...", "mbak Efni..mh..." Waza dan Erik pun merasa kenikmatan lain lagi saat penisnya dielus tangan Efni. "hehe... enak gak nih...wah Waza..." Waza yang memang sedari tadi sudah sibuk duluan dengan Efni tentu jadi klimaks duluan, croot croot, ia semburkan sperma yang jatuh dikasurnya. "aah...mmh..maaf mbak...", "untung gak kena aku... udah ayo copot dulu pakaian kalian.." Waza dan Erik pun menurut. Setelah itu mereka melihat Efni yang juga mulai telanjang, Erik yang baru pertama melihat langsung tubuh mulus nan indah milik Efni itu tentu sangat terkejut. "wah...hmm...", "hehe... kenapa Erik?", "mbak Efni... cantiik banget ya...", "iya dong...hehe... udah ayo sini..." Efni menyuruh dua bocah itu berdiri disamping cewek itu. Efni kemudian bisa melihat dua batang penis tegak disebelahnya, tentu ia tangkap, dan ia kocok lagi. "wah..ah...", "mbak Efni..mmh...", "tinggal Erik nih yang belum keluar... Waza udah...umm..mmgh..." Efni mendekat dan di emutnya penis milik Waza itu, ia sedot juga sisa sperma dalam batang yang tegak lagi itu. "aah...aduh..mh..", "mmh...mmh...aah... tahan dong dek...umh..." Setelah itu Efni berpindah menyantap penis tegak milik Erik, "waduh...ah..." Erik jelas kaget, karena baru pertama ia rasakan kenikmatan saat penisnya diemut cewek. "ummh..mmh...mmh..." tau begitu, Efni malah mengganas, ia gerakan kepalanya dengan cepat maju mundur sambil ia emut dan ia sedot juga penis tegak milik Erik itu. Waza geleng geleng saja, ia sudah senang penisnya kini masih dikocok tangan Efni. "aah...mbak...auh..." Croot croot, Erik klimaks dan mengisi mulut EFni dengan sperma. "mmgh...mmh...gleeg...uhuk..mmh...aah.." Efni sontak menjauh sebentar untuk menelan sperma dimulutnya. "m..maaf mbak Efni...", "nngh.. .gak papa kok Erik...udah ah ayo maen yuk...", "wah... main..." Waza jadi semangat tiba tiba. "hehe... Ayo ambil posisi... Waza sini..", "eh..mbak..." Waza disuruh tiduran dikasur, dan Efni ada diatas bocah smp itu. "kuat gak nih tahan badanku?", "m...kuat mungkin mbak..", "iya udah..hehe... Erik tunggu bentar yah...", "iya mbak..." Waza pandangannya tertutupi dua gunung besar milik Efni yang kini didaratkan didekat wajah bocah smp itu, Waza tiba tiba merasakan penisnya yang tegak terhisap suatu lubang, ternyata Efni sudah mendaratkan bokongnya, dan sleeb, memeknya jatuh menelan penis tegak Waza. Erik yang melihat dari sudut lain tentu takjub, ternyata melihat langsung memek bertemu penis tegak begitu merangsang. "aaahn...aah...uuh...", "wah...auh.." Waza kaget saja tiba tiba sudah enak saja dirasakannya, saat penisnya terbalut hangat dinding vagina EFni itu. "nngh... Erik... mau ikut nggak...", "i...ikut gimana mbak...", "iya ayo masukin juga tuh punya kamu...", "eh... hmm... bentar mbak..." Erik yang penasaran tentu ingin segera ikutan. Erik mendekat, ia agak bingung sebenarnya, tapi ia coba saja, ia pegang penisnya, lalu ia dorong saja kememek Efni itu juga. Sleeb, meski tak masuk seluruhnya, tentu membuat Efni sampai melotot. "Erik...itu..aah...nngh...", "wah..ngh... kenapa mbak... sakit ya..." Efni sebenarnya minta lubang pantatnya saja yang disodok penis, tapi Efni merasa memeknya perlu ditempa juga disodok dua batang sekaligus. "aah...gak papa... gerakin coba..aaaaah..." Efni merasakan hal yang luar biasa, sampai tubuhnya serasa melayang saat memeknya disodok dua penis sekaligus."wah..ngh...uh..." Erik pun merasakan kenikmatan luar biasa, baru pertama sudah beraksi menikmati memek Efni itu. "aah...aah...gila...aaahn..." Efni makin mengerang hebat saat kini Waza ikut menggerakan batang penisnya juga. "mmh...wah..mmh..." Waza memang tak bisa melihat, jadi ia ingin menikmati saja memek hangat Efni. Erik yang bisa melihat sampai keheranan, ternyata bisa juga dua penis tegak berlomba menyodok satu lubang kenikmatan. EFni tak menyangka apa yang ia lakukan dengan dua bocah itu sangat menakjubkan, Efni tak bisa berfikir bila dua penis yang menyodok memeknya itu milik dua orang dewasa, entah bagaimana nasib memek cewek itu jadinya. "aah...aahn...nngh..ouh... hebat...kalian...aahn..." Efni sibuk merasakan memeknya, yang kini terus dipenetrasi, satu penis maju satu penis mundur, lalu bergerak bergantian, serasa memek EFni dites kelenturannya. Erik dan Waza sibuk merasakan saja nikmatnya ngentot. Waza yang lebih untung dari pada Erik itu bisa sambil memeras toket besar EFni, juga sesekali menyedot puting susu cewek aduhai itu. "sluurp..mmh...aah..", "aahn..aahn..uuh...aaaah!!" Efni mengerang hebat, karena cewek itu sampai klimaks juga, Spluuur spluurt... Cairan kewanitaan muncrat dengan hebat dari memek Efni, Erik dan Waza sampai kaget tiba tiba penis mereka basah. "wah...mbak EFni...", "aah... aah... nngh... ayo... terusin dek...aah...", "mmh...iya mbak...ooh..." Efni sampai benar benar dimabuk kepayang, badannya serasa melayang, habis klimaks juga memeknya masih digoyang, sleeb sleeb sleeb, air kewanitaan Efni muncrat muncrat saat memek Efni diseruduk dua penis tegak bergantian. EFni memeluk Waza, karena ia jadi lemas, Waza berusaha menahan tubuh Efni yang agak berat itu. kini berbalik Erik yang paling bebas, tinggal terus ia dorong penisnya maju mundur dengan enak, sambil ia pegang bokong besar Efni itu juga. Toket besar Efni bahkan tak perlu diremas lagi, puting susunya sudah memuncratkan susu. Waza tak begitu faham tapi ia jelas terkejut dan sangat kagum dengan kehebatan tubuh Efni itu. "aahn...aahn...ngh..oouh..." Efni tak berhenti mendesah karena sangat menikmati waktunya ngentot dengan dua bocah smp itu. Entah berapa lama mereka sibuk ngeseks diranjang yang makin basah itu. Tak lama kemudian, bocah bocah smp itu sudah tak kuat lagi. "mbak aku mau itu...ah..", "keluarin aja Waza... Erik juga..aah..aaahn!" Croot croot memek Efni disembur sperma, "uuh...auh..." Croot croot, Erik ikutan klimaks juga. "aah...aah...aaaaahn..." Efni sampai klimaks yang kedua juga, cairan kewanitaan Efni mendorong semua sperma keluar dari memek cewek itu.
Banjir sudah kasir Waza itu, penuh cairan persetubuhan. Waza dan Erik kemudian menjauhi kasur dan membiarkan Efni istirahat. Efni entah berapa menit berlalu baru bicara, karena benar benar terpuaskan atas aksi ngeseks threesome nya tadi. "m...mbak Efni...", "nngh...aah... aku udah gak papa kok...hehe...ngh..uuh..." Efni duduk dikasur sebentar, Waza dan Erik mendekat untuk melihat cewek itu. "hm... mbak Efni bisa..", "iya bisa kok... aku kekamar mandi dulu yah..." Efni bangkit, lalu pergi kekamar mandi. "hehe... hahaha... hebat banget Za..." Erik kegirangan setelah tau ia habis ngentot dengan cewek montok. "iya iya... aduh gimana ini..." Waza malah terlihat bingung melihat kasurnya yang amburadul. "kenapa? wah aduh...", "udah ayo bantuin aku..." dua bocah itu berpakaian lagi, setelah itu mereka sibuk mengurus kamar itu. Saat Efni kembali, ia melihat kamar sudah rapi, tapi kasur yang basah masih membuat dua bocah smp itu bingung. "hmm? kenapa kalian...haha...", "ndak papa mbak...itu...", "gara gara ulah kalian sendiri tuh... hayo gimana..." Efni sambil berpakaian lagi, ia ajak bicara dua bocah smp itu. "ehm... gimana yah...", "haha... udah kalian pikir bareng... aku balik dulu yah..", "ooh mbak Efni mau pulang... apa perlu...", "udah bisa pulang sendiri kok...sini... cup...cup...hehe... makasih ya... kalian emang hebat..", "wah... hehe..." senang saja dua bocah itu dicium oleh Efni. "nah aku pulang dulu yah... dadah..." Efni pun pergi dari rumah itu. Kini tinggal Waza dan Erik yang bingung harus bilang apa nanti soal kasur yang basah itu, apalagi bau cairan persetubuhan juga. Setelah Efni sampai dirumah, ia melihat Ofin juga baru dateng. "baru pulang dek?", "iya mbak... " setelah masuk kerumah, baru mereka melihat Demi yang terlihat habis mandi. "mbak Demi... Deden udah pulang yah?", "udah pulang kok Efni...eh sini kekamar bentar... Ofin sana makan dulu dibelakang...", "ooh iya..." Ofin pergi kebelakang untuk makan, Efni mengikuti kakaknya kekamar. "nih... buat kamu juga...", "wah makasih mbak Demi...", "hehe iya... kamu dari mana sih... tumben lama...", "hehe... habis experimen...", "experimen apaan?", "ah udah... aku mau makan juga ah..." Efni pergi sambil membawa beberapa uang. Demi pun segera berpakaian, setelah itu pergi makan juga. Demi dan EFni tampaknya tak akan berhenti ngeseks untuk sementara waktu itu, tentu agar pemasukan mereka tetap terjaga.
"iya dong... kan gak ada yang cari uang dirumah ini...", "iya.... om Deden emang baik banget...", "hehe...hmm...", "Om Deden gak capek... apa mau istirahat dulu...", "nah...kalau itu..." tiba tiba ada suara pintu depan dibuka, ternyata Efni datang bersama Ofin. "ma....", "iya... duh anak mama udah pulang..." Demi pergi untuk menyambut anaknya. "ma... aku mau main ya...", "loh ganti baju dulu dong...", "oh iya...", "eh bentar sini dulu... ayo salim sama om Deden...", "iya... om Deden..." Ofin menurut saja disuruh menemui Deden sebentar...", "haha iya Ofin...", "Om Deden sendiri aja?", "iya... eh, ini buat kamu Ofin...", "wah... makasih ya om...", "iya...hehe..." Setelah itu Ofin pergi kekamarnya untuk ganti baju. Demi kembali duduk disebelah Deden. "Efni...", "apaan?", "ini ada om Deden...", "emang kenapa?" Efni tidak menyambut Deden dengan baik. Efni pergi kekamarnya sendiri. "aduh... maaf ya om Deden... Efni tetep aja begitu...", "udah gak papa...", tak lama muncul Ofin berpamitan, "mama... om Deden... aku main dulu ya...", "iya... awas jatoh lagi..." Ofin kemudian pergi dengan senang, karena tadi juga dapat uang jajan dari Deden.
" mbak Aku keluar dulu...", "kemana Efni?", "kemana aja deh, asal gak ketemu ini orang...dah..." Efni kemudian pergi dengan sinisnya. "Maafin Efni ya Om...", "gak papa kok Demi... nanti juga baik baik sendiri pasti..." Efni memang sengaja begitu, karena Deden sebenarnya ingin menikahi Demi tapi Efni tidak setuju. Demi juga mendukung Efni, jadi meski sering kerumah itu, Deden tak akan menikah dengan Demi. "oh iya om... mau istirahat dulu?", "hmm...iya nih agak pegel badan...", "hmm... ayo Demi anterin kekamar om..." dengan senang hati Deden diajak kekamar. Sampai dikamar, Demi naik kasur duluan, disusul Deden. "wah...hehe...", "sini om...nah..." dengan enaknya Deden tiduran dipangkuan Demi, kini tak bisa ia melihat wajah indah demi, karena diatasnya ada toket besar yang tertutup kaos. "Demi...", "oh iya, masih belum aku bikinin minum loh om...", "udah minim itu aja Demi...eh...", "ooh... om Deden mau minum susu aja nih?", "hehe iya deh...", "hmm...ngh...nah...udah nih om..." Demi mengangkat kaosnya, sampai buah dadanya terlihat semua dan terbebas dari perlindungan. melototlah Deden gunung besar diatas wajahnya begitu indah dengan ujung yang menggoda. "nah..hehe...hmm..." Demi merunduk dan kini toketnya ada diwajah Deden, "udah om ini...aahn..mmh..." wangi toket Demi begitu semerbak, membuat nafsu Deden memuncak, segera Deden menggerakan mulutnya menuju puting kenyal Demi dan mulai menyedotnya. "mmh.mm...mm...sluurp...mm...aah..." sebentar saja ia emut dan sedot puting kenyal Demi itu, sudah mengalir susu kesukaan Deden itu. "tuh om Deden ternyata haus banget yah...", "mmh...sluurp...aah...hehe...iya ini...umm... sluurp...mmh..." Deden tak lupa menggunakan tangannya juga, ia pegang toket besar Demi itu, kini ia remas remas, ia goyangkan dengan asyik, karena ia senang sekali main main dengan toket besar Demi itu. "ooh...nngh... om... ini..." Demi melihat kearah celana Deden, lalu ia segera membuka celana pria itu, dan menangkap penis yang sudah tegak. "wah... Demi...", "udah om Deden minum aja lagi... biar Demi bantuin nih...", "ooh iya iya...hehe...umm..mmh.." Deden senang sekali, saat bisa nyusu sambil batang penisnya dielus tangan halus Demi itu.
Efni disisi lain pergi untuk membeli obat. "yang biasanya ya...", "oke mbak efni... ini...", "hmm iya.. nah makasih ya..." Efni seminggu sekali membeli obat yang ia butuhkan, begitu juga kakaknya, obat itu adalah obat kb. Setelah itu Efni bersiap untuk kembali kerumah, tapi ia ingat kalau disana ada Deden, yang ia tau kalau sudah ditinggal pasti sekarang sudah asyik berdua dengan kakaknya itu. Efni bingung harus kemana, ia cari target saja kerumah orang. Efni tentu tak ingin mampir kerumah yang pernah masuki, karena takut beda cerita lagi dari kisah asiknya dulu. "mbak Efni...", "hmm? ooh Waza... hai..." Demi dijalan itu bertemu Waza yang baru saja pulang sekolah. Waza tentu senang sekali bisa bertemu Efni. "dari mana mbak Efni?", "habis dari toko... kamu baru pulang sekolah?", "iya... eh kenalin ini mbak Efni..." Waza memang kali itu tidak sendiri. "eh... hmm salam kenal mbak...", "iya... aku Efni...", "aku Erik...", "ooh iya Erik...hehe..." Erik sebentar sudah terpaku pada Efni yang menggoda itu. "mbak Efni mau pulang ya?", "iya tadi... tapi... lupa kunci jadi... gak bisa pulang...", "wah kasian mbak Efni...", "ehm.... rumah kamu dimana Waza?", "udah deket kok mbak..", "ooh... aku kerumah kamu dulu boleh gak?", "wah boleh banget mbak...", "hehe... oke..." Waza senang saja kini berjalan pulang dengan Efni, sedang Erik heran sekali karena temannya itu bisa kenal dengan seorang bidadari seperti Efni. setelah berjalan beberapa saat, Erik tampaknya harus belok kejalan lain. "aku pulang dulu ya...", "iya Erik... eh, habis ini kerumah Waza aja ya...", "ooh iya mbak Efni..." Erik pun bergegas pulang.Tak lama kini Efni juga sampai dirumah Waza. "udah sampe mbak...", "hmm iya...", "bentar mbak... udah masuk aja mbak..." setelah membuka pintu, Waza mempersilahkan Efni masuk. Efni duduk saja diruang tamu, Waza sudah pergi untuk ganti baju. tak lama Waza kembali sambil membawa segelas minuman. "aduh waza, jadi ngerepotin nih...", "gak papa mbak...hehe..." waza kemudian ikut duduk diruang tamu itu. minuman yang dihidangkan Waza sudah dicicipi Efni, setelah itu Efni mulai melihat kesana kemari. "kok sepi rumah kamu dek?", "iya kerja semua mbak...", "hmm, kamu gak keburu pergi kemana mana kan?", "enggak kok mbak..." meski sebenarnya Waza biasanya main keluar. "ooh iya udah... sini Waza...", "eh..mbak..." Efni tanpa basa basi mendekati Waza, tentu untuk menyajikan keindahan tubuhnya itu.
Demi disisi lain sudah sibuk, karena ia dengan Deden sudah telanjang, dan bahkan tubuh Demi sudah ditindih pria itu, "mmh..cup..ahn..mmh...", "mmh...ngh..mmh.." mereka asik bercumbu, sambil mengelus tubuh lawan mainnya. "aah... om Deden..", "udah ya Demi, aku masukin ya..", "ehm...iya deh om...ah..mmgh...", "hehe...uuh.."Deden pun mulai menyelundupkan penisnya kearah memek Demi, sleeb, masuk sedikit, ditarik keluar, lalu didorong dengan hebat, jeeb, masuk semua sampai Demi mengerang, "Aaaahn...nngh...ouh...besarnya punya om...aah...", "hehe masa sih...ngh..uh.... Demi..umm..mmh..." sudah menancap batang kemaluannya dimemek Demi, Deden pun makin mengganas, toket besar Demi diremas remas lagi, puting susu mama muda itu tak lupa diemut dan disedot lagi. Deden bisa merasakan kenikmatan yang ia harus tunggu setidaknya sebulan sekali itu. "aah...mmh...uuh...", "nngh... Demi..ummh...", "aahn... om Deden...emang hebat ya...aah..." Deden menggerakan batang pamungkasnya maju mundur dengan enak, sambil dinikmatinya saat saat indah bersama Demi itu. Memek hangat Demi seperti menghisap batang penis Deden itu, ditambah sambil menggrayangi tubuh mulus Demi itu tentu Deden tak akan pernah lupa akan kenikmatan yang ia rasakan itu. "mmh...aah... Demi... cup..mmgh...", "cup..mmh..mm..ngh..." Demi juga tak bermalas malasan menunggu tubuhnya digoyang saja, bila diajak bercumbu ia juga melayani dengan baik. Ranjang ikut bergoyang sesuai aksi persetubuhan diatasnya. Tentu Deden bisa menahan, tapi tak lama, ia pun klimaks juga, "aah...auh..." Deden sempat menarik penisnya keluar, lalu croot croot, cairan putih muncrat keatas tubuh Demi. "ouh..mmh...wah... banyaknya...", Deden minggir sebentar menunggu Demi mengurus tubuhnya dulu, "uuh...maaf ya Demi...jadi begini kamu...", "gak papa kok om... bentar..." Demi kini membalikan badannya, ia malah mengambil posisi nungging, sambil tak lupa ia buka dua pahanya agar memeknya terlihat. "wah...Demi...", "mau lagi gak nih om? kalau mau keluar lagi bisa diatas nih...hihi..", "wah... siap deh Demi...hehe" Tentu Deden pun semangat lagi untuk ngeseks dengan posisi doggy style yang juga ingin ia coba. "nah...ah...aaahn!..." Demi pun ngentot lagi, ia tak memikirkan apabila Efni atau Ofin akan pulang kerumah.
Ofin tampaknya masih sibuk main, juga menggunakan uang jajannya. Sedang Efni, kini sudah sibuk membiarkan toket besarnya dinikmati oleh Waza lagi. "sluurp..mmh..ah...", "habis sekolah haus banget kamu ya Waza... udah habis berapa liter nih susuku...haha...", "mmh...aah... maaf mbak... gak tau nih masih pengen aja...", "hehe iya... eh itu ada orang didepan...", "aduh bentar mbak..." ada suara bel didepan, tentu Waza dan Efni merapikan pakaiannya, lalu Waza pun pergi kepintu depan. Setelah dibuka, ternyata si Erik yang datang. "Hehe... hei...", "ternyata elu Rik... udah masuk aja...", Setelah Erik masuk, Kemudian ia bisa melihat Efni yang memang masih diruang depan itu. "oalah Erik toh... bikin bingung aja...hihi..." Efni tertawa kecil, memang tadi Waza sampai bingung mengelap wajahnya yang basah oleh susu, begitu juga Efni harus menyimpan toketnya dalam bajunya. "eh... emang kenapa mbak..", "hehe ndak papa... eh Waza... kamar kamu dimana?", "ehm itu disana mbak...", "oke aku kesana dulu yah... aku tunggu kalian disana..." Efni pun pergi kekamar Waza. Erik masih memasang wajah bingungnya. "tunggu apaan mbak Efni dikamar?", "aduh gak bisa cerita deh... mending... langsung kesana aja... tapi jangan kaget yah...", "hah? iya iya..." Waza dan Erik kemudian pergi kekamar juga. Sampai disana, Erik yang terlihat paling kaget, bocah smp itu melihat Efni sudah berpose cantik diatas kasur, tanpa memakai baju, Erik takjub melihat buah dada besar Efni yang begitu menggoda. "Hai... sini kalian..." Waza sudah senyam senyum sendiri sambil mendekati Efni, Erik masih kaku didepan pintu kamar. "eh...mbak Efni...", "udah Erik pintunya ditutup dulu... nah...udah sini..." Erik menutup pintu, lalu mulai mendekati kasur. disebelah kiri Efni ada Waza, dan dikanannya ada Erik yang baru mendekat. "ehm... mbak Efni...", "sst... udah ayo kamu keburu kalah sama Waza... udah habis banyak loh dia..", "habis apa...wah..." Erik kemudian melihat kearah Waza, ternyata temannya itu sudah memegang buah dada kiri Efni, juga mulutnya sibuk menghisap puting kiri Efni. "tuh... hehe...udah nih... ayo..." Erik baru tau apa yang dimaksud oleh Efni. "ehm...i...iya... hm...", "udah gak usah malu ah...pegang aja..." Efni menarik tangan Erik lalu didaratkan dibuah dada kanan, "wah...", "kamu pasti udah lama pengen pegang ini kan?", "ehm...iya...wah.." Erik baru menyadari akan kesempatan yang ia dapat, barulah ia berani memegang dan mulai meraba toket besar EFni itu. "sluurp..mmh..mm...ah..." Waza sudah tidak banyak cincong ia sudah sibuk nyusu saja. "Erik... ayo jangan mau kalah sama Waza...", "eh...iya mbak...bentar...ini...um..mmh...mm...sluurp..wah...mm...mmh..." setelah berani melahap puting kiri Efni, Erik mulai menghisap puting kenyal itu, dan segera ia bisa merasakan susu segar Efni, yang membuatnya takjub. "nah gitu...nngh...aahn... uuh..." Efni pun membiarkan toket besarnya disedot dua bocah smp itu.
Erik memang baru mulai, tapi tentu ia tak mau kalah dari Waza, ia sedot puting susu Efni dengan kuat, air susu yang masuk kemulutnya langsung ia teguk dengan segera. Efni sampai heran bisa bisa susunya habis disantap dua bocah smp itu. "mmh...sluurp..mh..uhuk..ngh...", "pelan pelan aja...tuh sampe batuk...", "mmh...ah...iya mbak...", "kalian agak deket sini...nah...hehe..." Efni kemudian menggunakan tangannya, ia buka resleting celana dua bocah smp itu, di kanan dan di kirinya kini Efni memegang dua batang penis bocah smp. "auh..wah..ngh...", "mbak Efni..mh..." Waza dan Erik pun merasa kenikmatan lain lagi saat penisnya dielus tangan Efni. "hehe... enak gak nih...wah Waza..." Waza yang memang sedari tadi sudah sibuk duluan dengan Efni tentu jadi klimaks duluan, croot croot, ia semburkan sperma yang jatuh dikasurnya. "aah...mmh..maaf mbak...", "untung gak kena aku... udah ayo copot dulu pakaian kalian.." Waza dan Erik pun menurut. Setelah itu mereka melihat Efni yang juga mulai telanjang, Erik yang baru pertama melihat langsung tubuh mulus nan indah milik Efni itu tentu sangat terkejut. "wah...hmm...", "hehe... kenapa Erik?", "mbak Efni... cantiik banget ya...", "iya dong...hehe... udah ayo sini..." Efni menyuruh dua bocah itu berdiri disamping cewek itu. Efni kemudian bisa melihat dua batang penis tegak disebelahnya, tentu ia tangkap, dan ia kocok lagi. "wah..ah...", "mbak Efni..mmh...", "tinggal Erik nih yang belum keluar... Waza udah...umm..mmgh..." Efni mendekat dan di emutnya penis milik Waza itu, ia sedot juga sisa sperma dalam batang yang tegak lagi itu. "aah...aduh..mh..", "mmh...mmh...aah... tahan dong dek...umh..." Setelah itu Efni berpindah menyantap penis tegak milik Erik, "waduh...ah..." Erik jelas kaget, karena baru pertama ia rasakan kenikmatan saat penisnya diemut cewek. "ummh..mmh...mmh..." tau begitu, Efni malah mengganas, ia gerakan kepalanya dengan cepat maju mundur sambil ia emut dan ia sedot juga penis tegak milik Erik itu. Waza geleng geleng saja, ia sudah senang penisnya kini masih dikocok tangan Efni. "aah...mbak...auh..." Croot croot, Erik klimaks dan mengisi mulut EFni dengan sperma. "mmgh...mmh...gleeg...uhuk..mmh...aah.." Efni sontak menjauh sebentar untuk menelan sperma dimulutnya. "m..maaf mbak Efni...", "nngh.. .gak papa kok Erik...udah ah ayo maen yuk...", "wah... main..." Waza jadi semangat tiba tiba. "hehe... Ayo ambil posisi... Waza sini..", "eh..mbak..." Waza disuruh tiduran dikasur, dan Efni ada diatas bocah smp itu. "kuat gak nih tahan badanku?", "m...kuat mungkin mbak..", "iya udah..hehe... Erik tunggu bentar yah...", "iya mbak..." Waza pandangannya tertutupi dua gunung besar milik Efni yang kini didaratkan didekat wajah bocah smp itu, Waza tiba tiba merasakan penisnya yang tegak terhisap suatu lubang, ternyata Efni sudah mendaratkan bokongnya, dan sleeb, memeknya jatuh menelan penis tegak Waza. Erik yang melihat dari sudut lain tentu takjub, ternyata melihat langsung memek bertemu penis tegak begitu merangsang. "aaahn...aah...uuh...", "wah...auh.." Waza kaget saja tiba tiba sudah enak saja dirasakannya, saat penisnya terbalut hangat dinding vagina EFni itu. "nngh... Erik... mau ikut nggak...", "i...ikut gimana mbak...", "iya ayo masukin juga tuh punya kamu...", "eh... hmm... bentar mbak..." Erik yang penasaran tentu ingin segera ikutan. Erik mendekat, ia agak bingung sebenarnya, tapi ia coba saja, ia pegang penisnya, lalu ia dorong saja kememek Efni itu juga. Sleeb, meski tak masuk seluruhnya, tentu membuat Efni sampai melotot. "Erik...itu..aah...nngh...", "wah..ngh... kenapa mbak... sakit ya..." Efni sebenarnya minta lubang pantatnya saja yang disodok penis, tapi Efni merasa memeknya perlu ditempa juga disodok dua batang sekaligus. "aah...gak papa... gerakin coba..aaaaah..." Efni merasakan hal yang luar biasa, sampai tubuhnya serasa melayang saat memeknya disodok dua penis sekaligus."wah..ngh...uh..." Erik pun merasakan kenikmatan luar biasa, baru pertama sudah beraksi menikmati memek Efni itu. "aah...aah...gila...aaahn..." Efni makin mengerang hebat saat kini Waza ikut menggerakan batang penisnya juga. "mmh...wah..mmh..." Waza memang tak bisa melihat, jadi ia ingin menikmati saja memek hangat Efni. Erik yang bisa melihat sampai keheranan, ternyata bisa juga dua penis tegak berlomba menyodok satu lubang kenikmatan. EFni tak menyangka apa yang ia lakukan dengan dua bocah itu sangat menakjubkan, Efni tak bisa berfikir bila dua penis yang menyodok memeknya itu milik dua orang dewasa, entah bagaimana nasib memek cewek itu jadinya. "aah...aahn...nngh..ouh... hebat...kalian...aahn..." Efni sibuk merasakan memeknya, yang kini terus dipenetrasi, satu penis maju satu penis mundur, lalu bergerak bergantian, serasa memek EFni dites kelenturannya. Erik dan Waza sibuk merasakan saja nikmatnya ngentot. Waza yang lebih untung dari pada Erik itu bisa sambil memeras toket besar EFni, juga sesekali menyedot puting susu cewek aduhai itu. "sluurp..mmh...aah..", "aahn..aahn..uuh...aaaah!!" Efni mengerang hebat, karena cewek itu sampai klimaks juga, Spluuur spluurt... Cairan kewanitaan muncrat dengan hebat dari memek Efni, Erik dan Waza sampai kaget tiba tiba penis mereka basah. "wah...mbak EFni...", "aah... aah... nngh... ayo... terusin dek...aah...", "mmh...iya mbak...ooh..." Efni sampai benar benar dimabuk kepayang, badannya serasa melayang, habis klimaks juga memeknya masih digoyang, sleeb sleeb sleeb, air kewanitaan Efni muncrat muncrat saat memek Efni diseruduk dua penis tegak bergantian. EFni memeluk Waza, karena ia jadi lemas, Waza berusaha menahan tubuh Efni yang agak berat itu. kini berbalik Erik yang paling bebas, tinggal terus ia dorong penisnya maju mundur dengan enak, sambil ia pegang bokong besar Efni itu juga. Toket besar Efni bahkan tak perlu diremas lagi, puting susunya sudah memuncratkan susu. Waza tak begitu faham tapi ia jelas terkejut dan sangat kagum dengan kehebatan tubuh Efni itu. "aahn...aahn...ngh..oouh..." Efni tak berhenti mendesah karena sangat menikmati waktunya ngentot dengan dua bocah smp itu. Entah berapa lama mereka sibuk ngeseks diranjang yang makin basah itu. Tak lama kemudian, bocah bocah smp itu sudah tak kuat lagi. "mbak aku mau itu...ah..", "keluarin aja Waza... Erik juga..aah..aaahn!" Croot croot memek Efni disembur sperma, "uuh...auh..." Croot croot, Erik ikutan klimaks juga. "aah...aah...aaaaahn..." Efni sampai klimaks yang kedua juga, cairan kewanitaan Efni mendorong semua sperma keluar dari memek cewek itu.
Banjir sudah kasir Waza itu, penuh cairan persetubuhan. Waza dan Erik kemudian menjauhi kasur dan membiarkan Efni istirahat. Efni entah berapa menit berlalu baru bicara, karena benar benar terpuaskan atas aksi ngeseks threesome nya tadi. "m...mbak Efni...", "nngh...aah... aku udah gak papa kok...hehe...ngh..uuh..." Efni duduk dikasur sebentar, Waza dan Erik mendekat untuk melihat cewek itu. "hm... mbak Efni bisa..", "iya bisa kok... aku kekamar mandi dulu yah..." Efni bangkit, lalu pergi kekamar mandi. "hehe... hahaha... hebat banget Za..." Erik kegirangan setelah tau ia habis ngentot dengan cewek montok. "iya iya... aduh gimana ini..." Waza malah terlihat bingung melihat kasurnya yang amburadul. "kenapa? wah aduh...", "udah ayo bantuin aku..." dua bocah itu berpakaian lagi, setelah itu mereka sibuk mengurus kamar itu. Saat Efni kembali, ia melihat kamar sudah rapi, tapi kasur yang basah masih membuat dua bocah smp itu bingung. "hmm? kenapa kalian...haha...", "ndak papa mbak...itu...", "gara gara ulah kalian sendiri tuh... hayo gimana..." Efni sambil berpakaian lagi, ia ajak bicara dua bocah smp itu. "ehm... gimana yah...", "haha... udah kalian pikir bareng... aku balik dulu yah..", "ooh mbak Efni mau pulang... apa perlu...", "udah bisa pulang sendiri kok...sini... cup...cup...hehe... makasih ya... kalian emang hebat..", "wah... hehe..." senang saja dua bocah itu dicium oleh Efni. "nah aku pulang dulu yah... dadah..." Efni pun pergi dari rumah itu. Kini tinggal Waza dan Erik yang bingung harus bilang apa nanti soal kasur yang basah itu, apalagi bau cairan persetubuhan juga. Setelah Efni sampai dirumah, ia melihat Ofin juga baru dateng. "baru pulang dek?", "iya mbak... " setelah masuk kerumah, baru mereka melihat Demi yang terlihat habis mandi. "mbak Demi... Deden udah pulang yah?", "udah pulang kok Efni...eh sini kekamar bentar... Ofin sana makan dulu dibelakang...", "ooh iya..." Ofin pergi kebelakang untuk makan, Efni mengikuti kakaknya kekamar. "nih... buat kamu juga...", "wah makasih mbak Demi...", "hehe iya... kamu dari mana sih... tumben lama...", "hehe... habis experimen...", "experimen apaan?", "ah udah... aku mau makan juga ah..." Efni pergi sambil membawa beberapa uang. Demi pun segera berpakaian, setelah itu pergi makan juga. Demi dan EFni tampaknya tak akan berhenti ngeseks untuk sementara waktu itu, tentu agar pemasukan mereka tetap terjaga.
ليست هناك تعليقات