"Iya Tisa... ini udah saya siapin...", "wah keren... makasih pak...", "iya iya... bayar dulu tapi...", "...
"Iya Tisa... ini udah saya siapin...", "wah keren... makasih pak...", "iya iya... bayar dulu tapi...", "hiih Tisa belum dapet uang ini pak...", "ck... masa tiap beli pasti telat bayarnya...", Tisa sudah biasa berdebat dengan penjaga toko langganannya itu, Tisa sudah dari dulu sering merayu, lama lama si penjaga Toko butuh lebih dari cuma rayuan. "Lah terus kalau gak ada uang, Tisa bayar pakai apa dong?", "hehe... lah emang adanya apa Tisa?", "nih ada nya ini doang nih pak..." Tisa menempelkan tubuhnya dirak kaca pendek itu lalu mendaratkan toket besarnya seperti ditunjukan dengan jelas, meski cewek itu masih memakai tanktop. "kalo ini kan gak bisa dibawa pergi Tisa... orangnya harus ikut...hehe..." pria penjaga toko menyambut toket besar Tisa, dengan asyik ia pegang dan ia remas remas saja gunung kenyal milik Tisa itu. "huuh... iya udah kalau gitu Tisa pergi dulu nih cari uang... ntar baru kesini lagi...", "hehe... iya iya...", "iya udah lepasin dulu pak..." Pria itu masih sibuk, ia memang paling senang bila Tisa datang, selalu ia sempatkan menyentuh tubuh montok cewek tengil itu. "tapi nanti beneran balik kesini loh ya...", "iya beneran pak...ah... uh... aduh pak nanti lagi aja..." Tisa merasa makin geli ketika kini putingnya disentuh sentuh juga ditarik sesekali. "hehe iya iya...", "uh... dah aku pergi dulu pak..." Tisa baru kemudian melangkah pergi, untuk mencari uang agar barang yang ia inginkan bisa ditebus.
"...wah... ada mbak Tisa..hehe...", "dek... ayah kamu mana?" Tisa kali itu mampir kesebuah rumah. "Ayah masih keluar... mungkin bentar lagi sampe mbak...", "ooh gitu... aku tunggu didalem ya...", "wah iya bener mbak...hehe..." bocah itu tampak senang, memang biasanya Tisa berkunjung kerumah itu. Sembari menunggu Tisa pun diajak ngobrol, "...udah gak sekolah aku dek...", "ooh... terus biasanya mbak Tisa ngapain aja?" bocah itu bertanya, saat ia kini asyik duduk dipangkuan Tisa, "iya kalau nggak dirumah ya main keluar...", "hmm... kalau dirumah memang mbak Tisa sama siapa?", "Dirumah ada Ayah sama anakku...","wah... mbak Tisa umur berapa sih?", "aku umur 18 tahun...", "wah... terus anaknya umur berapa?", "umur 5 tahun dia sekarang..." bocah itu pun bingung, Tisa masih 18 tahun, tapi anaknya sudah umur 5 tahun. "loh... kok gitu mbak?", "haha... kenapa dek?", "aku bingung...", "loh jangan bingung... itu brarti pas aku umur 13 tahun udah punya anak...", "ooh iya iya... tapi kok bisa..." bocah itu masih bingung, Tisa tampak tersenyum sendiri, cewek itu lalu mendaratkan toket besarnya diatas kepala bocah dipangkuannya itu. "iya bisa dong... buktinya aku nih...", "hmm... tapi biasanya yang punya anak itu orang tua...", "loh... yang masih muda juga bisa punya anak...", "gitu ya mbak... kalau aku bisa punya anak nggak mbak?", "haha... iya bisa aja... tapi kan harus kawin dulu...", "ooh gitu ya mbak...mmh...wah..." Tisa tampak mengangkat bocah sd dipangkuannya itu, lalu ia balik badan bocah itu agar menghadap ketoket besarnya. "kamu pengen punya anak nggak? kalau pengen kawin sama aku aja yuk...", "wah... yang bener mbak Tisa?", "iya... kamu mau nggak?", "iya mau mbak...mmh..." Tisa memeluk bocah itu, sampai kepalanya terbenam ditoket besar Tisa, "nah... gitu dong...hehe... kalau gitu ayo...", "eh... kemana mbak Tisa..." bocah itu harus menyingkir karena TIsa tampak beranjak pergi. "iya kekamar kamu.. ayo..." Tisa pun mengajak bocah itu kekamar.
"wah...mbak Tisa..." Tisa sampai dikamar langsung melepas pakaiannya, lalu naik keatas kasur. "ayo cepet sini dek... dilepas dulu itu..." bocah itu bingung tapi penasaran, jadi ia lepas pakaiannya, lalu ikut naik kekasur. "hmm...mbak Tisa... kawin itu gimana..." ,"kawin itu... gini nih....haha... sini naik...nah..." bocah itu jelas terpaku pada tubuh montok Tisa, juga toket jumbonya itu. "hmm... kawin itu bukannya yang bikin acara ramai ramai itu ya mbak?", "loh kalau itu nikahan...", "ooh salah ya mbak...", "iya...kalau kawin itu... kalau cewek main sama cowok dikamar...", "ooh... main gini ya mbak...", "iya...wah...haha..." Tisa senyam senyum terus, sedang bocah diatasnya dimabuk akan rasa penasaran, bahkan bocah itu merasakan sesuatu yang menggugah keinginannya untuk menyentuh tubuh Tisa. "hmm... ini gimana mainnya mbak...", "nah itu udah bisa sendiri...", "wah... bener gini mbak..." Bocah itu memang entah sadar atau tidak sudah mendaratkan kedua tangannya dibuah dada kenyal milik Tisa. "iya bener... terus kamu mainin itu...", "hmm iya...wah..." bocah itu meremas remas toket besar Tisa, nalurinya bisa berjalan sendiri. "hihi... kaki kamu lurusin aja kebelakang...nah...", "iya mbak...hm... aduh...ngh...", "kenapa dek...", "ini mbak... burungku jadi berdiri...", "iya itu brarti kamu siap buat kawin...", "oh gitu ya mbak...hmm..." bocah itu meluruskan kakinya kebelakang, jadi ia menempel diatas tubuh Tisa, kini saja burung tegangnya menempel di bibir vagina Tisa. Tisa menekuk kakinya, sehingga burung tegak milik bocah dipelukannya itu jadi terselip masuk kedalam memek Tisa. toket besar Tisa setelah diremas remas oleh tangan bocah pemilik rumah itu, tentu jadi siap untuk memproduksi susu. "nah...mh... dek lihat itu..." puting menonjol milik Tisa tampak meneteskan susu keluar, "wah... keluar susunya mbak... aduh burungku..mh..." bocah itu bingung, ia merasakan kenikmatan tersendiri, karena penisnya terasa hangat dan begitu nikmat dihangatkan memek Tisa. "udah biarin itu... ayo sekarang kamu minum ini susunya...", "oh iya mbak Tisa..ummph...mmm.. sluurp...", "hihi... jangan lupa yang kiri juga loh dek...", "iya mbak..wah...ump..mmh... sluurp..mh..." bocah itu pun mulai sibuk, tangannya tak berhenti meremas toket besar Tisa, lalu ia harus terus menghisap susu dari puting kenyal Tisa, dan juga membiarkan penisnya yang dipuaskan memek hangat. "hebat deh... hihi...", "hmm...sluurp...ah..mbak itu burungku didalem apa ya?", "itu yang namanya kawin, burung kamu jadi..ah... enak kan rasanya..." ,"hmm iya enak mbak...mh..uh..." Tisa tampak menggunakan tangannya juga, ia pegang bokong bocah diatas tubuhnya itu, ia dorong naik turun, jadinya burung tegak milik bocah itu bergerak maju mundur dalam memek hangat Tisa. "Ayo dek, susunya jadi kemana mana itu...", "oh iya maap mbak Tisa...umph..mm...sluurp..ah..uh..mm.." bocah itu pun bekerja keras, terus ia menggeliat diatas tubuh Tisa, sedot susu dari puting kenyal, remas remas toket besar, dan juga merasakan penisnya yang diselimuti dinding vagina hangat.
"...Ayah kamu lama ya..mh...", "sluurp..ah... bentar lagi juga pulang pasti...aduh ah..ngh..." Croot crot, bocah itu tampak tak tahan, aksi ngeseks pertamanya sudah terlampaui, ia isi memek Tisa dengan cairan lengket. "wah udah keluar...hihi..mh...", bocah itu kemudian bergegas turun dari atas tubuh Tisa, ia kini bisa melihat selangkangan Tisa, dan juga lubang yang agak basah ditengahnya. "mbak Tisa maaf...aku gak tahan itu tadi...", "iya gak papa... emang kalau kawin itu harus gitu...", "ooh... emang harus pipis dilubang itu ya?", "iya... eh bentar bentar...", "kenapa mbak...aduh ah..." Tisa bangkit, ia dekati bocah yang masih berdiri itu, lalu langsung Tisa melahap penis remaja yang baru saja klimaks itu. "mmph..mm... sluuurp..mmh..", "mbak...geli...ah..." bocah itu tak mengerti, kenapa burungnya malah diemut Tisa. "mmh...ah...hihi... kalau pas kawin gini... yang keluar bukan pipis...", "oh...terus...ah... apa yang keluar mbak?", "mmh...cup... yang keluar itu namanya mani...", "oooh iya iya...ah... terus ini kenapa burungku diemut mbak? auh..", "iya aku mau minum mani kamu dek... kalau diemut gini nanti keluar...", "ooh bisa gitu ya mbak... auh...ah..." Tisa menyedot nyedot penis yang kini sudah tegak lagi itu, tampak sampai bocah itu bingung dengan kenikmatan yang ia rasakan. "mmh..ah... aduh lama ah... ummph.." Tisa tampak meremas remas biji zakar milik bocah itu, "aduh mbak..ah...ah.." tentu saja tak lama bocah itu merasa tak tahan lagi, Croot croot, ia isi mulut Tisa dengan sperma. "mmgh..mmh..hmm...", "uuh..ah... mbak Tisa..." Bocah itu mundur, lalu ia menengok kebawah, ia lihat Tisa membuka mulutnya yang penuh sperma. "hmm...gleg...ah...tuh dek... bukan pipis... warnanya juga beda..." Tisa mengelap bibirnya yang basah oleh sperma. "ooh iya beda ya mbak...", "iya... nah... itu tadi masih bentar dek... harusnya kawin itu lama...", "gitu ya mbak... tapi aku..." tiba tiba ada suara dari depan rumah, "Eei ayo main... udah dapet bola ini..." ternyata suara temannya bocah pemilik rumah itu. "wah siapa itu dek?", "itu temen aku mbak... aku diajak main bola...", "iya udah cepet pake baju...", "iya mbak..." bocah itu berpakaian lagi, tapi sebelum pergi ia ditahan oleh Tisa. "tapi nanti jangan bilang sama yang lain kalau kamu habis kawin sama aku ya..." ,"ooh iya mbak Tisa... aku pergi dulu ya...", "hihi...iya iya..." bocah itu malah pergi, untuk bermain bola dengan temannya. Tisa jadinya bebas untuk menjelajahi rumah kosong itu, ia cari sana sini, bila saja ada uang yang bisa ia bawa pergi. Tisa tak menemukan banyak, hanya beberapa ratus ribu uang yang ada dikamar pemilik rumah itu. Tisa tidak mempermasalahkan hal itu, jadi ia segera membersihkan tubuhnya, lalu berpakaian lagi. Tisa keluar dan menutup pintu rumah itu, dan pergi sudah membawa uang.
"Pak... tuuh... Tisa udah bawa uangnya nih...", "wah keren...hehe... tapi... masih kurang ini...", "huuh masa masih kurang sih pak...", "iya... yang kamu pesen itu barang mahal loh... ini uangnya baru sampe setengah aja...", "yah... udah pak uangnya itu aja...", "iya kurang dong Tisa...", "iya iya... udah sisanya bayar pake yang lain...", "wah...hehe... mau bayar pake apa emangnya Tisa?", "iih pake nanya... aku taruh sini lagi nih...hihi..." Tisa kembali menunjukan toket besarnya, "wah...lah ini kok basah semua sih Tisa...", "iya gara gara dari tadi kesana sini cari uang..." memang tanktop Tisa jadi basah, karena susunya masih merembes keluar. "hehe... iya udah... aku tanggung jawab deh... sini biar gak basah di copot aja Tisa...", "eh... bentar dong pak...ah... hiih ini kan masih didepan..." pria itu sudah tak sabar, tangannya sudah melesat menangkap toket besar milik Tisa, langsung dikeluarkan juga dari tanktopnya. "eh iya ya lupa...hehe...", "iya udah ditutup dulu pak tokonya ini...", "iya bentar bentar...nah..", "iih pak... susunya jadi kemana mana ini..." malah pria itu sibuk meremas remas toket besar Tisa, ia pencet pencet juga puting menonjol milik Tisa, air susu jadi muncrat kemana mana. "wah... masih banyak ini susu kamu ya...", "iya pak... jangan dihabisin nanti anakku minum apa...", "hehe iya iya... udah bantuin dong nutup toko...", "aduh iya..." Tisa membantu menutup toko langganannya itu. "nah...hehe...hmm...", "ih.. mh.. ah... bentar dong pak... masuk dulu...", "iya ini sambil jalan...um...sluurp..mmh..." sudah tak sabar pria itu langsung nyosor saja. "ya gak bisa jalan dong Tisa kalau begini... pak..aduh..ah...", "sluurp..ah... enaknya... iya iya sini ayo...", "kyaah... duh pak iih..." Tiba tiba Tisa diangkat tubuhnya, cewek itu digendong dibawa pergi kedalam rumah, lalu segera diajak masuk kekamar. "nah... udah deh...hehe...", "kalau gitu uangnya Tisa simpen aja ya...", "loh... kan tadi udah dikasihin...", "nggak mau... susuku juga mahal...", "haduuh Tisa... iya iya terserah kamu...", "hihi... makasih pak...", "iya... tapi kamu gak boleh pulang kalau aku belum selesai..." ,"eh.. aduh..mh...aahn... nanti kan tisa dicariin... pak...ahn... masa harus sampe malem sih...aahn..." Tisa sudah di peluk diatas kasur, dan bersiap diajak ngeseks. Tisa pun membiarkan langganannya itu untuk menyantap tubuh montoknya, Tisa diajak ngeseks gaya apa pun juga mau, ia sudah dapat barang yang ia mau, juga dapat uang pula.
Tidak ada komentar