Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Cerita Seks Nikmatnya Ngentot Sama Tunangan Temanku

Kumpulan Cerita Seks Dewasa Hot - Perkenalkan Namaku Toni (bukan nama sebenarnya). Aku tinggal di kota Bandung, dan pengalamanku ini terjad...


Kumpulan Cerita Seks Dewasa Hot - Perkenalkan Namaku Toni (bukan nama sebenarnya). Aku tinggal di kota Bandung, dan pengalamanku ini terjadi mungkin kira-kira setahun lalu 

Pengalamanku ini terjadi dengan wanita yang bernama Indi. Dia adalah seorang wanita tunangan temanku yang bernama Edi. Edi mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Deni, dimana adiknya itu adalah teman mainku juga. Pada waktu itu Edi ada urusan di luar kota sehingga dirinya harus meninggalkan tunangannya untuk beberapa waktu.

Seingatku, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku sedang bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telefon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api.

Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.

Tidak lama kemudian Deni pun datang karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.

"Oi Ton! Aku langsung pergi nih.. Mana kuncinya?" ujar Deni.

"Tuh, ada di atas meja belajar," kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.

"Oh ya Ton, kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Ton," kata Deni sambil tertawa kecil.

"Toni," kataku sambil menyodorkan tanganku. "Indi," katanya sambil tersenyum.

“Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.



Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.

"Woi, kok malah bengong Ton?" kata Deni sambil menepuk pundakku.

“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget  juga aku. “Ton, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Toni macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi. Indi hanya tersenyum saja. “Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.

Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.

“Mo minum apa Ndi?” kataku melepas rasa maluku. “Apa aja deh Ton. Asal jangan ngasih racun," katanya sambil tersenyum. “Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau!” Kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.

Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.

“Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana. “Kalo sekali sih nggak apa Ton, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Indi dengan nada kesal.

“Heh, jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan kamu salah,” kataku. “Tau ah.. jadi bingung aku Ton, udah deh, nggak usah ngomongin dia lagi..!” potong Indi. “Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos. Indi kemud tersenyum mendengar ucapanku.

“Kamu udah punya pacar Ton?” tanya Indi. “Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama  Aku?” jawabku sedikit berbohong. “Ah bohong Kamu Ton!” ucap Indi sambil mencubit lenganku.

Seer! Tiba- tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.

“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” kataku pura-pura bodoh. “Ton, Kamu mau nolongin  Aku..?” ucap Indi seperti memelas. “Iyaa.. ada apa Ndi..?” jawabku. “Aku.., Aku.. pengen bercinta Ton..” pinta Indi. “Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru  juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku. “Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku.

Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu, Ton..! Puasin Aku Ton,” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.

Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku.  Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Ton..!” Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya.
 
Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas. Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.

“Ton.. buka dong bajunya..!” katanya manja. “Bukain dong Ndi.., ” kataku. Sambil menciumiku, Indi
membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan kesamping tempat tidur.

Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa mendesah karena
nikmatnya, “Akhh.., Ndi.” Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga.

Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas. Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali.

Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Indi sangat menikmatinya, sekali-sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak meringis. Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.

Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya, “Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!” Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut I
ndi.

Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. “Puasin Aku Ton..!” katanya sambil memeluk tubuhku.

Kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya. Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku
mulai menjalar ke payudaranya.
https://bit.ly/2JV4bsq


Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! Toni sayang, terus Ton..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu. Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris.

Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya. “Aakkhh.. Ton.., ” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget  juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah.

Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya. “Ton..! Masukin Ton..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.

“Udah dong Ton..! Cepet masukin..!” katanya manja. “Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” Kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku. “Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indi.

“Aaakkhh Ton..!” desah Indi. Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos
kemaluan Indi. Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.

“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Ton..!” Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan. “Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Indi. “Aku masih lama Ndi.. ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.

Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi. “Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya.

Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini. “Aahh Ndi.., Aku hampir keluar.” kataku agak terbata-bata. “Aku juga Ton..! Kita keluarin sama-sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.

Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh.., Toni..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku. “Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi.

Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon. “Kamu hebat sekali Toni..!” puji Indi. “Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan. Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.


Tidak ada komentar

Latest Articles