Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Binalnya Istriku Dewi 59

POV Suami Tampak dia sedang duduk sambil merokok di kursi panjang dari kayu yang sepertinya baru dibikin. Saya:”Wah, gini dong, ada kursinya...

POV Suami



Tampak dia sedang duduk sambil merokok di kursi panjang dari kayu yang sepertinya baru dibikin.

Saya:”Wah, gini dong, ada kursinya”

Donatus:”Ia bos, sesuai saran bos saya minta kemaren dibuatin oleh para tukang” ucap Donatus.

Saya pun menaruh oleh-oleh buat Donatus di meja posnya.

Saya:”Gimana tukang-tukang sudah pulang?

Donatus:”sudah tadi mereka pulang cepat karena hujan deras bos” ucap Donatus sambil mendekat kepada saya.



Saya:”Ok bagus, besok kita jalankan rencana kita, kamu panggil Sonny dan Heronimus pangkur kemari”

Donatus:”siap bos, mereka udah ready, tinggal tunggu perintah saja”

Saya:”Ok itu saja, sampai jumpa besok ya” ucap saya dan saya pun pergi meninggalkan Donatus.



Besoknya setelah para tukang datang saya pun menunggu Donatus di pos pagi-pagi sekali. Ternyata Donatus sudah hilang, Sepertinya dia pulang ke rumahnya dulu. Terlihat si Jaka keluar sudah bersiap berangkat ke kantor.

Saya pun menghampirinya saat dia sedang memanaskan mesin motornya.

Saya:”Udah mau berangkat Jak?

Jaka:”Ia om, udah jam 7 ini” ucap si jaka tanpa melihat ke saya.

Saya:”Santai saja, omongan Anis jangan diambil hati” ucap saya karena ku lihat si Jaka dari kemaren sedikit murung setelah dimarahi Anis.



Jaka:”Gpp om, saya yang salah” ucap si Jaka.

Saya:”Haha, kamu ini, kalau ada kesempatan kamu perkosa aza Bi Anis, biar dia tahu rasa” ucap saya sambil menepuk pundak dia.

Si Jaka pun menoleh kepada saya.

Jaka:”Memang boleh Om”

Saya:”Kalau om si gak keberatan, biar dia kalau hamil nanti gak minta pertangung jawaban sama Om hehe” ucap saya sambil meninggalkan si jaka yang tertegun.



Saya segera menuju pos karena dua motor yang ditumpangi orang yang saya tunggu sudah datang. Donatus membawa motor sendiri sendang Sonny berboncengan dengan Pangkur. Ketiga orang berbadan besar itu pun segera turun dari motor. Sony dan Pangkur segera meyalami saya dan kami pun segera duduk di kursi panjang di depan pos Donatus.



Saya:”Tunggu dia (Jaka) pergi dulu ya” ucap saya kepada mereka. Si Jaka pun tak berapa lama segera meninggalkan rumah saya sambil mengklason saya.

Pangkur:”Itu saudara bos?

Saya:”anak pembantu saya”

Donatus:”bisa kita mulai saja bos”

Saya:”Kalian berdua sudah dijelaskan sama Donatus kan?

Sony:”Big Don sudah jelasin semuanya bos, kita ikut intruksi bos saja”

Saya:Ok, kita bisa mulai, biar orang rumah gak curiga, kita pakai pavilion buat intograsi mereka” ucap Saya.



Kami berempat segera masuk ke pavilion, tempat dimana istri saya diperkosa dan digangbang oleh para tukang.

Kami pun duduk di kursi yang sudah saya sediakan tadi malam, ada lima kursi, empat buat kami dan satu buat tukang nantinya.

Kami pun segera duduk di kursi yang empat kursi di buat mengelilingi satu kursi di tengah2nya.

Saya:”Donatus, kamu panggil si Suhada, buat jangan mencurigakan”

Donatus:”Siap bos” ucap Donatus dan segera berdiri meninggalkan kami.



Tak lama Donatus pun kembali dengan si kerempeng Suhada. Suhada pun tampak terkejut begitu melihat saya ditemani dua orang berbadan besar tak kalah gede dari Donatus.

Saya:”Apa kabar Kang, silahkan duduk” ucap saya masih sopan.

Suhada pun segera duduk dan tampak dia sedikit bingung. Sementara Donatus memilih berdiri di belakang Suhada.

Saya sengaja diam tak berbicara apapun saya hanya menatap Suhada membuat dia salah tingkah, apalagi dia memang punya salah .



Suhada:”Maaf pak, ada apaan manggil saya? Tanya dia sambil sesekali melihat Pangkur dan Sony yang keduanya memasang muka yang mengintimidasi.

Saya:”Gak ada yang penting koq pak, Cuma mau tahu gimana progress pekerjaan bapak? Tanya saya.Suhada tampak menarik nafas panjang, di tahu ini bukan inti kenapa dia di panggil.

Suhada:”Hari sabtu besok selesai Pak, tinggal finishing saja”

Saya:”Syukur dech pak, berarti sesuai info dari istri saya, tempo hari dia bilang bapak ada kasih tahu tinggal kolam renang yang belum bereskan”



Mendengar ucapan saya tampak raut wajah Suhada sedikit berubah dan sedikit pucat.

Suhada mungkin mengira istri saya memberi tahu saya apa yang telah dia perbuat bersama anak buahnya.

Suhada:”iii…i a bos eh pak”

Saya:”good pak, eh bapak masih ingat gak hari Jumat kemaren ada kejadian apa di pavilion ini? Tanya saya dan mulai langsung ke intinya.



Suhada pun makin pucat.

Suhada:”eee… sebelum Jumat saya sudah selesaikan kamar ini pak” ucap dia sedikit terbata-bata.

Saya:”Masa, apa bapak lupa?

Suhada tidak menjawab hanya menggelengkan kepala terus menundukan kepalanya.

Saya:”Akang lupa kah? Saya pun mengeluarkan ponsel saya dan segera mencari video yang diberikan Donatus kepada saya.



Saya:”Mungkin video ini akan membuat akang ingat” ucap saya sambil menunjukan video tersebut dan saya arahkan tepat ke muka Suhada.

Suhada pun tambah pucat dan badanya terlihat mulai gemeteran.

Saya:”Saya yakin sekarang akang sudah ingat” ucap saya sambil mematikan video tsb dan memasukan ponsel saya ke dalam saku celana saya.

Saya:”Big Don, kamu pernah nginap di hotel prodeo, dulu kan? Tanyebua saya ke Donatus dengan menyebut nama panggilan yang biasa dipakai kawan-kawannya untuk memanggil Donatus.



Donatus:”Ia bos, saya kan sudah cerita”

Saya:”Ceritaka ke dia gimana rasanya”

Donatus pun memegang pundak Suhada sambil menekannya agak kuat membuat Suhada meringis kesakitan.

Donatus:”Wah, yang namanya hotel prodeo ya gak enak bos, saya yang punya banyak kenalan orang penting saja sesudah di dalam sana wah gak betah bos, untuk saya kuat, tidak ada yang bisa nindas saya waktu di LP, baik sesame napi atau petugas sipir” ucap Donatus sambil melepaskan tangannya dari pundak Suhada.



Donatus pun melanjutkan omongannya lagi.

Donatus:”Kalau yang lemah, pasti ditindas bos, dipalak dan yang parah bisa disodomi, napi kan lama gak jumpa memek bos, jadi anus pun bisa, apalagi kalau ada pelaku perkosaan wah bisa dihajar habis-habisan bos”

Suhada pun semakin pucat saja.

Donatus pun sekarang memilih duduk di kursi yang tadi dibiarkan kosong.

Suhada:”ampun pak, saya ngaku, saya hilap” ucap dia dengan wajah yang sudah seperti mau nangis.



Saya:”Istri kang Suhada itu ustazah kan, dia dulu sering ngajarin istri saya ngaji”

Suhada pun menganggukan kepalanya dan segera menunduk tak berani menatap saya.

Saya:”Bukti video ini sudah saya pegang dan ada copynya juga, saya rasa polisi akan cepat memproses dan menangkap kang Suhada dan kawan-kawan”

Donatus:”Saya pun banyak teman di kepolisian bos, pasti cepat beres dan pelakunya cepat dihukum, saya juga akan bilang ke teman sipir agar menyiksa mereka di penjara nantinya” ucap Donatus sambil mendekat ke Suhada dan kembali memegang pundak Suhada.



Saya:”istri saya pasti malu, istri kamu juga Suhada pasti malu dengan kelakuan kamu, anak-anak kamu pasti dikucilkan dan dibully” ucap saya terus mengintimidasi Suhada.

Suhada:”ampun pak, kalau bisa ini diselesaikan dengan kekeluargaan”

Saya:”Hahaha, gampang sekali kamu ngomong Suhada” ucap Saya sambil langsung mencekik lehernya Suhada membuat dia berusaha mendorong saya, tapi segera saya lepaskan.

Saya:”istri saya sudah kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita, seorang istri dan seorang ibu, tidak bisa dikembalikan Suhada, gampang amat kamu bilang kekeluargaan”



Suhada pun menundukan kepalanya dan mulai terisak-isak.

Saya:”Gimkana kalau dibalik, saya yang memperkosa istri kamu, terus kita selesaikan dengan kekeluargaan” ucap saya lagi. Suhada tidak menjawab hanya sesegukan .

Saya:”Big Don, telpon kantor polisi sekarang pak, biar mereka semua diringkus”

Donatus:”Baik bos” ucapnya sambil mengeluarkan ponselnya.

Tiba-tiba Suhada segera bersujud di depan saya.



Suhada:”Tolong pak, jangan bawa ke ranah hokum, kasihan anak-anak saya pasti kena bully, saya mau lakukan apa saja untuk bapak” ucap Suhada sambil memegang kaki saya.

Saya:”Tahan dulu bro, jangan ditelepon dulu” ucap saya ke Donatus.

Saya:”Berdiri dan duduk lagi kamu” ucap saya.

Suhada pun segera duduk dan kembali menundukan kepalanya.



Saya:”Keluarkan ponsel kamu Suhada”

Suhada pun segera mengeluarkan ponselnya tanpa banyak bicara.

Saya:”Ada photo istri kamu di situ?

Suhada:”Ada pak”

Saya:”mana saya pengen lihat”

Suhada pun tampak sedikit bingung tapi segera membuka kunci ponselnya dan masuk ke galeri dia pun memberikan ponselnya dan memperlihatkan photo dia sedang berphoto dengan istrinya entah di mana sepertinya sebuah tempat wisata.



Saya pun segera merebutnya, saya pun melihat-lihat galeri photo di ponsel Suhada, taka da photo mesum dan kebanyakan photo anak dan istrinya Uli. Uli ya dia istri Suhada seorang ustazah yang dihormati di daerah saya. Cukup cantik dan beruntung Suhada bisa nikah dengan Uli yang alim.

Saya pun mengembalikan ponsel saya kepada Suhada.

Saya:”Kamu sudah menodai istri saya, istri saya pasti malu juga kalau harus ke kepolisian, saya punya tawaran, saya tak akan bawa ini ke ranah hokum, tapi kamu harus memberikan istri kamu untuk saya tidurin dan baru ini impas” ucap saya sambil menatap Suhada dalam-dalam. Donatus pun segera berdiri dan memegang kepala Suhada agar dia menatap saya juga.



Suhada tampak terkejut.

Suhada:”Gak ada pilihan lain Pak, jangan istri saya, saya bisa carikan orang lain”

Saya:”Tak apa, kalau tidak anak gadis kamu” ucap saya

Suhada:”Jangan pak, dia masih kecil”

Saya:”Ya udah istri kamu, dan kamu jangan macam-macam lagi sama saya, kamu tahu kan, anak buah saya Big Don pernah dipenjara karena bunuh orang”



Suhada:”ampun pak, ia tapi sekali saja kan?

Saya:”Istri saya disetubuhi 9 orang, kayak disetubuhi Sembilan kali kan, jadi sewajarnya saya Sembilan kali juga ngewein bini elu, tapi mungkin gak sebanyak itu, mungkin juga Cuma sekali, tergantung kalau memek istrimu enak, mungkin saya lebih dari sekali, gimana setuju”

Suhada sempat menoleh ke Sony dan Pangkur lalu menganggukan kepalanya.



Saya:”Karena saya lihat dan saya tahu dari istri saya setelah dia saya intrograsi, dia sich gak berani bilang, karena malu, katanya dia yakin kamu dalangnya, jadi istri kamu ada yang pertama, aku mau dalam minggu ini juga, aku beri waktu kamu 2 hari, malam Jumat saya sudah harus bisa mendapatkan memeknya ustazah, kamu harus membujuk istri kamu, terserah apa caranya, saya gak mau ada perlawanan, ngerti, kalau ada apa-apa kamu akan tahu akibatnya”

Suhada tidak menjawab hanya mengangukan kepala saja.



Saya:”sudah kamu duduk dipojokan sana” ucap saya.

Donatus pun menarik Suhada sampai hampir terjatuh dan dia pun duduk dipojokan.

Saya:”Big Don, panggil sekalian dua orang, siapa saja, biar cepat”

Donatus:”Ok bos” Donatus pun segera meninggalkan saya.



Akhirnya semua orang saya hakimi satu-satu. Ada seorang yang sempat melawan, yang disebut Bolo dan dia pun tak luput harus menerima pukulan keras Donatus, Sony dan Pangkur meski tak sampai babak belur. Akhirnya mereka pun menyerah dan menerima perjanjian dengan saya, saya pun menjadikan istri-istri mereka sebagai sarana balas dendam, tapi karena tidak semua istrinya cantik da nada yang bujangan juga jadi tidak hanya istri mereka yang jadi bagian perjanjian ada yang saudara iparnya, ada juga yang kakaknya. Saya pun sudah mengatur jadwal kapan saya akan mengeksekusi mereka. Tak lupa intimidasi kami berikan agar mereka tidak memberi perlawanan nantinya. Sepertinya semuanya takut dan bisa kami pegang, hanya si Bolo yang saya masih sedikit khawatir, saya belum yakin seratus persen dia tunduk. Saya pun memberi intruksi kepada Donatus dan kawannya untuk memantau dia.



Agarorang rumah tak curiga saya pun segera menyuruh mereka kembali bekerja dengan di awasi Sony dan Donatus. Pangkur bertugas menjaga pos. Untuk sementara sampai semua pekerjaan di rumah selesai Sony dan pangkur saya suruh untuk stand by.





Hari yang dijanjikan Suhada pun telah tiba. Saya pun sudah memberi tahu istri saya dan pamit untuk ke rumah Suhada. Malam Jumat Saya dengan Donatus pergi menuju rumah Suhada menggunakan motor milik Donatus. Karena jaraknya tidak terlalu jauh paling 500 meteran.

Sementara pos di jaga oleh Yustinus Heronimus Pangkur, masih sama-sama orang Lombok juga yang memang sengaja saya panggil selama saya menjalankan misi balas dendam ini, saya juga khawatir para tukang akan melakukan perlawanan.



Donatus:”Mantap Pak, bakalan bisa nidurin ustazah hehe”

Saya:”Ia gak nyangka Juga, ustazah Uli bakal saya garap habis-habisan malam ini, semoga obat kuat dari kamu ini berfungsi”

Donatus:”Siip bos, udah pasti, udah saya coba itu, saya akan jagi kenyamanan bos” kami pun mengobrol selama dalam perjalanan.



Tak lama kami pun sampai di rumah Suhada. Rumahnya terbilang lumayan juga, karena Suhada ini kerja di pengembang besar dan dia kerap di tunjuk mengawasi proyek, sementara istrinya aktif di masjid dan kegiatan keagamaan.

Kami pun segera parkir di depan rumahnya, pagar rumahanya sepertinya memang sengaja dibiarkan terbuka. Saya pun segera duduk di kursi yang tersedia di teras. Banyak tanaman di depan rumahnya, sepertinya ustazah Uli ini sangat rajin merawat rumah dan tanamannya. Pot-pot berukuran besar ada di depan teras dan ada beberapa pot berukuran kecil yang digantung juga.



Donatus segera mengetuk pintu rumah beberapa kali tanpa salam, karena dia memang non muslim.

Tak lama pintu pun di buka dan nampak Suhada keluar. Tampang terlihat lesu sekali.

Suhada pun segera duduk di kursi di samping saya, sementara Donatus duduk di kursi kayu di bawah pohon Jambu, sedikit jauh dari kami.

Suhada:”Cepat sekali pak Dendi datang”

Saya:”Ini udah jam Sembilan malam, biar nanti gak kemaleman juga saya di sini, masa saya datang tengah malam atau shubuh-shubuh”ucap saya ketus.

Suhada:”Tapi anak-anak saya belum pada tidur Pak”

Oh ya Suhada ini mungkin umurnya sudah mendekati 40. Sementara istrinya umurnya sekitar 34 tahun, kata istri saya sich. Mereka mempunyai dua anak, satu perempuan yang sekarang kelas 9 dan adiknya laki-laki kelas 6 SD. Ya anak mereka sudah besar-besar padahal umurnya tidak jauh berbeda dengan saya, sepertinya mereka nikah muda.



Saya:”Tidak apa-apa saya bisa menunggu” ucap saya sambil sengaja tidak melihat ke Suhada untuk memperlihatkan bahwa saya tidak menyukai dia.

Suhada:”Pak, bisa kah dibatalakan, istri saya marah besar sama saya”

Saya:”Tidak bisa, atau sesuai perjanjian, saya bawa kasus ini ke yang berwajib, bukan bapak saja yang bakal terseret tapi anak buah bapak, anak buah bapak semua sudah setuju dengan perjanjian kita tidak membawa ini ke pihak yang berwajib, mereka akan marah besar sama bapak” ucap saya tegas.

Suhada pun nampak semakin murung saja.



Suhada:”Tapi tidak dengan istri saya juga pak, saya bisa carikan yang lebih cantik dan muda buat bapak, yang penting jangan istri saya”

Saya:”Hahaha, kalau begitu sama saja ceritanya bukan balas dendam, istri ya di bayar istri, kalau gak gitu gak impas, saya kan sudah bilang sekali saja tapi kalau saya ketagihan bisa dua tiga kali, urusan kita impas”

Ku lihat Donatus pun menatap tajam kepada Suhada membuat nyali Suhada semakin ciut saja.

Suhada:”Saya ke dalam dulu pak, saya mau suruh anak-anak tidur”

Saya:”Monggo” ucap saya tanpa melihat ke Suhada.

Suhada pun segera masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu.



Donatus:”jangan kasih kendor bos, dia ngulur-ngulur waktu terus kayak mau merencanakan sesuatu” ucap Donatus.

Saya:”Ia kah, wah kamu jangan bikin saya khawatir”

Donatus:”Saya cuma nebak-nebak, lihat gelagatnya saja bos, tapi tenang, kalau dia macam-macam biar dia saya sikat”

Saya:”Santai, jangan sikat-sikat terus, tapi aku jadi khawatir juga, apa perlu kita panggil Sonny dan Pangkur?

Dontatus:”Tenang bos, percaya sama saya, saya bisa nanganin ini” ucap Donatus sambil menyingkirkan kaos dipinggangnya dan menunjukang beceng yang dia bawa. Ya si Donatus ini memiliki senjata Api tapi mungkin dia tak punya izin alias senjata ilegal, dulunya memang dia seorang anggota brimob. Dia pernah bekerja juga sebagai chief security atau pengawal pribadi di beberapa perusahaan sampai suatu kasus dia bunuh orang karena masalah sepele mabuk-mabukan di perusahaan sawit tempatnya bekerja di kalimantan.



Saya sudah membayar si Donatus dengan memberi uang lebih, untuk menjamin keselamatan saya juga, jaga-jaga para tukang akan melakukan serangan balik. Cukup lama kami menunggu, sudah hampir 20 menitan, hampir setengah sepuluh malam.

Saya:”Sudah hampir setengah sepuluh nich”

Donatus:”Apa perlu saya gedor bos”

Saya:”Jangan lah, entar tetangga curiga, bisa berabe kita”



Saya:”Kita tunggu sepuluh menitan lagi dech”

Ternyata benar, pukul setengah sepuluh pintu rumah kembali terbuka dan nampak Suhada berdiri depan pintu.

Suhada:”Masuk pak, mas Donatus juga masuk” Suhada meminta kita berdua masuk ke dalam rumah.

Saya pun dengan Donatus segera masuk ke dalam rumah. Suhada pun meminta kita berdua duduk di ruang tamu.



Suhada:”Anak-anak sudah saya minta tidur, agak susah pak, jadi tadi agak lama”

Saya:”Tidak apa-apa pak” ucap saya, kali ini sudah lunak.

Suhada:”Istri saya sudah di kamar, kamar yang paling ujung, tenang saja kamar sebelah kosong, anak-anak di kamar depan sini” ucap Suhada memberi tahu.

Saya:”Ok, apa saya bisa masuk sekarang?

Suhada:”Bisa Pak, biar bapak tenang saya tinggal ya, saya nunggu di luar rumah saja”

Donatus:”Gak bisa, kamu Suhada tunggu di sini sama saya” ucap Donatus tegas sambil melihat saya.

Saya pun menganggukan kepala tanda setuju.



Suhada menarik napas panjang.

Suhada:”Saya gak berani lagi macam-macam pak, tapi baiklah saya tunggu di sini” ucapnya dengan suara lemah.

Saya:”Ok, saya masuk ya”

Suhada:”Ok pak. mangga”

Saya pun menoleh sebentar pada Donatus, dia pun segera mengacungkan jempolnya.



Saya pun berjalan perlahan menuju kamar yang paling pojok, bentuk rumah Suhada memang sedikit memanjang.

Saya pun cukup berdebar-debar, meski sudah sering melakukan tindak asusila kali ini sedikit berbeda, si perempuan sangat mungkin tidak suka, bukan atas dasar kerelaaan, bahkan juga beda dengan waktu saya dan Wilton memperkosa Titin.



Saya pun segera mengetuk pintu kamar. Tak ada suara apapun selain bunyi ketukan saya. Saya pun mencoba mendorong gagang pintu dan ternyata tidak di kunci. Saya pun segera masuk ke dalam kamar tersebut. Kamarnya cukup luas ada sebuah springbed berukuran king size dan kulihat Uli sedang duduk di depan meja rias, tampaknya dia tidak menghiraukan kedatangan saya. Saya pun segera duduk di atas spring bed. Uli tampak menggunakan pakaian serba hitam, jilbab hitam dan baju gamis warna hitam juga.



Uli:”Kang, tolong dikunci kamarnya, saya gak mau kalau tiba-tiba ada anak saya” ucapnya. Saya pun segera berdiri lalu mengunci pintu kamar.

Saya pun kembali duduk di spring bed. Uli kemudian berdiri. Meski gaunya lebar tetap tak mampu menyembunyikan pantatnya yang besar. Wajah Uli cukup cantik juga kulitnya tak terlalu putih.tapi mempunyai daya tarik seks yang tinggi, bibirnya cukup tebal, terlebih karena statusnya yang seorang istri orang dan seorang ustazah yang cukup terpandang di sini membuat saya semakin bergairah.



Uli pun berjalan menghampiri saya, kepalanya menunduk melihat ke lantai.

Plak... saya pun menampar pantatnya Uli saat dia hendak duduk.

Uli:”Awww” dia pun segera menatap saya dengan penuh kebencian.

Saya pun segera mengalihkan pandangan saya.

Uli pun kemudian duduk sedikit menjauh setelah saya tampar pantatnya tadi, mungkin satu meteran.



Uli tampak menarik napas panjang seperti hendak melepas beban berat.

Uli:”Kang Dendi, akang sudah pikirkan betul-betul soal ini?

Saya:”Soal apa ya? Saya pura-pura tidak paham, padahal saya tau maksud arah ucapan dari Uli.

Uli kembali menarik napas panjang.

Uli:”Akang sudah pikirkan matang-matang? Akang beneran mau nidurin saya?

Uli pun menatap saya dengan tajam.



Saya:”ia, saya yakin” ya modus sekalian balas dendam

Uli kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Uli:”Yuli gak nyangka, bener-bener gak nyangka” Ya nama aslinya Yuli tapi biasa dipanggil Uli.

Uli:”Akang kan orang yang terpelajar, bu Dewi juga, koq bisa, cuma masalah utang piutang koq saya harus buka kutang buat akang, akang gak berpikir kah, akan akan menodai seorang istri, merampas kehormatan seorang ibu, akang gak mikir gimana malunya saya nanti kalau ketemu anak-anak, saya malu menatap mereka nanti, ibunya sudah kotor, sudah dinodain orang, ibunya sudah ternoda, gimana perasaan saya kalau ketemu ibu-ibu pengajian, ustazahnya wanita yang kotor” ucap Uli penuh emosi dan seperti mau menangis.



Tapi yang menjadi focus saya adalah masalah utang piutang.

Saya:”Memang apa yang dibilang suami kamu? Karena utang piutang maksudnya apa? Tanya saya dengan suara tegas.

Uli kini menatap saya, matanya terlihat berkaca-kaca, hati saya sedikit bergetar juga.

Uli:”Ia, ini karena urusan utang piutang kan, dan otak mesum serta nafsu binatang akang kan, sampai akang tega agar hutang suami saya lunas akan mau menyetubuhi Uli, suami saya harus membayar hutangnya dengan tubuh saya?

Saya:”Memang apa yang dibilang suami kamu, kita tak ada urusan utang piutang”



Uli kembali menatap saya dan tampak sedikit terkejut mendengar perkataan apa.

Uli:”lalu ini atas dasar apa, sampai suami saya mau menyerahkan kehormatan saya sama akang?

Saya:”Kamu jawab dulu pertanyaan saya, memang apa yang dibilang suami kamu ke kamu? Tanya saya dengan suara sedikit keras seperti orang emosi, padahal saya dramatisir.

Uli pun nampak terkejut melihat ekpresi saya.

Uli:”Kang Suhada bilang dia punya utang sama akang 250 juta, saya juga gak tahu kapan dia pinjam sama akang dan buat apa, saya gak tahu, dari dulu pengen beli mobil tapi juga gak bisa, suami saya gak mau ngutang, dia gak ngaku uangnya buat apa, akang sudah berkali-kali nagih dan suami saya tidak bisa membayar sekarang, akang ngancam mau jebloskan dia ke penjara juga mau habisi suami saya, terus akang minta tidur dengan saya dan hutang suami saya lunas”



Kurang ajar juga, rupanya si Suhada mengarang cerita juga. Saya pun mulai emosi beneran.

Saya:”Rugi kalau demi tidur 250 juta sama teh Yuli, saya tak pernah mengutangi suami teteh”

Uli pun tampak semakin terkejut, kini dia pun mendekat kepada saya.

Uli:”Lalu ini tentang apa kang, tolong jelaskan? Kenapa saya harus menanggung semua ini?

Saya tidak menjawab, tapi saya mengeluarkan ponsel saya. Saya pun membuka video yang diberikan Donatus.



Lalu saya memilih adegan yang menampilkan Suhada sedang menyetubuhi istri saya.

Saya pun memberikan ponsel saya kepada Uli.

Saya:”Nich, kamu lihat sendiri”

Uli pun perlahan menerima ponsel saya. Lalu dia menutup mulutnya.

Uli:”Astagfirulloh, ayah” ucapnya sambil memejamkan matanya dan segera memberikan ponsel saya kepada saya. Saya pun mematikan video dan memasukan ponsel saya kembali ke dalam saku celana saya.



Uli:”Itu apa yang terjadi kang? Suaranya kini sedikit pelan.

Saya:”Suami kamu dan teman-temannya sudah memperkosa istri saya” ucap saya dengan suara keras dan saya usahakan agar saya terlihat seperti benar-benar emosi.

Saya:”Padahal saya mempekerjakan mereka di rumah saya, tapi apa?

Uli:”Saya gak nyangka kang Suhada setega itu”

Saya:”Istri saya sedang hamil uli, mikir gak”



Uli tampak meneteskan air matanya.

Uli:”Saya dapat memahami perasaan akang”

Uli kembali menarik napas panjang.

Uli:”Tapi gak begini caranya kang, balas dendam gak menyelesaikan masalah, kenapa akang tidak lapor polisi saja, saya ikhlas suami masuk bui untuk menebus kesalahannya”

Saya:”Hehe, memang semudah itu, kalau hal ini terjadi sama kamu, malam ini saya memperkosa kamu Uli, apa kamu berani lapor polisi? Apa kamu tidak akan merasa malu? Ayo jawab?



Uli kembali terisak.

Uli:”Tapi apa bedanya kang Dendi sama suami saya kalau kang Dendi melakukan hal yang sama yang dilakukan suami saya kepada istri akang?

Tanya Uli sambil menatap saya. Kelopak matanya terlihat sembab dan matanya memerah.

Saya:”Akh banyak cingcong, bedanya kmau Cuma akan dinodai satu orang, istri saya sama Sembilan orang” Saya segera memeluk Uli dan berusaha mencium bibirnya.

Uli berusaha menghindari ciuman saya dan tangannya pun berusaha menghadang saya.



Uli:”sadar kang, pliiis aaakh” ucap Uli tapi dengan suara pelan mungkin takut juga ada yang dengar.

Saya tetap menciumi Uli, bibirnya sempat saya dapatkan, wajahnya kini saya ciumin.

Saya:”Coba bandingkan, kamu cuma akan ternoda oleh saya, tapi istri saya ternoda oleh 9 orang, mikir” ucap saya sambil terus menciumi wajah Uli.

Uli pun kembali terisak.

Saya sudah tidak sabar, bisa-bisa gak tuntas-tuntas dan khawatir obat kuat yang sudah saya minum yang diberikan Donatus akan berkurang efeknya.



Saya pun mendorong Uli hingga terlentang di kasur. Saya segera menindih tubuh montok Uli.

Uli:”Aaaggh, jangan sentuh saya kang aaahkkkkh, lepaaaaskan” Uli meronta dan sedikit berteriak walau tetap suaranya tidak keras, mungkin takut terdengar oleh anak-anaknya.

Saya terus menciumi muka Uli dan kini tangan saya sudah meremas-remas kedua susunya uli dari luar gaun gamisnya.

Uli:”Ampun kang, jangan sentuh saya aaggghh”

Kini tangan saya berpindah meremas-remas pantat semoknya Uli dari luar gaun gamisnya. Uli pun menggeliat dan meronta.



Kemudian saya melepaskan Uli. Uli pun segera beringsut ke sudut ranjang menempel ke dinding sambil tetap terisak.

Saya melepaskan Uli bukan karena saya menyerah tapi justru rontaan dan jeritan Uli membuat saya makin bergairah. Saya pun segera melepaskan semua pakaian saya hingga telanjang bulat. Kontol saya pun sudah mengacung dengan keras.

Uli pun segera menutup mukanya dengan kedua tanggannya begitu melihat saya telanjang.

Saya pun segera mendekati Uli lagi



Uli:”pliiis, jangan sentuh saya lagi kang, Uli yakin bu Dewi gak nyuruh akang melakukan ini, ini pasti inisiatif akang, bu Dewi orang yang alim, gak akan nyuruh akan melakukan hal bejat macam ini”

Saya:”Hehe” saya pun tertawa dan duduk di samping Uli. Saya usap-usap pantatnya uli. Uli diam saja tak lagi melakukan perlawanan.

Saya:”Kamu salah ustazah, Dewi justru sangat marah, tak ada cara lain untuk membalas sama si Suhada kecuali cara yang sama, saya bisa saja meminta rekan-rekan saya juga untuk menggarap kamu rame-rame, tapi tidak saya lakukan” ucap Saya sambil kini meremas-remas pantatnya Uli.

Uli:”Saya paham kang, tapi coba akang pikirkan, gimana perasaan saya saat saya menemui anak-anak saya, saya malu, tubuh saya kotor, kalau pada suami saya tidak perduli lagi, dia jahaaat, terus mau ditaruh di mana muka saya saat menemui ibu-ibu pengajian kalau saya sudah pernah berzinah”



Saya:”Dosa kan saya yang tanggung, kamu tidak, kamu tidak berzinah tapi akan dizinahi, sudahlah kamu Cuma mengulur waktu, mending pasrah dan layani saya, saya lebih gagah dari suami kamu kan, punya saya juga lebih besar dan panjang dari punya suami kamu”

Uli:”Najis, Uli tidak mengejar kenikmatan, ia akang lebih gagah, lebih ganteng, Uli akuin, sama kontolnya eh itunya juga lebih gede dan panjang dari suami saya, tapi kita bukan muhrim, ini dosa kang”

Saya tak menjawab tapi saya menyingkapkan gaun gamis Uli sampai ke pinggang.



Kini tampak pantat mulus Uli yang cuma tertutup celana dalam tipis warna putih yang sepertinya kekecilan.

Uli tetap terisak tapi kini cuma diam saja tak meronta atau melakukan gerakan apapun sambil tetap memunggungi saya. Kesempatan ini saya manfaatkan, saya mengeluarkan ponsel saya dari saku dan saya taruh di meja kecil dekat kasur untuk menyimpan sajadah, camera saya setel dalam mode rekam, saya sengaja akan merekam ini untuk jaga-jaga saja, yang mungkin hasilnya gak maksimal tapi ada lah, saya ganjal pakai sajadah. Saya pun segera kembali ke Uli.



Saya pun kembali meremas-remas pantatnya Uli. Setelah puas saya pun mulai menciumi pantatnya si Ustazah Uli masih dari luar cdnya.

Uli:”Uggh…ughhhh”

Saya pun mulai menjilati memeknya Uli dari luar cdnya. Saya berada di tengah-tengah kedua pahanya. Lidah saya mulai menyapu selangkangan Uli.



Uli:”Aduh gusti ampun, dosa kang aaagh, jangan jilat itu” ucapnya . tampak kedua tangannya menutup mukanya sendiri.

Saya sudah tidak memperdulikan ucapan Uli, kini saya dorong dia agar terlentang. Uli tidak lagi menutupi mukanya. Dia pun pasrah dan terlentang. Kedua tangannya terbentang dan tampak wajahnya pasrah.

Uli:”Tolong kang, lalukan dengan cepat”

Saya:”Terserah saya dong, suami kamu juga gak cepat-cepat ke istri saya” ucap saya yang kini pas berada di tengah-tengah selangkangan Uli. Tampak memeknya Uli begitu menggembung dari balik cdnya, kebetulan cdnya tipis, bulu-bulu hitam kemaluannya dapat saya lihat dengan cukup jelas, sepertinya lebat.

Saya pun menarik turun celana dalam putih milik Uli. Uli pasrah tak ada perlawanan lagi, hanya tangannya langsung menutup selangkangannya yang kini terbuka. Saya pun melepaskan celana dalamnya Uli lalu saya ciumi.

Saya:”Wangi cangcutnya kamu ustazah” ucap saya melecehkan dia. Uli menatap saya dengan tatapan marah.



Lalu saya taruh cdnya Uli bersama tumpukan baju saya.

Saya pun segera menyingkirkan tanganya Uli yang sedang menutupi memeknya. Uli pun pasrah membiarkan saya kini dapat melihat dengan bebas memeknya yang ternyata bulunya memang sangat lebat, bahkan lebih lebat dari Dewi.

Saya pun segera menunduk dan meraba-raba memeknya Uli.

Uli:”Aaakkkhg, gusti ampunin Uli aaaghh” Kini Uli kembali menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Saya:”Uli kamu lebih suka baok memek kamu lebat ya? Saya juga suka ngeliatnya” ucap saya.

Tak ada jawaban dari Uli.



Saya pun mulai menyingkirkan bulu-bulu kemaluan Uli, kini bibir memeknya sudah dapat saya lihat. Saya pun mulai menjulurkan lidah saya dan menjilati bibir memeknya Uli.

Uli:”Ugggh…aaaggh” reaksi normal dari tubuhnya terjadi, dia mulai menggelinjang begitu lidah saya mulai menusuk masuk ke dalam memeknya. Saya pun segera memainkan itilnya Uli menggunakan jempol saya.

Uli:”Aaagh kang, jangan sentuh aaagh,jangan sentuh itil uli, ampun gak kuat”

Tangan Uli sempat mendorong kepala saya tapi segera saya singkirkan. Kini ku lihat kedua tangannya menggenggam kain seprai.



Saya pun semakin bersemangat, lidah saya sudah menari-nari melalui bibir memeknya Uli, sementara itil Uli yang cukup besar terus saya pilin. Memek Uli pun mulai basah, hal normal yang tak bisa dielakan oleh Uli.

Uli:”Aaampun aaaagh Uli gak kuat itil Uli digituin ya gusti ampunin Uli” Uli pun mengejang, dia tak dapat menolak orgasme yang datang.

Memek Uli pun sudah banjir sekali. Saya pun segera bangkit dan jongkok. Kontol saya masih tegang mungkin pengaruh obat kuat meski dari tadi nganggur. Saya pun menggesek-gesekan kontol saya di bibir memek dan itilnya Uli.

Uli tampak memejamkan matanya. Air mata tampak mengalir ke kedua pipinya. Hati saya sedikit bergetar, tapi nafsu lebih unggul dan dominan. Saya pun perlahan mendorong kontol saya memasuki memeknya uli.

Uli:”Aagh ampun kang Suhada Uli digadabah si Dendi aaagh, Uli dizinahin hiks..hikssss”



Uli tampak memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya sambil sesegukan. Saya pun segera mendorong kontol saya, sudah separuh kontol saya tertelan oleh memeknya Uli. Saya gulung kembali gaun gamis Uli hingga ke atas dada. Tampak payudara uli yang lumayan besar tertutup bh warna hitam dan juga urat-uratnya tampak berwarna biru karena kulitnya putih dari bagian atas payudara Uli yang tak tertutup oleh beha.

Saya pun segera mengeluarkan payudara Uli dari dalam bhnya



Sementara seluruh kontol saya sudah terbenam ke dalam memeknya Uli.

Saya pun mulai mendorong keluar masuk sambil meremas teteknya Uli. Plooook…ploook…plooook benturan pantat Uli dengan paha saya mulai terdengar.

Saya:”ooogh..nikmat memek kamu Uli, bisa ngempot aaagh”

Uli:”Ugggh, ini zinah kang dosa, hiks..hiks udah jangan perkosa Uli lagi” ucap uli dan kembali terisak.

Saya:”Ia Uli, tapi kamu saya zinahi dan kamu terpaksa, jadi kamu gak usah malu kalau ketemu anak atau ibu-ibu pengajian kamu gak salah” ucap saya mengsugesti Uli sambil tetap mengenjot Uli dengan perlahan dan tangan saya meremas susunya Uli dan saya pilin-pilin puting susunya Uli yang berwarna kehitaman sebesar kelereng, sangat besar, mungkin dia menyusui semua anaknya. Saya memang tidak ingin buru-buru, saya menggenjot dengan cukup pelan.



Uli:”Zinah tetap zinah kang, kamu sudah menodai saya, sudah merenggut kehormatan saya hiks..hiks”

Saya:”Uuggh tapi nikmat kan, buktinya ini kamu goyang juga”

Sepertinya Uli baru sadar bahwa dia pun ikut goyang. Dia segera saja diam tak bergerak.

Saya pun segera mempercepat genjotan saya, saya ingin tau reaksi Uli. Ploook..ploook…ploook

Uli:”aagh ampun aaagh sampai Rahim Uli”

Saya:”apanya Uli?

Uli:”Uugh..ugggh..ugggh” Uli tidak menanggapio pertanyaan saya.



Tapi reaksi Uli sudah berubah, berkat sodokan yang semakin cepat dan keras Uli kini terus meleguh.

Uli:”Uugh gusti uuugh..uggggh”

Saya pun segera mendekap Uli. Kini mulut saya sudah mencaplok susunya Uli.

Uli:”Aaagh, jangan dicupang kang aaagh”

Tapi saya tidak memperdulikan ucapan Uli, saya memberi beberapa cupangan di teteknya Uli.



Uli:”ampun aaaagh jangaaaan di cupaaaang” Tangan Uli berusaha menahan kepala saya tapi saya tetap menyedot dan menggigit payudaranya Uli. Kulitnya kuning membuat warna merah yang saya buat begitu tampak nyata. Kini puting susu Uli sudah saya isap.

Uli pun sudah kembali bergoyang mengimbangi sodokan saya.

Saya:”Nikmat kan sayang” ucap saya disela-sela perpindahan dari payudara kanan Uli ke payudara kirinya. Segera payudara kiri Uli saya caplok.



Uli:”Ia kang, tapi ini zinah, dosa besar aaagghh” ucap Uli yang akhirnya mengakui kenikmatan yang saya berikan.

Uli:”Aaakh jangan dicupang lagi pliiiis” tangan Uli kembali berudaha menahan kepala saya yang sedang mencupangi payudaranya tapi tak kuhiraukan karena gerakan tangan uli pun terasa lemah.

Setelah puas menikmati payudara Uli saya pun segera mengarahkan mulut saya dan saya pagut bibirnya Uli. Kini Uli tidak melawan membiarkan saya menciumi dia meski dia tidak membalas ciuman saya.

Uli:”Mmmpz aaagh…aaaagh”

Saya kini menaikan jilbabnya Uli tampak lehernya yang bersih berwarna kuning sungguh mengundang birahi dan saya segera menjilati lehernya Uli dan menggigitnya.



Uli:”Uuhg ampun kang, dileher mah atuh jangan dicupang, nanti kelihatan sama anak-anak Uli”

Tapi saya tidak memperdulikannya, bahkan ucapan Uli makin membuat saya bergairah untuk memberi cupangan sebanyak mungkin.

Saya pun kemudian berpindah ke leher sebelah kanan dan kembali juga memberikan cupangan di lehernya Uli.

Uli:”Uugh ampun aaaaghhh”

Setelah puas saya pun kembali ke posisi semula. Sambil jongkok dan saya genjot semakin cepat memeknya Uli.

Uli:”aaah ampun kasar banget aaaah sakit” ploook..ploook…ploook saya sodokan kontol saya sekencang mungkin.

Saya:”aaagh gua gak kuat” saya sodokan kontol saya dalam-dalam dan crooot…croooot..crooot sprema saya pun menyembur di dalam memeknya Uli.



Uli:”Ampun gusti aaaagh…aggggh…agggh, Nazis gak mau peju…aaaagh bangsaaaaat” Uli pun mengejang dan menjerit kecil di setiap tembakan sprema saya.

Uli tampak napasnya turun naik. Dia lalu melotot kepada saya.

Uli:”akang bucatin di dalam memeknya Uli aaduh lepasin” uli pun berusaha berontak tapi segera saya dekap karena ternyata kontol saya masih keras, ini pasti akibat obat kuat dari Donatus. Saya pun segera menggenjot Uli lagi.

Uli:”Lepasin kang, jangan hamili Uli” uli kini kembali mengangis sesegukan.

Sementara saya kembali menyodok memeknya secepat mungkin dan mulut saya kembali namplok di leher Uli.



Uli:”Aaagh ampun uuagghh, koq masih keras kontolnya aaaaagh” Uli pun kembali bergoyang mengimbangi sodokan saya. Sambil mengentot memeknya Uli, lidah saya tersu menyapu belakang telinga Uli, Jilbab Uli pun saya lepas tinggal ciputnya yang masih nempel.

Ploook…ploook…ploook Bunyi benturan paha saya dan pantat Uli semakin nyaring, ranjangpun semakin berderit-derit.

Saya:”aaagh nikmat ternyata memeknya ustazah aaagh” ucapan saya tak ayal membuat Uli makin meradang.

Uli:”Udah kang, lepaskan, gak puaskah akang menodai saya sekali uugggghh” ucap Uli tapi diakhiri dengan leguhan.

Saya:”nggak, kayaknya saya bakal ketagihan jepitan memek kamu Uli”

Uli pun tiba-tiba memeluk saya dan mengejang. Memeknya berkedut-kedut dan terasa makin hangat dan lengket. Sementara kontol saya masih keras cuma sedikit terasa kebas.Saya pun segera melumat bibirnya Uli. Kali ini dia membalas ciuman saya meski matanya terpejam. Sementara saya menghentikan sodokan kontol saya, membiarkan Uli menikmati sisa-sia orgasme dia.



Cukup lama kami berciuman sampai akhirnya Uli melengos menghindari ciuman saya, saya sengaja tak mengomentari hal ini agar Uli tak lagi meradang. Saya kembali mengeluarkan masukan kontol saya di memeknya Uli yang terasa begitu lengket dan basah.

Cploook…cplooook…cplooook dan luar biasanya kontol saya masih keras tapi sedikit sulit untuk keluar dan makin kebas.

Uli:”aaagh,aaagh…aagh kang koq kontolnya masih keras aza ampun aaagh…agggh”

Saya:”Tapi Uli suka kan?

Uli:”Aagh suka tapi ini zinah aagh….aggghh, udah jangan gadabah Uli lagi, cukup kaaang”

Saya pun mempercepat sodokan kontol saya. Ranjang pun sampai berderit dengan kencang. Kalau ada orang di kamar sebelah pasti bisa mendengarnya, tak saya perdulikan rengenkan dari Uli.



Uli:”aagh, keras terus kontolnya kang aaagh…agggghhh”

Lalu tiba-tiba saya mencabut kontol saya, saya segera bangkit dan saya lihat kontol saya begitu mengkilat.

Uli pun segera bangkit dan duduk lalu mengorek-ngorek memeknya.

Uli:”Akang, tadi pejunya keluar di dalem momok saya kan”

Saya:”Ia, maaf saya gak tahan”



Uli tampak menarik napas panjang lalu merebahkan badanya lagi dan mulai terisak lagi.

Uli:”Pembalasan akang sudah berhasil, akang sudah berhasil menodai saya, saya sudah tidak suci lagi kang, akang sudah merenggut kehormatan saya sebagai seorang ibu dan istri dan mungkin akan juga akan menghamili saya”

Saya:”Itu yang saya mau, kamu hamil, agar kamu selalu inget dosa yang pernah diperbuat suami kamu”

Ucapan saya semakin membuat Uli meredang, Isak tangis Uli pun mulai kencang. Saya sebenarnya kasihan tapi sudah lah sudah terlanjur, saya tarik Uli untuk duduk dan saya loloskan gaun gamisnya melalui kepala, kemudian behanya pun saya lepas.

Saya pun menepuk pantat Uli.



Saya:”Nungging…”

Uli pun segera nungging, tidak lagi terdengar isak tangis dari Uli, sepertinya dia sudah pasrah.

Saya pun segera melebarkan kedua kaki Uli, kemudian kontol saya segera saya sodokan kembali ke memeknya Uli. Blseeeek….

Uli:”Aaaagh, ugggh…guggghuu”

Saya pun segera menggenjot memeknya Uli lagi. Ploook…ploook…ploook paha saya pun terus menghantam pantatnya Uli yang masih padat tidak turun, hanya susunya Uli yang sedikit turun. Saya pun memeluk Uli dari belakang sambil meremas-remas pantatnya.



Kain seprai pun sudah acak-acakan gak karuan. Rambut Uli pun sudah acak-acakan karena kadang saya tarik sebagai pegangan. Sementara ciputnya sudah saya buang ke lantai.

Ploook..plook..ploook

Uli:”aakh..akkkh kapan ini berkahir uuuuh, kapan penderitaan ini berakhir hiks..hikss” uli kembali mengejang dan langsung tersungkur. Memeknya kembali berkedut. Saya pun membiarkan Uli istirahat sejenak. Perlahan saya menarik uli untuk nungging kembali lalu saya pun mulai menyodok memek Uli lagi. Perlahan-lahan saya tingkatkan kecepatan sodokan kontol saya. Saya melakukannya sambil meremas-remas pantatnya Uli.



Uli:”aaagh, keluarkan spremanya Kang, saya capek aaagh” ucap Uli dan tampak sepertinya sudah cukup kelelahan.

Saya pun mengenjot Uli habis-habisan dan bunyi benturan pantat Uli yang dihantam paha saya pun semakin nyaring.

Uli:”Aaagh….aaagghh…aaaagh” beberapa kali kepala Uli terdongkak oleh sodokan kontol saya.

Saya:”aaagh…” saya pun segera memeluk Uli lagi dari belakang dan crooot..crooot…croooot sperma saya pun keluar kembali dan anehnya sepertinya tetap banyak. Tapi terasa kontol saya sangat kebas. Uli pun tersungkur dan saya menindihnya dari belakang. Saya pun kemudian berguling ke samping Uli. Kontol saya sekarang sudah mulai layu. Uli masih terlungkup dan tak terdengar apapun hanya napasnya yang terdengar ngos-ngosan.



Untuk beberapa saat tak ada yang saling bicara di antara kami.

Uli kemudian bangkit dan segera menuju bantal dan kemudian dia terlentang tepat di samping saya. Tatapan matanya tampak kosong. Napasnya masih terlihat berat.

Saya:”sorry saya tadi keluar di dalam memek kamu lagi”

Uli:”Sama saja, mau akang keluar beberapa kali di memeknya Uli gak ada beda, tadi yang pertama peju akang sudah keluar di dalam memeknya Uli, mungkin udah sampai ke Rahim Uli dan membuahi ovum Uli”

Ucap Uli ketus.



Saya pun tersenyum saja. Puas rasanya mengerjai istrinya Suhada. Aku bisa melampiaskan kemarahanku. Satu orang sudah kena. Uli pun tampak bangun, dan saat dia bangun saya baru sadar ketiak Uli cukup lebat juga bulunya, dia kemudian mengambil selimut yang ada di kursi dekat ranjang, diapun rebah kembali dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang baru diambilnya.

Uli pun kemudian memunggungi saya.

Uli:”Udah puas belum kang Dendi, Kang dendi sudah mengambil semuanya, merasakan semua bagian tubuh saya, merampas kehormatan saya”

Saya tidak segera menjawab, saya pun lagi berpikir saya pulang sekarang atau saya tunggu kontol saya berdiri lagi dan saya kentot lagi si Uli. Bulu ketiak si Uli tadi telah menggoda saya lagi.

Uli:”kenapa diam Kang, akang sudah menodai saya, merampas kehormatan saya, semua sudah, mencupangi leher saya, mencupangi susu saya, kontolna akang udah mengacak ngacak dan ngobok-ngobok momok uli, apalagi, sekarang akang bisa pulang” ucap Uli lagi dengan suara yang lebih keras.

Saya:”Saya belum puas, pengen sekali lagi”



Uli:”Akang masih belum puas? Tanya Uli sambil berbalik menghadap kepada saya.

Saya:”Ia, habis memek kamu enak biar anak udah 2 juga” ucap saya vulgar terhadap sang ustazah.

Uli tampak menarik napas panjang.

Uli:”Uli udah lemes dan capek kang, memang bisa cepat berdiri lagi kontolna akang?

Saya:”Bisa, asal Uli mau buka selimutnya” ucap saya sambil memiringkan tubuh



Di luar dugaan Uli membuka selimutnya hingga tubuh telanjangnya kembali terlihat.

Uli:”Begini, uli harap kontolna akang cepat melegeung deui, Uli pengen cepet selesai”

Saya pun segera memeluk uli dan saya rentangkan tangan kanannya. Segera lidah saya menyapu ketiaknya Uli yang berbulu lebat.

Uli:”aaagh, ampun kang geli aaagh, jangan jilatin ituuuu” ucap uli, kini raut wajahnya sedikit berbeda tak ada lagi isak tangis.

Saya pun segera menindih Uli. Lidah saya pun menari-nari di ketiaknya Uli.

Slruuup…slruuup..slruuuuup… Saya pun begitu bersemangat menjilatinya, uli kini semakin pasrah, hanya beberapa kali menggeliat karena kegelian. Bau khas ketiak cukup menyengat tak saya hiraukan.



Uli:”aagh geli kang uugh, akang sama kayak suami Uli suka jilatin ketiak” ucap Uli sambil mengelinjang. Saya pun kemudian menggigit ketiak Uli sampai meninggalkan tanda merah.

Uli:”Aaagh, ketiak Uli pun akang cupang? Uli pun menatap saya.

Tapi saya tak menjawab segera berpindah ke ketiak Uli yang kiri dan segera saya jilatin juga.

Uli:”aagh ampun kang geli aaaugghhh”

Jeritan dan rintihan Uli membuat saya semakin bersemangat menjilati ketiaknya Uli. Ketiak Uli sebelah kiripun segera saja semakin basah oleh ludah saya, sebelumnya basah oleh keringat. Tiba-tiba saya terkejut ketika merasakan kontol saya sudah dikocok-kocok oleh Uli. Saya pun tidak berkomentar takut dia malah merasa malu.



Dengan segera kontol saya pun perlahan-lahan semakin mengeras.

Uli:”aaagh, Kang uugh, kontolna udah mulai gede lagi” ucap Uli sambil merintih.

Segera saya pun berpindah dari menjilati ketiak Uli ke teteknya Uli. Pentil susunya yang begitu besar segera saya hisap.

Uli pun semakin sering merintih keenakan.

Uli:”aaagh kang enak aaaagh” Uli pun sudah tidak malu lagi mengucapkan kata yang menandakan ia juga menikmati.



Uli:”Uuhg kang aaaah isep yang kuat aaah…teteknya Uli” seketika pentil susu Uli pun semakin mengeras dan mengacung. Pentil susu Uli pun basah oleh jilatan saya.

Uli:”aaagh gak kuat kang, masukin kontolna, ini udah meleugeung pisan” ucap Uli.

Saya pun segera memposisikan kontol saya di memeknya Uli. Uli pun menuntun kontol saya agar segera memasuki memeknya. Saya pun segera mendorong kontol saya, memeknya uli ternyata sudah basah lagi, begitu mudah kontol saya memasukinya.



Uli:”aaagh nikmat ampunin Uli gusti, ayo kang ewe uli” Ucap Uli.

Saya pun segera maju mundur mengentotin Uli lagi dalam posisi konvensional.

Ploook…ploook..plooook benturan pantat Uli dan paha saya pun terdengar lagi.

Uli:”Aaagh…aaaagh…aaaaaagh”

Saya:”Aaagh makin lama makin nikmat memek kamu Uli” ucap saya karena memang memek Uli seperti memijat, tak banyak yang punya kemampuan seperti ini salah satunya ya Dewi istri saya, Anis juga.



Saya pun segera mendekap Uli dan mulut saya pun segera menciumi bibirnya Uli. Uli kini melayani ciuman saya. Kemudian ciuman saya berpindah ke belakang telinga Uli agar dia semakin sange.

Uli:”Aaaaaagh Kang, kagok sudah Uli nikmatin aza zinah sama akang” ucap Uli

Saya mendengarnya pun semakin semangat menggenjot memeknya Uli.

Saya membayangkan seperti apa wajah Suhada memikirkan istrinya yang sedang saya setubuhi



Uli:”Akang aaagh nikmat aaagh… entot yang kenceng” ucap Uli

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya sambil tetap menjilati belakang kupingnya Uli, cupangan pun kembali saya daratkan di leher dan belakang telinganya Uli.

Uli:”aaagh gak kuat aaaagh Uli mau keluar” ucap Uli sambil mengoyangkan pantatnya mengimbangi sodokan saya.

Saya:”Barengan Uli saya bentar lagi” ucap saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.

Saya pun mengahajar memeknya Uli membabi buta. Ranjang pun berderit semakin kencang.



Saya:”aaaagh…rasakan ini” ucap saya sambil menghujamkan kontol saya.

Uli:”Aaagh akang” kedua kakinya segera melingkar di pinggang saya. Lalu croooot..crooot…crooot sprema saya pun keluar tapi tidak banyak tapi sedikit ngilu terasa sekarang mengurangi nikmat yang saya radsakan. Kontol saya begitu kebas. Sementara Uli tampak memejamkan matanya dan beberapa kali mengejang di setiap semprotan sprema saya.

Saya pun segera melumat bibirnya Uli dan Uli pun membalas lumatan saya. Cukup lama kami melakukannya. Kontol saya anehnya tetap keras tapi kebas.



Uli pun melepaskan pagutan saya.

Uli:”Kang, kontolna koq tetap keras kayak batu? Minum obat kuat ya?

Saya:”Hehe Ia Uli, khusus buat ngewein Ustazah Uli”

Uli:”Jangan panggil begitu, rasanya akang menghina sekali, aku sekarang sudah ternoda, sudah kotor sekali, bahkan aku menikmati dizinahin sama akang, gak pantes jadi ustazah hiks..hiks” Uli kembali sesegukan

Saya:”Ia maaf”

Uli:”gak perlu minta maaf, dosa akang terlalu besar, gak mungkin bisa dimaafkan” ucap Uli tapi tak ada nada marah seperti sebelum-sebelumnya.



Uli:”Tapi masih keras aza ya kontolna akang, bikin momok Uli penuh uugh, bisa digoyang lagi kang, pelan-pelan saja, masih kuat kan”

Saya pun menganggukan kepala saya.

Saya:”Ia akan sodok lagi, tapi kontol akang agak kebas gimana” ucap saya sambil kembali maju mundur menyetubuhi Uli lagi.

Uli:”ia kang aagh enak, masih enak uugh, ewe Uli lagi kang”

Ploook..plook..ploook saya pun kembali menyetubuhi Uli walau sekarang temponya pelan. Saya sedkit menyesal kenapa saya tidak meminta obat kuat kepada Donatus waktu memperawani Hanum. Mungkin kalau meminumnya saya bisa bergaya depan si Jaka menyetubuhi tiga perempuan sekaligus, hanum, istri saya Dewi dan Anis dan dapat melakukan berkali-kali, past iDewi akan takjub.



Uli:”Aagh enak banget ya, ampai lemes gini, diewe berkali-kali, kontolna masih keras saja” ucap Uli vulgar.

Saya tak menanggapi ucapan Uli karena khawatir kalau saya tanggapi akan berubah moodnya. Saya kembali menjilati leher Uli dan terus menyetubuhinya meski kontol saya terasa sedikit tidak nyaman.

Uli kini sudah tak banyak gerak, mungkin memang kecapean, terpaksa hanya saya saja. Anehnya tiba-tiba saya mau keluar lagi.

Saya:”Aaagh gak kuat lagi aku Uli”

Uli:”barengan kang uli jugaaaa mau nyampe aaagh”

Saya pun menyodokan kontol saya dalam-dalam dan croooot…crooot..crooot kembali sprema saya keluar meski sedikit.

Saya pun segera menarik kontol saya meski masih keras takut disuruh ngentotin lagi sama Uli karena sudah sangat kebas.



Uli tampak memejamkan matanya dan napasnya ngos-ngossan.

Uli:”aaagh enak banget uuugh sampai berkali-kali keluar, zinah dosa tapi nikmat juga” ucapnya

Saya tidak menaggapi hanya tersenyum saja. Saya pun merasa sangat lelah. Sampai malas untuk bangun.

Kami terdiam untuk beberapa saat. Saya pun melihat tangan Uli kembali bergerak dan mengocok-ngocok kontol saya.



Uli:”Obat apa yang akang pakai sich? Sampai sekarang masih keras”

Saya:”Diberikan security di rumah akang”

Uli:”Akang, setelah ini impas kan, gak aka nada tuntutan apalagi ke suami saya juga saya?

Saya:”Ia, kalau kalian menganggap impas saya pun impas, tapi mungkin saya ketagihan, besok atau lusa sy akan datang lagi”

Uli:”Anak-anak saya masih butuh biaya, kalau suami saya dipenjara repot” ucap Uli sedkit bertolak belakang dengan yang diucapkannya di awal-awal.



Saya:”Ia, sudah lunas separo utangnya”

Uli tampak menarik napas panjang.

Uli:”Kang, jangan sampai ada orang lain lagi yang tahu selain akang, istri akang, dan anak buah akang itu apa yang terjadi malam ini dan kalau akang mau melakukannya lagi baiknya siang hari saat taka da anak-anak Uli di rumah”

Saya:”Ia aku janji”

Uli:”Uli malu, mau ditaruh di mana muka Uli kalau ada yang tahu uli sudah dinodain sama akang”

Saya:”sesuai dengan kesepakatan saya dengan Suhada, clear”



Uli:”Mungkin Uli bakal hamil, karena ini lagi masa subur Uli, tapi biarlah ini hukuman buat suami Uli, tapi Uli setelah ini juga akan ngentot sama suami Uli agar peju dia juga masuk di momok Uli, biar sekalian Uli gak tahu hamil sama siapa”

Saya:”selama ini gak kb?

Uli:”Gak kang, pakai kondom saja”

Saya:”Aku istirahat sebentar ya lemes banget”

Uli:”Ia gpp, biar suami Uli tahu rasa, udah ngijinin akang ngentotin uli, lama-lamain saja” ucap Uli, tampak raut mukanya sedikit berubah.



Uli:”Koq kontolna akang masih keras wae sich, obat apa sich, boleh minta kang? Buat kang Suhada?

Saya:”Kalau ngentot sama saya aza lagi, biar saya entot berkali-kali, hehe”

Uli:”Tidaaak, cukup sampai akang puas dengan bals dendam akang kita berzinah, uli juga sudah berlumur dosa, menikmati akang zinahin,Uli minta obatnya saja biar kang Suhada kuat ngentotna”

Saya:”Ia, bilang saja ke suami kamu untuk minta langsung sama saya, pasti saya kasih”



Uli:”Ia, nuhun kang, jadi lucu, masih celegueng aza kontolna akang?

Saya:” Ia, tapi kebas, agak kurang enak”

Uli:”Itu karena kebanyakan keluar sprema, biasa seperti itu, kalau stock spremanya banyak mungkin gak gitu, paling akang ngentot mulu sama bu Dewi? Ucap Uli sok tahu.

Saya:”Ia sich”

Kemudian kami pu tak ada yang saling bicara, sampai akhirnya Uli kembali membuka pembicaraan.

Uli:”Udah hampir jam setengah satu kang, sebaiknya akang pulang” ucap uli sambil melepaskan kontol saya yang tadi di kocok-kocoknya dan masih setengah keras.

Saya:”Ia, aku pulang ya, tapi besok hari Jumat akang ke sini lagi, saat orang-orang jumatan”

Uli:”Jangan, sebelum jumatan, please, anak-anak sudah pulang sekolah kalau pas Jumatan, Sono pulang, kamu gak saya undang juga hehe” ucapnya akhirnya saya mendengar dia tertawa.

Saya pun segera mengambil baju saya dan memakainya, sengaja posisi saya menutup meja di mana ponsel saya berada. Saya pun mengambil ponsel dan baterainya hampir saja habis bahkan memori sampai mau penuh karena rekaman yang begitu lama.



Segera saya sakuin ponsel saya, saya pun mengambil beha Uli dan memasukan ke saku saya juga. Uli pun tampak sudah memakai jilbabnya.

Uli:”Kang, mana cangcut sama kutang Uli? Akang buang kemana?

Saya:”gak usah pakai saja, nich cangcut sama kutang kamu sudah saya sakuin”

Uli:”Buat apak kang, mau pellet saya ya?

Saya:”Buat kenang-kenangan” ucap saya dan segera saya berdiri turun dari ranjang. Uli pun Cuma bengong, tapi kemudian turun dan mengambil baju gamisnya lalu memakai.



Uli:’Lebih baik saya mandi, untuk membuang bau tubuh akang di badan saya” ucap Uli.

Saya pun segera menghampirinya dan menampar pantat besarnya.

Uli:”aawwww, akang masih saja melecehkan saya” tapi tak ada nada marah di sana.

Saya:”Saya mau kamu mengantarkan saya sampai pintu depan”

Uli tampak bengong tapi akhirnya menjawab.

Uli:”Baik kalau itu yang akang mau” ucapnya

Saya pun segera keluar dari kamar Uli karena memang sudah sangat malam menjelang pagi. Uli pun mengikuti saya dari belakang. Jilbabnya belum rapi dan pakaian yang dia kenakan masih acak-acakan



Ku lihat Donatus masih ada bersama Suhada, saya pun segera menghampiri mereka.

Donatus:”Gimana bos sudah, lama banget?

Saya:”Sudah, mantap, memeknya enak, saya sampai nambah” ucap saya sambil melirik Suhada dan juga Uli yang tampak berdiri di samping suaminya dan kemudian saya tos dengan Donatus.

Donatus:”Ayo kita pulang bos”



Saya:”ayo” ucap Suhada:”Pak, kita impas kan?

Saya:”Tidak, memek istriu nimat banget, saya kalau saya Cuma sekali menikmatinya” ucap saya sambil menepuk punggung Suhada.

Lalu saya pun mendekati Uli dan menaikan gaun panjangnya. Uli hanya menunduk sambil terisak.

Begitu gaunnya sampai ke pinggang tampak pantat Uli yang mulus dan berukuran besar.

Donatus pun dapat melihat pantat Uli dan memeknya Uli yang rimbun. Saya pun meremas-remas pantat Uli di depan Suhada lalu dua kali saya menampar pantat uli. Plaaaak…plaaaak sampai meninggalkan bekas merah di kulit pantannya.



Saya:”Memek kamu enak sayang makasih” ucap saya sambil menurunkan gaunnya uli kembali dan mengecup bibirnya. Uli hanya pasrah dan sesegukan kembali.

Mungkin pikiran dan akal sehat Uli sudah kembali dia tentu malu diperlakukan begitu depan Suhada suaminya.

Saya:”Big Don, ayo cabut”

Donatus:”Siap bos” saya pun tanpa pamit lagi sama Suhada yang hanya duduk dan bengong segera keluar dari rumahnya.

Donatus pun segera menjalankan si Kuda besinya dan saya segera saja naik, kami pun melaju meninggalkan rumah Suhada.

Tak lama saya pun sampai di rumah. Si Pangkur tampak duduk di posnya, tetap siaga.

Saya:”Bro, gimana aman?

Pangkur:”aman bos” sambil mengacungkan jempolnya.



Saya pun segera pamit dan masuk ke dalam rumah. Rumah tampak sepi semua orang sudah tertidur. Saya pun segera masuk ke dalam kamar. Tampak dewi pun sudah terlelap, katanya Sabtu dia ada pemotretan jadi cepat tidur dan istirahat agar pas hari h dia fit. Saya pun tanpa mandi segera pergi menyusul untuk tidur.

Tidak ada komentar

Latest Articles