Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Anisa Ibu nakal 1 - 5

“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya.   “Iya.. hati-hati yah sayang..” kata ibunya. “Maaf yah...

“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya.  “Iya.. hati-hati yah sayang..” kata ibunya. “Maaf yah sayang, papa gak bisa antar” kata papanya karena papanya juga akan berangkat kerja tidak lama lagi. “Gak apa kok.. daaaah..” kata Niko dengan sedikit berlari meninggalkan rumahnya menuju sekolah. Namanya Niko, umur 14 tahun dan masih duduk di kelas 2 smp. Tampang Niko biasa-biasa saja bahkan dapat dikatakan culun dan cupu. Pengetahuannya akan seks juga sangat minim sampai akhirnya teman-temannya mulai memperkenalkannya vcd dan situs-situs porno hingga akhirnya dia mulai tertarik dan membuatnya kecanduan melihat sosok wanita telanjang. Keluarganya dapat dikatakan cukup mampu, rumah mereka cukup bagus meskipun tidak terlalu mewah. Papanya seorang pegawai swasta memiliki penghasilan lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya.  Ibunya Niko, Anisa, berusia 33 tahun, telah melahirkan dua orang anak. Niko dan satu lagi si kecil Windy yang masih bayi dan masih menyusu. Usianya cukup muda meskipun telah memiliki dua orang anak, itu karena Anisa menikah dengan suaminya Panji, papanya Niko, saat masih berumur 19 tahun. Anisa sendiri memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang masih bagus. Keseharian Anisa dihabiskan untuk mengurus rumah dan keluarganya. Tapi siapa sangka, dia merupakan seorang wanita yang memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi. Bahkan dia memiliki sifat eksibisionis yang dimilikinya sejak masih abg dulu. Tentu saja sekarang dia tidak bisa bebas lagi melakukan hal tersebut karena sudah berumah tangga. Tapi sesekali kalau ada kesempatan, nalurinya beraksi kembali. Kadang dia sengaja mengenakan pakaian yang sekedarnya saat menerima tamu laki-laki saat suaminya tidak ada di rumah, membuat tamu itu menjadi mupeng melihat kulit Anisa yang putih mulus tersaji di depan mata mereka. Atau pernah juga dia menggoda teman-teman Niko yang masih abg labil itu dengan sengaja menyusui Windy di depan mereka, memperlihatkan buah dadanya yang sekal dengan urat-urat hijau yang tampak membayang.  Kalau sedang dirumah memang Anisa hanya mengenakan pakaian yang seadanya saja, termasuk dihadapan anaknya Niko. Awalnya Niko tentu saja tidak mempunyai pikiran macam-macam ke ibu kandungnya sendiri. Tapi karena pergaulan dengan teman-teman yang salah, otaknya mulai diracuni hal-hal mesum. Terlebih Niko juga semakin dewasa dan naluri kelakiannya sudah mulai muncul. Sehingga kini bila melihat paha ibunya, ataupun buah dada ibunya saat menyusui adiknya, darahnya mulai berdesir dan kemaluannya juga merespon.  Suatu hari Anisa kedapatan memergoki Niko yang sedang nonton bokep di laptopnya. Agak kesal juga sebenarnya Anisa melihat kelakuan anaknya. Diberi fasilitas laptop dan internet ternyata malah digunakan seperti itu. Tapi dia paham kalau anaknya juga lelaki normal yang juga punya rasa penasaran dengan tubuh lawan jenis. Karena itu dia tidak terlalu memarahi anaknya, hanya sekedar menasehati saja.  “Mama gak marah kan?” tanya Niko lesu karena masih takut dimarahi, apalagi kalau sampai diaduin ke papanya. “Hmm.. gak, tapi jangan keseringan yah.. gak baik” ujar Anisa. “Jangan kasih tau papa juga yah ma?” pinta Niko lagi. “Hihi.. kenapa emang? Takut yah.. iya deh mama bakal diam” “Ya udah, lanjutin deh sana kalau mau lanjut.. mama mau ke mini market dulu..” sambungnya lagi.  “Hihi.. sepertinya kamu udah besar yah sekarang?” Goda Anisa lagi mengedipkan salah satu matanya sambil beranjak dari kamar Niko. Tentu saja hal itu membuat Niko jadi salah tingkah karena malu.  Sejak saat itu Niko merasa malu bila berjumpa mamanya, terlebih kalau dirinya kedapatan mencuri pandang ke arah mamanya. Anisa hanya tersenyum dan tertawa renyah saja mendapati kelakuan anak sulungnya ini. Pernah saat itu Niko pulang sekolah dan menemukan ibunya membukakan pintu hanya mengenakan handuk, tampak butiran air masih menempel di kulitnya yang masih lembab. Saat itu Anisa sedang mandi dan acara mandinya terganggu karena Niko pulang. Niko tentu saja terpana melihat sosok indah di depannya ini. Anisa yang sadar diperhatikan Niko memergoki anaknya yang melongo memandang kearahnya.   “Ayo kamu liatin apaan? Masa sama mama sendiri nafsu sih? Hihi..” goda Anisa. “Eh, ng-nggak kok ma..” jawab Niko tergagap karena mati kutu ketahuan melototi mamanya. “Beneran gak nafsu?” entah kenapa Anisa malah tertarik menggoda anaknya sendiri.  “Ng-nggak mah.. maaf mah..” “Hihi.. gak usah grogi gitu ah kamunya.. ya udah.. masuk sana, ganti baju” suruh Anisa.  “Kalau kamu mau mandi, sekalian aja mandi sama mama.. mama juga belum selesai mandinya” entah darimana lagi ide gila Anisa itu berasal. Mengajak anaknya yang sedang mupeng itu mandi bersama. Niko yang mendengar ajakan mamanya makin salah tingkah saja, dia tidak tahu harus menjawab apa, walaupun dia sebenarnya mau.  “Kenapa? Gak mau? Ya udah terserah kamu deh.. mama lanjutin mandi dulu. Hmm.. ntar kalau kamu berubah pikiran datang aja.. hihi” kata Anisa menuju kamar mandi meninggalkan Niko yang masih melongo disana. Tampak hidungnya Niko mengeluarkan darah karena mimisan.  Setelah mengganti pakaiannya, Niko sempat ragu menerima ajakan mamanya tadi atau tidak. Apa mamanya serius tentang hal itu? Pikirnya. Tapi dia yang memang penasaran akhirnya menuju kamar mandi yang mana mamanya masih berada di sana.  “tok-tok” suara ketukan pintu kamar mandi oleh Niko. Tidak lama kemudian pintu kamar mandipun terbuka, kepala mamanya muncul dari balik pintu, menutupi tubuh telanjangnya. “Hihi.. beneran datang yah kamu akhirnya.. padahal mama cuma bercanda aja” kata Anisa pura-pura. “Oh.. bercanda aja yah ma.. ya udah deh..” kata Niko dengan wajah kecewa.  “Eh eh, jangan ngambek gitu dong.. gak apa kok kalau kamu emang mau barengan.. sini masuk” ajak Anisa lagi. Niko dengan agak ragu akhirnya mau juga melangkah masuk. Dadanya berdebar bukan main ketika melangkah masuk ke kamar mandi. Dia mendapati mamanya telanjang bulat, dengan tubuh berlumuran busa sabun. Tampak busa sabun itu menggumpal menutupi daerah selangkangannya, memberi kesan seksi dan erotis. Kepala Niko terasa berat menyaksikan itu semua, hidungnya serasa mau berdarah lagi, sungguh membuatnya tidak tahan. Penis di dalam celananya berontak bukan main ingin bebas.  “Ye.. cepetan buka bajunya.. katanya mau ikutan mandi.. buruan telanjang” suruh Anisa pura-pura tidak tahu kalau anaknya sedang mupeng berat ke dirinya. Niko yang tersadar dari lamunannya jadi salah tingkah lagi, dia bahkan seperti kesususahan membuka pakaiannya sendiri, membuat Anisa jadi tertawa geli melihatnya. Terakhir kali Niko mandi bareng dengan mamanya waktu dia kelas 4 sd sebelum Niko disunat, Niko masih ingat betul bagaimana lekuk tubuh telanjang mamanya waktu itu. Tapi dulu dia tidak punya nafsu sama sekali melihat tubuh mamanya, berbeda sekali dengan sekarang.  Anisa tersenyum melihat penis anaknya yang sudah menegang maksimal walaupun ukurannya terbilang sedang. Sedangkan Niko merasa begitu malunya telanjang dengan penis tegang mengacung di depan mamanya yang juga telanjang bulat ini. Dia berusaha menutup-nutupi kemaluannya dengan tangannya.  “Gak usah ditutup-tutupi segala sayang, kan mama sendiri.. lagian mama juga udah pernah lihat” goda Anisa. Memang Anisa sudah pernah melihatnya, tapi itu beberapa tahun yang lalu. Sekarang sungguh berbeda, usia Niko sudah jauh bertambah dan tanda-tanda kelakiannya sudah muncul. Niko dengan masih malu-malu akhirnya membuka juga tangannya.  Mereka akhirnya mandi bersama, Anisa berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan Niko yang mupeng berat agar Niko tidak tambah malu. Busa sabun yang tadi menutupi selangkangan Anisa kini sudah terbilas bersih dengan air, sehingga kini Niko bisa melihat vagina berserta bulu kemaluan milik mamanya lagi yang sudah lama tidak dilihatnya. Anisa juga membantu Niko menyabuni punggung Niko dan membasuh rambut Niko dengan busa sampo selayaknya ibu yang perhatian pada anaknya. Selama acara mandi tersebut penis Niko selalu ngaceng, tentu saja karena terangsang karena keadaan ini.  Akhirnya acara mandi itu selesai juga, mamanya keluar dari kamar mandi terlebih dahulu. Tapi sebelum keluar mamanya mengatakan sesuatu yang membuat Niko jadi terkejut dan malu.  “Kamu pasti udah gak tahan kan? kamu keluarin deh.. tapi jangan lupa dibersihin.. hihi.. mama ke kamar dulu yah” bisik Anisa menggoda kemudian keluar dari kamar mandi. Sungguh malu Niko karena mamanya mengetahui bebannya itu. Setelah mamanya keluar dan menutup kamar mandi, Niko beronani menuntaskan nafsunya yang sudah sedari tadi diubun-ubun. Tentu saja yang menjadi objek onaninya kali ini adalah mamanya.  Setelah saat itu, Anisa semakin berani saja menggoda anaknya Niko. Dia bahkan pernah hanya mengenakan kemeja dan celana dalam saja ketika hanya berduaan dengan anaknya di rumah. Saat Anisa menyusui bayinya, dia tidak berusaha menutup-nutupi padangan Niko ke arah buah dadanya, bahkan membuka kedua payudaranya sekaligus. Intensitas onani Niko semakin bertambah karenanya, tentu saja selalu mamanya yang menjadi objeknya. Pernah saat mandi bersama dengan Niko lagi, dia bahkan berada disana menyaksikan anaknya onani di depannya.  “Gak apa nih ma? Niko malu nih..”  “Iya gak apa, mama tahu kok kalau kamu sering bayangin mama. Kali ini mama kasih bonus deh.. mama bakal temanin kamu, gak perlu cuma ngayal lagi kamunya..” kata Anisa menggoda Niko. Darah Niko berdesir mendengarnya, walaupun malu dia sebenarnya senang bukan main mamanya mau menemaninya, bersedia membantunya onani dengan memandangi tubuh telanjang Anisa langsung. Niko akhirnya mulai beronani, dia mengocok penisnya sendiri. Sungguh berbeda sekali rasanya dengan hanya bisa membayangi, karena kini mamanya berada di depannya langsung. Bersedia tanpa paksaan menyerahkan tubuh telanjangnya menjadi objek onani anaknya.  Anisa hanya tersenyum saja selama anaknya beronani tersebut, membuat Niko makin belingsatan. Tidak butuh waktu lama bagi Niko untuk keluar. Itu karena sensasi yang dia alami kali ini jauh lebih luar biasa dari pada hanya dapat membayangi mamanya saja. Mamanya tertawa renyah melihat anaknya ejakulasi begitu cepatnya. Tapi dia dapat memaklumi karena anaknya memang masih hijau dalam urusan begini.  “Udah keluar yah sayang? Enak kan? enakan mana dari pada ngebayangin doang?” goda Anisa. “Enakan ini mah..” jawab Niko malu. “Hihi.. kalau kamu mau boleh kok kapan-kapan minta mama bantuin kamu lagi” kata Anisa tersenyum sambil mengedipkan mata kirinya ke Niko. Niko senang bukan main mendengar tawaran mamanya tersebut.  “Eh.. tapi ngomong-ngomong tadi kamu keluarnya cepat amat” “Gak tau nih ma.. keenakan sampai gak tahan Niko” jawab Niko malu. “Hihihi.. iya.. mama maklum kok. Udah sana keringkan badan kamu. Mama masih mau lanjutin mandi, ini biar mama yang bersihin” kata Anisa menyiram genangan sperma Niko.  Sebenarnya Anisa menyuruh Niko keluar karena dia juga merasa horni, dia ingin sedikit bersenang-senang dengan melakukan masturbasi dahulu sebelum menyelesaikan acara mandinya. Setelah Niko keluar dan pintu tertutup. Anisa berbaring di atas lantai kamar mandi berlapis marmer yang dingin, meskipun lantai itu terkesan kotor tapi dia tidak peduli lagi. Aksinya terhadap Niko tadi betul-betul sudah membakar birahinya, dia ingin segera menuntaskan nafsunya. Dia mainkan vaginanya sendiri menggunakan jarinya, mengusap-ngusap klirotisnya sendiri. Tapi entah kenapa dia malah memikirkan Niko, mungkin karena aksi nakalnya tadi yang cukup berani.  “Ohh.. Niko.. kamu nakal sayang, onani di depan mama.. nggmmhh..” racau Anisa berbicara sendiri sambil mengusap-ngusap klirotisnya.  “Kamu nakal Niko.. mesum ke mama kamu sendiri.. oughh.. kamu mau ngentotin mama kamu sendiri? Nih.. boleh.. masukin gih..” racaunya lagi. Dia masukkan jarinya sendiri ke dalam vaginanya setelah mengatakan hal itu. Dia aduk-aduk vaginanya sendiri menggunakan jarinya sambil terus meracau sendiri.  “Iyaah.. terus sayang.. entotin mama sayang.. yang kencaaang.. ougghh” Dia terus memainkan jarinya di vaginanya sendiri selama beberapa saat serta memilin-milin putingnya hingga air susunya merembes keluar.  “mama mau sampai sayang.. kita keluar barengan.. terus sayang.. iya.. teruuusss.. mama sampaaaaaiiiiiiii.. aaaaahhhhhhhh…” lenguh Anisa cukup kuat saat dia klimaks, dia tidak peduli kalau lenguhannya itu bisa terdengar oleh Niko. Anisa baru tersadar apa yang baru saja dia katakan saat masturbasi tadi, membayangi kalau dia bersetubuh dengan Niko anaknya. Dia sendiri bingung kenapa sampai membayangi hal tersebut, tapi dia tidak memungkiri sensasi nikmat berbeda yang baru saja dia alami. Apakah itu nikmatnya sensasi incest? Pikirnya.    Setelah saat itu Niko beberapa kali mengajak Anisa mandi bersama, tentu saja selalu disertai dengan onani di depan mamanya. Dia yang awalnya malu-malu, sekarang tidak segan lagi untuk mengajak dan meminta bantuan mamanya. Tidak jarang juga Anisa melanjutkan masturbasi sendiri setelah itu, baik di kamar mandi maupun di kamar. Seiring waktu berlalu, Anisa mulai menggunakan tangannya membantu Niko onani. Mengocok penis anaknya dengan tangannya sendiri, sebuah kemajuan yang luar biasa dan cukup gila yang dilakukan oleh mereka. Anisa juga mempersilahkan anaknya untuk ngomong kotor padanya.  “Gak apa mah? gak usah deh ma.. gak sopan rasanya” kata Niko berusaha menolak walaupun dia sebenarnya mau. “Hihi… Gak apa kali sayang.. kan pasti lebih enak, gak perlu ditahan-tahan lagi kalau kamu mau ngomong yang jorok-jorok ke mama.. keluarin aja dari mulut kamu apa yang kamu pikirin” kata Anisa tersenyum manis sambil meneruskan mengurut penis anaknya.   “Oughh.. enak mah.. terus..” racau Niko. Sepertinya Niko masih berusaha menahan mulutnya untuk tidak berkata-kata kotor. Anisa putuskan untuk memancing anaknya dahulu.  “Sayang.. menurut kamu mama cantik nggak?”  “Cantik mah.. cantik banget..”  “Seksi nggak sayang?”   “iya mah..”  “Berarti kamu nafsu dong liat mama?”  “Iya mah.. Niko nafsu liat mama.. mama cantik banget, seksi, menggoda..” Anisa tersenyum mendengar jawaban Niko, sepertinya caranya cukup berhasil.    “Hihi, kamu nakal yah.. Apanya mama yang bikin kamu nafsu sayang?” goda Anisa lagi sambil tetap mengocok penis Niko.    “Semuanya mah.. wajah mama, susu mama, paha mama, memek mama.. kontol Niko ngaceng terus kalau liat mama” kata Niko mulai berani ngomong jorok.    “Hihi.. mesum kamunya.. udah pandai yah ngomong jorok ke mama.. terusin sayang.. ngomong aja..”    “Niko pengen ngentotin mama.. oughh.. ngulum tetek mama yang penuh susu sampai puas”    “terus sayang? apa lagi? puas-puasin aja ngomong joroknya ke mama”    “Niko pengen genjotin memek mama pake kontol Niko terus terusan.. siramin peju Niko ke memek mama tempat Niko lahir dulu sampai mama hamil anak Niko” Anisa tertawa renyah mendengar ucapan anaknya ini, ternyata bisa-bisanya anaknya berfantasi seperti itu ke mamanya.    “Ngghh.. mau keluar mah.. gak tahan lagi..” lenguh Niko.    “Keluarin aja sayang.. gak usah ditahan”    “Aaah…. Anisaaaaa” teriak Niko menyebut nama mamanya. Anisa menutup kepala penis Niko dalam genggaman tangannya, sehingga akan membuat sperma Niko tertampung di tangannya.    Beberapa detik kemudian muncratlah sperma Niko dengan banyaknya ke tangan Anisa. Melumuri tangan mamanya dengan spermanya sendiri. Niko merasa sangat puas sekali, semakin hari onani yang dia rasakan semakin nikmat saja.     “Hihi.. banyak nih sperma kamu” kata Anisa menunjukkan tangannya yang berlumuran sperma anaknya.    “Enak yah sayang? Puas kan?”     “Eh, tapi kayaknya kamu masih cepat aja keluarnya.. sepertinya perlu mama kasih latihan nih” kata Anisa sambil membersihkan tangannya. “Latihan gimana mah?” tanya Niko yang tidak paham maksud mamanya.    “Latihan biar kamu bisa tahan lebih lama.. kan malu ntar kamu sama pacar kamu kalau kamu kecepetan keluarnya” jelas Anisa. Sebuah ide yang gila yang entah dari mana datangnya tapi dia coba menjelaskannya dengan alasan yang masuk akal.    “Oo.. emang gimana caranya mah?” “Hmm.. kamu biar mama bantuin onani, ntar kita hitung berapa waktunya sampai kamu keluar. Kita lihat perkembangan kamu tiap onani” kata Anisa menjelaskan layaknya seorang trainer, dan benar kalau dia mulai saat itu menjadi seorang trainer sex bagi anaknya Niko.     Anisa mulai membantu melatih ketahanan Niko dengan tetap menggunakan tangannya, bagaimanapun dia tidak mau untuk melakukan hal lebih dari ini. Anisa sendiri tidak begitu yakin benar atau tidak cara ini ampuh bagi Niko. Tapi sedikit demi sedikit Niko mulai lebih lama jebol pertahanannya. Mereka melakukan itu siang atau sore hari saat papanya Niko sedang berkerja, rata-rata mereka melakukannya 1 sampai 2 hari sekali. Meski pernah juga dalam sehari Niko sampai 2 kali berlatih hal tersebut. Untuk memberi Niko semangat, mamanya kadang memberinya hadiah kalau Niko bisa mencapai waktu yang ditentukan Anisa. Bisa berupa ciuman, pelukan, dan uang jajan tapi Anisa tidak mau memberinya lebih dari itu seperti hadiah-hadiah erotis.    Sampai saat ini mereka masih menjaga agar hal ini tidak ketahuan oleh papanya Niko. Pernah hari itu Niko yang tidak tahan minta dionanikan oleh mamanya, padahal papanya berada di rumah saat itu. Mereka melakukannya diam-diam di dalam kamar mandi saat papanya sedang menonton tv. Niko yang masuk duluan dengan dalih akan mandi, kemudian dengan diam-diam mamanya juga masuk tidak lama kemudian.     “Gila kamu.. entar ketahuan papa bisa dihajar kamu” “Maaf deh ma..” “Hihi.. kayaknya makin hari kamu makin lancang aja yah.. tapi gak papa deh.. mama suka kalau kamu terus terang gini”    Merekapun akhirnya melakukan hal itu lagi di sela-sela mandinya Niko, tapi Anisa masih tetap mengenakan pakaiannya. Tentu saja mereka tidak bisa bebas bicara mendesah seperti biasanya karena ada papanya di rumah.    “Ayo sayang.. keluarin yang banyak” kata Anisa berbisik sepelan mungkin.    “Ngghh.. mah..” lenguh Niko tertahan. Sperma Niko tumpah lagi di tangan mamanya. Tapi apa yang dilihatnya kemudian membuat darahnya berdesir, mamanya menjilati sedikit lelehan spermanya.    “Ueekk.. asin yah ternyata peju kamu..” kata Anisa berbisik sambil tersenyum menggoda. Niko cuma merespon ucapan mamanya dengan tersenyum karena tidak tahu harus ngomong apa. Setelah itu mamanya keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tangannya, meninggalkan Niko yang masih meneruskan mandinya.    ***    Hari itu Niko melakukan hal itu lagi dengan Anisa. Tapi lagi-lagi dia tidak dapat bertahan lama hanya dengan kocokan tangan mamanya. Spermanya kembali tumpah hanya dalam tiga menit lebih sedikit. “Udah keluar sayang?” tanya Anisa melihat ke arah mata anaknya yang sedang meringis kenikmatan sehabis ejakulasi. Dia sadar anaknya sedikit demi sedikt mulai menunjukkan perkembangan, yang dulunya hanya tidak mampu lebih dari satu menit kini sudah lebih baik.     “Masih belum bisa lama nih ma..” kata Niko, terlihat wajah lesu di raut mukanya. Dia masih belum bisa untuk mencatatkan rekor waktu yang lebih lama lagi.    “Udah lebih bagus kok.. setidaknya ada perkembangan, mama yakin kok kamu bisa lebih baik besok..” Kata Anisa sambil mengedipkan matanya. Dia ingin anaknya mendapatkan pengalaman seks yang cukup nantinya dan tidak ingin membuat anaknya mendapatkan malu dari pacarnya karena ejakulasi yang cepat.    “Gimana kalau kamu ajak temanmu kemari, ikut latihan denganmu” sebuah usul yang terdengar gila meluncur dari mulut Anisa. Niko sendiri terkejut mendengar usul ibunya tersebut. Mengajak temannya kemari? Untuk ikutan merasakan kenikmatan dari tangan ibunya? sungguh gila ide mamanya.    “Kok harus mengajak orang lain segala sih ma?” tanya Niko mencoba mengetahui apa yang sebenarnya mamanya pikirkan.    “Gini sayang.. mama pikir kamu akan lebih semangat kalau kamu ada lawannya. Jadi ntar kamu lomba deh sama temanmu siapa yang paling lama, ntar yang menang dapat hadiah deh dari mama” jawab Anisa. Sebuah alasan yang Niko pikir ada benarnya juga omongannya, pasti dengan suasana seperti itu membuatnya lebih semangat dan tidak ingin cepat cepat keluar, pikir Niko.    “Oke deh ma.” Kata Niko menyetujui. Niko sebenarnya sedikit ragu untuk mengajak temannya. Dia juga tidak tahu siapa yang akan dia ajak. Beberapa temannya memang ada yang menyukai mamanya Niko. Hal itu Niko ketahui saat mengajak temannya main ke rumah. Teman-temannya yang abg labil seperti halnya Niko tentu saja tidak bisa lepas melihat wanita cantik, termasuk Anisa, mamanya Niko. Mereka berkomentar betapa cantik dan seksi mamanya. Niko yang mendengar hal tersebut awalnya tidak suka, tapi setelah dia perhatikan ternyata omongan temannya ada benarnya juga. Walaupun Anisa sudah berumur 33 tahun dan sudah melahirkan 2 orang anak, bahkan yang paling kecil sedang tahap menyusui, tapi tubuh Anisa masih terawat dengan baik karena dia rajin olahraga untuk mengembalikan bentuk tubuhnya setelah melahirkan. Dengan kulit putih mulus dan bentuk tubuh yang bagus serta wajahnya yang manis menjadi daya tariknya. Suami-suami tetanggapun banyak yang melirik-lirik ke Anisa saat Anisa belanja ke warung ataupun melakukan aktifitas di luar rumah.    Sungguh anak-anak remaja sekarang mudah sekali mendapat akses porno dari internet, hal itulah yang membuat mereka begitu labilnya kalau melihat wanita cantik. Niko yang sebenarnya polos, mulai ikut-ikutan temannya. Diantara teman-temannya yang rata-rata berpikiran mesum ini ada yang paling parah, Jaka namanya. Jaka sendiri dianggap bos oleh rombongan geng yang Niko ikut-ikutan ini. Itu karena usia Jaka yang sudah 17 tahun yang memang selayaknya sudah sma. Niko sering dimintai uang rokok oleh Jaka, walaupun berat hati tapi terpaksa juga diberi oleh Niko.     Beberapa hari kemudian di sekolah, entah kenapa Niko malah ingin mengajak Jaka ke rumah. Ya.. sebaga rival latihannya bersama mamanya tentunya. Niko sendiri yang menerangkan panjang lebar ke Jaka tentang maksud tujuannya. Mendengar penjelasan Niko ini, tentu saja Jaka semangat bukan main dan menyetujuinya. Sudah lama dia tertarik pada mamanya Niko. Walaupun Anisa bukan gadis abg tapi sungguh menggoda dan nafsuin seperti artis milf Jav yang sering dia tonton. Akhirnya setelah pulang sekolah Niko mengajak Jaka ke rumahnya.    “Ma.. Niko pulang mah.. Niko ajak teman nih..” kata Niko masuk ke rumah yang tidak terkunci dan mempersilahkan Jaka duduk di sofa tamu.    “Mah, ni Jaka.. yang dulu juga pernah main kesini” kata Niko pada Anisa. Tidak lama kemudian Anisa muncul yang sepertinya habis menidurkan bayinya di kamar. Dia mengenakan daster rumahan biasa, meskipun begitu dia tetap saja terlihat cantik.    “Oh.. Jaka” Anisa tersenyum manis sambil menerima salaman tangan teman anaknya itu. Jaka mencium punggung tangan Anisa. Mata Jaka tentu saja sudah mulai kelayapan kesana kemari menerawang ke tubuh wanita ini. Anisa sebenarnya sadar mata anak itu kelayapan melihat tubuhnya, tapi entah kenapa dia merasa horni diperhatikan seperti itu. Sepertinya sifat eksibisionisnya muncul kembali. Sifat nakalnya yang pertama dia alami saat dia masih gadis dahulu yang sampai sekarang masih tetap ada. Ya.. dia memang senang kalau dirinya menjadi pusat perhatian kaum Adam. Tidak terkecuali oleh teman-teman anaknya sendiri.    “Kamu udah dengar kan dari Niko?”“Hehe.. udah tante, tapi beneran nih boleh ikutan?” “Hihi.. iya, boleh kok. Kamu mau kan bantu Niko?” “Hehe.. oke tante, Jaka senang malah bisa bantu kaya gini” Anisa tersenyum manis mendengar ucapan Jaka tersebut.    “Ya udah, kalian mau sekarang?” tanya Anisa dengan senyum di bibirnya. “Ntar yang menang tante kasih uang jajan deh..” tambahnya lagi. Niko dan Jaka akhirnya setuju untuk saat itu juga memulai latihan ketahanannya. Niko cukup malu-malu juga untuk telanjang di depan Jaka. Tapi Jaka malah terlihat tidak sabaran dan langsung saja membuka celananya. Cukup terkejut Anisa melihat kelamin Jaka yang ternyata cukup besar, beda sekali dengan milik anaknya Niko. Anisa berusaha menyembunyikan keterkejutannya tersebut, walaupun matanya tetap menatap takjub anak seusia Jaka memiliki penis sebesar itu.    “Umur kamu berapa sih Jaka?” tanya Anisa ke Jaka. “17 tahun tante” “Ohh.. pantesan” sebenarnya Anisa cukup heran juga Jaka masih smp dengan usia segitu, tapi Anisa tidak ingin terlalu mempedulikannya dan membahas hal tersebut.    “Pantesan kenapa ya tante?” tanya Jaka karena sedikit bingung. “Ahh.. nggak, mau tau aja.. hihi”    “Yuk mulai” ajak Anisa. Dia kemudian bersimpuh di tengah-tengah Niko dan Jaka yang telah bertelanjang bulat dan sudah ngaceng dari tadi. Niko sendiri sebenarnya masih merasa tidak nyaman dengan adanya Jaka yang ikut. Tapi sudah terlambat, dia sendiri yang mengajak Jaka kemari. Dada Niko berdebar karena akan melakukan hal ini lagi, bahkan kini temannya ikut serta. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis remaja tanggung ini di sisi kiri dan kanannya. Yang mana salah satunya milik anaknya sendiri.     “Ahh… ma..” lenguh Niko penuh kenikmatan. “Enak sayang? Kamu sendiri gimana jaka? Enak kocokan tante?” tanya Anisa dengan wajah nakal pada dua remaja itu.    “Iya tante, sedaap.. hehe, akhirnya kesampaian juga bisa dikocokin tante” “hmm?? Maksud kamu?” “hehe.. iya, sejak liat tante pertama kali Jaka jadi suka sama tante. Jaka jadi ngayalin tante tiap coli.”    “Ha? jadi kamu sering ngayalin tante? Dasar kamu kecil-kecil udah gini..” kata Anisa sambil tetap mengocok penis mereka.    Setelah beberapa saat, terlihat ekspresi dari Niko yang sepertinya sudah tidak tahan untuk keluar.    “Ma… gak tahan.. agghh…” “Croot.. crroot” tumpahlah sperma Niko di hadapan ibu dan temannya itu. Spermanya berlumuran tumpah di tangan ibunya.  “Oughhh.. mah.. enak..” lenguh Niko kenikmatan. “Yess.. gue menang, iya kan tante? Jaka yang menang kan?”  “Iya-iya kamu yang menang. Hmm.. kamu mau tante lanjutin sampe keluar gak?” “hehe.. mau dong tante” “Ya udah..” tangan Anisa kembali mengocok penis Jaka. Tidak butuh waktu lama karena Jaka memang sudah horni dari tadi. Tangan Anisa pun kini berlumuran sperma Jaka.    “Udah kan? kalian bersih-bersih dulu sana gih” “Iya ma..” “Iya tante..” jawab Niko dan Jaka bersamaan. Mereka akhirnya bersih-bersih tidak lama setelah itu. Niko dan Jaka kemudian menghabiskan waktunya dengan nonton tv sedangkan Anisa ke dapur mempersiapkan makan malam. Selang beberapa lama terdengar suara tangisan bayi, tidak lain adalah tangisan Windy, adiknya Niko. Anisa yang mendengar suara tangisan anaknyapun segera menghentikan aktifitasnya di dapur. Anisa kembali dari kamar sambil menenteng bayinya yang masih kecil, lalu duduk di kursi yang cukup jauh dari Niko dan Jaka.     “Oi, Nik.. liat tuh.. jadi ngiler gue pengen nyusu ke nyokap lo” kata-kata yang sebenarnya sangat kurang ajar. Mengomentari ibunya seperti itu. Tapi entah kenapa Niko juga merasakan hal yang sama dengan Jaka. Nalurinya tidak dapat dibohongi kalau dia juga ngaceng liat payudara ibunya sendiri yang sedang menyusui adeknya.    “Gini deh, gue punya ide” kata Jaka.“Tante, mulai lagi yuk ronde selanjutnya. Kami udah tegang lagi nih..” pinta Jaka ke Anisa. “Bentar yah sayang, tante lagi nyusuin Windy. Ntar dia gak kenyang lagi” “Tante.. hadiah untuk yang menang ronde selanjutnya tambahin dong tante.. masa cuma uang jajan”    “Hmm.. terus?” “Gimana kalau.. ngggg… itu tante” kata Jaka sambil menunjuk ke arah payudara Anisa yang masih menyusui bayi kecilnya.    “Hihihi.. dasar kamu. Maksudnya nyusu? Porno yah kalian.. hihi” Anisa malah merespon permintaan mesum Jaka sambil tertawa-tawa.    “Oke deh, tante turutin. Niko, kamu harus menang yah kali ini, jangan biarkan teman kamu yang malah dapat susu mama, kan kamu yang anaknya mama. Hihi..”    “Iya ma.. Niko usahain”    Anisa melepaskan Windy dari sisinya. Tampak Windy sudah tenang, mungkin karena sudah kenyang menyusu. Anisa lalu meletakkan Windy ke kursi di sebelahnya. “Mau sekarang?” tanya Anisa dengan tatapan nakal tanpa menutup payudaranya dengan baju terlebih dahulu, membiarkan payudara sebelah kanannya menjadi santapan mereka. Membuat kedua remaja itu hanya mengangguk-angguk mupeng karenanya. Niko dan Jaka mendekati Anisa, meloloskan celananya hingga mereka sekali lagi mengacungkan penis mereka ke Anisa. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis itu lagi. Saat penis mereka dikocok Anisa, mata mereka tidak henti-hentinya menatap ke payudara yang terpampang bebas itu, membuat si punya penis makin kelojotan.    “Ayo Niko.. semangat sayang, jangan kalah lagi” kata Anisa menyemangati anaknya.“Oughh.. iya ma..” jawab Niko. Tapi apa daya, ketahanan Niko masih belum dapat menandingi Jaka. Diapun akhirnya keluar duluan dan kalah lagi dari Jaka.    “Yes, gue menang.. hehe” sorak Jaka penuh kemenangan dengan diiringi tawa mesum.“Tuh kan.. kamunya kalah lagi” kata Anisa dengan wajah yang dicemberutkan ke Niko. “Kamu mau ambil hadiahnya sekarang jaka?” tanya Anisa dengan tatapan nakal ke Jaka. “Boleh tante.. ”    “Huu.. udah gak sabar yah kamunya, ya udah sini duduk dekat Tante” kata Anisa sambil menggeser posisi duduknya memberi tempat untuk Jaka untuk duduk di sebelahnya. Jakapun akhirnya duduk di sebelah Anisa dan mulai mengarahkan mulut hitamnya ke pucuk payudara Anisa yang siap menyambut mulutnya. Walau agak grogi, tapi akhirnya mulut Jaka menempel ke pucuk payudara kanan Anisa. Terasa cairan hangat mulai masuk ke mulutnya saat dia coba mengenyot putting payudara tersebut.    Melihat temannya yang asik menyusu ke ibu kandungnya membuat perasaan Niko tidak karuan saat itu. Cemburu, sakit hati, horni, semua campur aduk. Bagaimanapun itu adalah ibu kandungnya dan kini payudara ibunya sedang dinikmati temannya yang cabul itu. Sambil menyusu ke Anisa, mata Jaka sesekali menatap ke Niko sambil cengengesan seperti sedang memberitahunya betapa nikmatnya menyusu ke ibunya.    “Jaka, jangan godain Niko seperti itu dong, kasihan anak tante” kata Anisa yang tahu apa yang sedang dipikirkan Jaka. “Hehe.. gak kok tante..” jawab Jaka enteng. “Ma…” kata Niko lirih. “Ya sayang?”  “Niko mau juga dong…”     “Yee.. ini kan hadiah untuk yang menang. Jadinya khusus untuk Jaka dong.. kalau kamu juga mau, ronde selanjutnya kamu harus menang yah sayang..” jawab Anisa. Sekali lagi tampak Jaka cengengesan melirik ke Niko, membuat hati Niko makin pedih.    “Tante, yang satu lagi buka juga dong..” pinta Jaka. “Lah, untuk apa? Emang kamu mau nyusu yang sebelah juga??” “Iya.. boleh yah tante..” “Hmm.. iya-iya, dasar kamunya” Anisa akhirnya menyetujui permintaan mesum Jaka. Dia lalu membuka sisi bajunya sebelah kiri sehingga kini kedua payudaranya terpampang bebas.    “Tanggung tuh tante, buka aja semua bajunya..” pinta Jaka lagi. “Dasar nakal. Niko, gak papa kan mama telanjang dada? Temanmu nakal nih..” Anisa malah meminta persetujuan pada anaknya yang sedari tadi melongo mupeng ke arah mereka berdua.     “Eh.. i-iya ma, gak papa” jawab Niko. Rasa pedih di hatinya entah kenapa kalah dengan rasa horni dan penasaran melihat tubuh telanjang dada ibunya. Mendengar jawaban anaknya Anisa cuma tersenyum, dia kemudian mulai meloloskan daster bagian atasnya sehingga kini bagian atas tubuhnya tidak tertutup kain sedikitpun. Memamerkan tubuh bagian atasnya dengan buah dada sekal yang penuh cairan susu.    “Udah nih, puas kan kamu Jaka?”“Hehe.. tante emang baik”     “Dasar” kata Anisa sambil mencubit pipi Jaka. Remaja itu kemudian melanjutkan acara nyusunya lagi. Kali ini payudara kiri Anisa yang dijilat dan dihisapnya, sambil payudara kanannya menjadi sasaran remasan tangan nakal Jaka. Memang tidak ada persetujuan kalau yang menang boleh melakukan hal mesum seperti meremas payudara Anisa. Tapi Anisa tidak menganggapnya masalah.    “Tante, kocokin lagi dong.. kan tadi belum keluar. Pasti enak nih nanti rasanya ngecrot sambil nyusu.. hehe” pinta Jaka mesum.    “Hmm.. iya-iya. Porno kamunya. Kamu baring deh sini.” setuju Anisa menyuruh Jaka berbaring di atas sofa dengan kepala Jaka berada di atas paha Anisa yang diberi bantal sofa, sehingga mulut Jaka kini tepat di depan payudara Anisa. Tangan Anisa kini meraih penis Jaka dan mulai mengocoknya lagi. Sungguh beruntung Jaka ini, merasakan kenikmatan menyusu dari payudara yang putih sekal sambil penisnya dikocok oleh wanita secantik dan seseksi Anisa. Sambil membiarkan Jaka menyedot susu dari buah dadanya, dia mengocok batang penis teman anaknya tersebut. Anaknya sendiri masih melongo menatap nanar aksi temannya yang semakin mesum ke ibu kandungnya. Jaka masih saja melirik cengengesan ke arah Niko. Kini ibunyapun juga ikut-ikutan melirik tersenyum ke Niko yang cemburu dari tadi, yang membuat hati Niko makin tidak karuan.    Tapi suara rewelan Windy menganggu suasana mesum ini. Tentu saja Jaka yang merasa sangat terganggu karena aksinya belum selesai.    “Jaka, bentar yah.. tante urus Windy dulu” kata Anisa melepaskan kocokan tangannya dari penis Jaka. “Duh tanggung nih tante, bentar lagi..” tolak Jaka tidak tahu diri. “Bentar kok sayang.. yah?” kata Anisa lagi ke Jaka, tapi Jaka sepertinya belum mau melepaskan kulumannya dari buah dadanya. Anisa akhirnya menuruti kemauan Jaka dan kembali mengocok penis Jaka. “Bentar yah Windy sayang.. Om jaka masih belum puas nih.. hihi” kata Anisa ke bayinya. Sungguh gila, Anisa lebih memilih memuaskan Jaka dulu dari pada mengurus bayinya yang sedang menangis ini.    “Belum Jaka? Kasihan tuh Windy..” tanya Anisa. “Belum tante, duh si Windynya berisik amat siih tante. Suruh diam dong..” kata Jaka yang betul-betul tidak tahu diri.    “Kamunya kan yang gak mau ngalah. Hmmhh.. dasar. Niko, tolong kamu timang-timang adek kamu dulu dong” suruh Anisa ke anaknya. Niko dengan perasaan yang tidak karuan menuruti saja perintah ibunya ini. Dia ambil Windy yang masih menangis dan menimang-nimangnya. Niko menggendong adeknya itu mutar-mutar rumah. Meninggalkan ibu dan temannya yang masih saja asik dengan aktifitas mesum mereka. Cukup lama untuk membuat Windy untuk tertidur lagi. Setelah Windy tertidur, barulah Niko kembali ke tempat tadi.     “Ma, udah tidur nih.. bawa ke kamar aja yah Windynya?” tanya Niko berbisik sambil melihat ibunya yang masih saja menyusui Jaka.    “Ngghh, iya sayang, bawa ke kamar aja” jawab Anisa. Dengan berat hati Niko membawa Windy ke kamar, sudah tidak dapat apa-apa malah harus urusin Windy, gerutunya.    Saat Niko kembali dia melihat mereka sudah berganti posisi. Kali ini Anisa berada di bawah tindihan Jaka yang masih sibuk mengenyot buah ibunya ini. Penis Jaka pun masih tetap dikocok oleh Anisa dengan posisi seperti itu. Tampak daster yang dikenakan Anisa makin acak-acakan karena perbuatan Jaka ini. Temannya benar-benar melakukan hal mesum ke ibunya. Anisa sendiri mulai melenguh karena permainan lidah dan tangan Jaka di buah dadanya. Melihat anaknya sudah kembali Anisa berusaha untuk mendorong tubuh Jaka.    “Jaka.. udah dong.. lama amat sih” kata Anisa. Jaka tidak memperdulikan omongan Anisa dan masih saja meneruskan menghisap payudara tersebut walau dia juga tahu bahwa Niko sudah kembali. “Udah dong Jaka sayang..” katanya lagi.    Sebenarnya Niko cukup heran, padahal dia cukup lama menimang-nimang Windy tapi Jaka belum juga ngecrot. Apa Jaka sudah ngecrot waktu dia menimang-nimang Windy tadi? Pikirnya. Dugaannya sepertinya benar karena dia melihat ada bercak putih di bawah sofa itu. Sepertinya jaka yang belum puas meminta jatah lagi walau sudah ngecrot, pikirnya lagi.    “Sayang, sorry yah. Ini Jaka masih belum puas aja” kata Anisa pada Niko. Memang tidak ada batasan waktu sampai kapan hadiah nyusu itu diberikan sehingga Jaka masih saja meneruskan aksinya. Jaka sebenarnya sudah kenyang meminum susu dari payudara Anisa, sekarang dia lebih tepatnya menjilati dan memainkan payudara Anisa dengan mulut dan lidahnya. Niko yang memang jadi pihak yang kalah terpaksa hanya menuruti apa yang telah dijanjikan.    Melihat anaknya yang mupeng dari tadi Anisa tidak tega juga. Dia dorong dengan paksa tubuh Jaka dari dirinya.    “Udah dulu Jaka, kasian Niko tuh.. kita mulai ronde selanjutnya yah.. kayaknya kalian udah tegang lagi tuh..”kata Anisa mencoba memberi Niko kesempatan sekali lagi.  “Kalau gitu boleh dong Niko nyusu kalau Niko menang?” tanya Niko semangat. “Iya.. boleh..” jawab Anisa sambil tersenyum manis. “Terus kalau Jaka yang menang gimana tante?” tanya Jaka yang masih belum puas juga. “Hmm.. kamu maunya apa?” kata Anisa balik nanya.    “gimana kalau Jaka boleh ngentotin tante.. hehe” jawab Jaka kurang ajar. Niko sendiri terkejut bukan main mendengar permintaan temannya ini, betul-betul kurang ajar. Ingin sekali rasanya dia melayangkan tinju ke mulut Jaka. Tapi dia melihat ibunya malah tertawa mendengar permintaan Jaka ini.    “Hihi.. kamu ini, enak aja. Ini punyanya papanya Niko” kata Anisa sambil mencubit perut Jaka. “Gitu yah tante.. duh, pengen banget padahal genjotin memek tante.. hehe” “Hush.. kamu ini ngomongnya kurang ajar banget, ada Niko tuh..” kata Anisa sambil melirik ke anaknya.    “Gimana Niko? Gak boleh kan?” tanya Anisa ke Niko. “Nggg…” “Boleh kan Nik? Gue hajar lo kalau gak boleh!!” kata Jaka main serobot.    “Eh eh, enak aja main hajar anak tante. Gak boleh pokoknya, pake mulut tante aja yah.. gak apa kan? jejalin deh suka-suka kamu ke mulut tante kalau kamu menang.” tawar Anisa dengan senyum nakal. Memberi Jaka harapan kalau dia boleh melampiaskan nafsunya menggunakan mulutnya.    “Ya udah tante.. oke deh.. hehe” setuju Jaka. Niko yang mendengar tawaran dari mulut ibunya makin membuat hatinya tidak karuan. Kalau dia kalah berarti dia kalah satu putaran lagi dari Jaka, yang juga berarti Jaka akan semakin berbuat tidak senonoh terhadap ibunya, tubuhnya jadi panas dingin dibuatnya. Dia ingin sekali menang dan mencoba mendapatkan kenikmatan itu. Tapi dia juga penasaran melihat apa yang akan dilakukan Jaka ke ibunya kalau dia kalah. Entah kenapa hatinya jadi bimbang begini.    “Tante, lepasin aja dasternya, nanggung tuh” pinta Jaka.    “Apaan nanggung-nanggung.. dasar kamu, iya deh tante lepasin” setuju Anisa. Diapun membuka dasternya yang sedari tadi memang sudah terpasang tidak karuan karena bagian atasnya sudah terbuka. Kini Anisa hampir benar-benar telanjang di depan kedua remaja tersebut, dia saat ini mengenakan celana dalam berenda yang menjadi satu-satunya pakaian yang masih menempel di tubuhnya. Niko yang meskipun sudah pernah melihat tubuh telanjang ibunya tetap saja sekarang membuat dadanya berdecak kagum serta langsung membangkitkan nafsunya.    “Niko.. semangat yah.. masa sih kalah terus” kata Anisa. “Gak bakal menang dia tante..hehe” serobot Jaka. “Ayo dong Niko, kalau kamu kalah lagi nanti mama dimesumin lagi nih sama teman kamu ini, kamu gak mau kan?” kata Anisa menyemangati anaknya.    Ronde selanjutnyapun dimulai, Niko ternyata memang kalah pengalaman dari Jaka. Dengan berat hati dan kecewa dia harus merelakan kalau dia lagi-lagi harus kalah dari Jaka. Dia sungguh kecewa tidak bisa menyelamatkan ibunya dari perlakuan mesum Jaka.    “Haha.. gue bilang juga apa? Gue yang bakal menang. Yes” sorak Jaka. Anisa tersenyum mendengarnya.    “Iya-iya kamu menang.. menang terus nih kamunya, kasihan anak tante gak dapat dari tadi” kata Anisa sambil melirik ke Niko yang sedang terduduk kecewa. Jakapun mendorong tubuh Anisa ke sofa dan menghimpitnya lagi. Dia sepertinya ingin melanjutkan aksinya tadi yang belum selesai.    “Duh.. aww.. Jaka, pelan-pelan dong..” kata Anisa. Tanpa menjawab Jaka meneruskan perbuatannya ini, dia mulai menciumi bagian tubuh Anisa yang lain, termasuk wajah dan mulut Anisa. Niko lagi-lagi hanya bisa memandang temannya berbuat mesum ke ibunya. lidah Jaka dan Anisa kini saling membelit, saling berbagi liur satu sama lain. Jaka lalu menjulurkan lidahnya, Anisa yang tahu berbuat apa langsung mengulum lidah Jaka tersebut, sungguh erotis sekali. Jaka juga melakukan hal yang sama dengan mengulum lidah Anisa yang dijulurkan, mereka lakukan hal tersebut bergantian beberapa kali.    “Tante lihat tuh, anak tante ngiri tuh..” kata Jaka. Anisa melirik ke arah anaknya yang memang lagi mupeng berat melihat aksi mereka ini. Sebuah pemandangan yang malah membuat hati anaknya panas dingin tidak karuan.    “Coba buka mulut tante..” suruh Jaka. Anisa mengikuti kemauan remaja ini dan membuka mulutnya lebar-lebar. Jaka kini dengan kurang ajarnya meludah ke dalam mulut Anisa, di depan mata anaknya sendiri yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. Lagi-lagi Jaka cengengesan sambil melirik ke Niko setelah melakukan hal bejat tersebut, bahkan ibunya juga melirik sambil tersenyum ke arah Niko setelah menelan liur Jaka.     Bagi Anisa sendiri ini juga merupakan sensasi yang baru pertama dia rasakan. Bergumul dengan pria yang seumuran anak laki-lakinya, bahkan di depan anak laki-lakinya itu sendiri. Menelan liur seperti inipun tidak pernah dia lakukan dengan suaminya, tapi kini dia malah melakukan hal menjijikkan ini dengan teman anaknya. Niko yang melihat itu begitu terbakar hatinya, tapi dia juga terangsang melihat aksi mereka. Membuatnya tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa.    “Lagi ya tante..” kini Jaka tampak komat-kamit mengumpulkan liur sebanyak mungkin dan akhirnya menumpahkan kembali liurnya ke dalam mulut Anisa. Kini bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Tampak lelehan liur Jaka keluar dari mulut Anisa karena tidak mampu menelan semuanya.    “Udah ah kamunya, ada-ada aja” “Hehe.. lanjut yah tante, hadiah utamanya belum nih, pengen rasain mulut tante” “Hmmhhh.. iya-iya, tapi jangan disini yah.. di kamar tante aja yuk.. malu nih di depan Niko” “hehe.. oke deh..” setuju Jaka. Mereka kemudian bangkit dan menuju kamar Anisa. “Tapi sebentar aja yah, gak lama lagi suami tante pulang nih, bisa dihajar kamu kalau nampak sama om, hihi..”    “oke tante.. hehe” jawab Jaka. “Ma.. terus aku gimana nih?” tanya Niko dengan wajah kecewa. Dia sebenarnya masih ingin di antara mereka, walau hanya untuk sekedar melihat saja.    “Maaf yah sayang, Kan Jaka yang menang. Kamu kalah sih.. kamu tolongin lihat situasi aja yah sayang, siapa tahu papa kamu pulang, gak papa kan?” Niko hanya mengangguk lesu menyetujui perintah mamanya ini. Sebelum mereka masuk ke kamar, lagi-lagi Jaka mengeluarkan cengengesan menjijikkannya ke arah Niko.    Kini Niko tinggal sendiri di luar kamar, entah apa yang sedang mereka lakukan Niko benar-benar tidak mengetahuinya, sama sekali tidak terdengar suara dari luar kamar tempat Niko berdiri ini. Tubuh Niko jadi panas dingin membayangkan apa yang terjadi pada mamanya di dalam sana. Niko penasaran apa yang terjadi, selang beberapa lama dia putuskan untuk berusaha mencuri dengar apa yang sedang terjadi di dalam.    "Enak sayang?" terdengar suara mamanya samar-samar. "Enak tante.." "Enak banget yah?? hihi"    ".... Duh, aw.. Jaka, pelan-pelan sayang.. geli.. hahaha.." terdengar tawa renyah mamanya yang sepertinya sedang kegelian."Oughh.. Anisa.." "Ngghh.. sayang, udah... sshhh.. kamu ini, ntar Windynya bangun" "Nggmmhh.." "Oughh.."    Beberapa kali terdengar suara lenguhan ibunya dan Jaka, entah apa yang mereka lakukan. Niko betul-betul tidak tenang di luar sini. Hatinya begitu tidak karuan mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Suara Windypun terdengar dari sana, sepertinya Windy terbangun karena ulah Anisa dan Jaka di dalam sana.     "Tuh kan.. anak tante bangun, kamu sih.." "Windy, kamu mau ikutan nyusu kaya om Jaka?, sini-sini.." kata mamanya. Deg, Niko terkejut mendengarnya. Dia semakin panas dingin karena membayangkan mamanya menyusui mereka sekaligus. Yang satu memang bayinya sendiri, tapi orang yang satu lagi?    Niko putuskan untuk tidak meneruskan menguping. Hatinya sudah begitu panas mendengar dan membayangkan itu semua. Lebih setengah jam lamanya Niko hanya duduk di sofa terdekat dari kamar orangtuanya ini hingga akhirnya pintupun terbuka dan mereka keluar dari kamar. Tampak Anisa sudah kembali mengenakan pakaian lengkap, tapi rambut dan wajahnya terlihat acak-acakan, membuat Niko betul-betul penasaran apa saja yang telah mereka lakukan.    “Lama amat sih ma?” tanya Niko dengan wajah kesal setelah mereka keluar. “Habis.. temanmu ini sih..” jawab Anisa sambil tersenyum ke Jaka. “Udah yah Jaka, pulang dulu yah.. bentar lagi Om pulang” katanya lagi. “Iya deh tante, makasih banyak ya.. hehe” Jakapun akhirnya pulang tidak lama kemudian. Jaka bahkan tidak pamit dengan Niko, Jaka hanya berpamitan dengan Anisa sambil mencium tangannya.    “Ma..” kata Niko lirih memanggil mamanya. “hmm? Apa sayang?” “Niko juga mau dong..” “ Hihihi.. kamu mau juga?” “Iya mah..” “Kalau gitu besok kamu harus menang yah..” “Yah.. mama kok gitu sih, sekarang dong ma.. cuma nyusu aja juga boleh kok ma”    “Gimana sih kamu ini, itu kan hadiah kalau kamu bisa menang. Ya udah sekali saja, ntar malam kamu tungguin mama yah, jangan tidur dulu” kata Anisa memberi harapan pada Niko sambil mengedipkan matanya.    “Kok gak sekarang aja sih ma?”    “Udah mau malam nih, ntar papa kamu keburu pulang. Ntar malam aja yah..” katanya lagi sambil mengelus kepala Niko. Akhirnya Niko setuju saja dari pada tidak sama sekali. Hati Niko senang bukan main mendengar perkataan ibunya, dia tidak sabar menunggu malam tiba |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||       “Lama amat sih ma?” “Nungguin papa kamu tidur dulu” “Mau sekarang sayang?” tanya Anisa dengan senyum manisnya.  “I-iya mah…” jawab Niko grogi. Anisa tersenyum sesaat kemudian mulai membuka beberapa kancing bajunya dan mengeluarkan buah dadanya. Sebenarnya Niko ingin melihat mamanya setengah telanjang seperti tadi siang waktu dengan Jaka, tapi dia tidak berani mengatakannya.  “Ayo, katanya mau nyusu..” tawar Anisa tersenyum manis ke anaknya itu.   “Eh, i-iya ma” Niko mendekatkan mulutnya dan mulai mengulum pucuk payudara Anisa. Air susu yang selama ini dia idam-idamkan akhirnya dapat dia rasakan. Air susu itu pun mulai masuk dengan nikmatnya ke dalam mulut Niko dan membasahi kerongkongannya.  “Dasar kamu, udah gede masih nyusu” kata Anisa sambil mengusap kepala anaknya.   “Enak sayang?” tanyanya. Niko hanya mengangguk tanpa melepaskan mulutnya dari sana. Lebih dari satu jam mamanya di sana menemani Niko. Memberi kedua payudaranya bergantian untuk dilahap anaknya yang sudah remaja ini hingga Niko puas. Niko sendiri sebenarnya berharap lebih dari hanya meminum asi mamanya. Tapi seperti janjinya, Niko hanya menyusu pada Anisa walaupun Anisa sedikit memberinya hiburan dengan memperbolehkan Niko memainkan payudaranya dengan sapuan lidah ataupun remasan tangan. Anisa sendiri tahu kalau anaknya sudah ngaceng dari tadi, tapi dia tidak ingin ini semua sampai melampaui batas.  “Ma, tadi siang mama ngapain aja sih di dalam dengan Jaka? Lama amat” tanya Niko saat acara minum susu tersebut selesai.  “Kamu mau tahu sayang?” “Iya mah, penasaran” “Ya, seperti yang mama bilang ke Jaka kalau dia menang, mama kasih mulut mama” “hmm.. mama jilatin penisnya Jaka?” “Iya, juga mama masukkan ke mulut mama semuanya” Niko yang mendengarnya begitu iri dengan Jaka.   “Terus, apa lagi ma?” “Tapi dasar dia nakal, dianya pengen lihat mama telanjang sayang” Niko terkejut mendengarnya. Kurang ajar sekali si Jaka, geramnya.  “Terus mama kasih?” “Dia maksa terus sih yang, akhirnya mama lepasin juga celana dalam mama. Jadinya kami sama-sama telanjang deh”  “Itu aja kan mah? Dia gak macam-macam lagi kan?” “Dikit sih, habis itu dia mainin vagina mama pake jarinya, gak tahu deh dia belajar itu dari mana, pintar banget dianya. Ya.. lama-lama mama gak tahan juga digitukan terus sayang, jadi mama nikmatin aja” kata Anisa menerangkan.  “ooh.. terus ma?” tanya Niko karena dia penasaran, walaupun dia sebenarnya ada rasa sakit hati pada Jaka berbuat bejat pada mamanya.  “iya, habis itu si Jaka minta gesek-gesikin penisnya ke vagina mama. Tapi mama tolak, takut dia hilang kontrol” kata Anisa. Niko cukup lega mendengar jawaban mamanya.  “Tapi dianya maksa terus sih, jadinya mama kasih juga. Dari pada dia ngentotin mama, iya kan sayang?” sambungnya lagi. “Tapi gak sampai masuk kan ma?” “Gak kok, cuma gesek-gesekin aja kok. Tapi sesekali kepalanya nyelip masuk juga sih.. hihi” jawab Anisa tertawa seakan itu hal yang lucu. "Terus kamu mau tau nggak Jaka muncratnya dimana?" kata Anisa lagi. "Dimana emangnya ma?" tanya Niko penasaran harap-harap cemas. "Di mulut mama, banyak amat" kata Anisa sambil tertawa. Kepala Niko makin berat mendengarnya.  “Coba tadi kamu yang menang, pasti kamu yang dapat. Ya udah deh, mama balik dulu yah? Udah puas kan?” “Yah mama..” rengek Niko karena masih merasa belum puas ditemani mamanya. “Udah ya, udah lewat jam 12 ini, besok kamu sekolah kan?” “Iya deh ma” jawab Niko lesu. Akhirnya Anisa meninggalkan kamar Niko.  Esoknya, Niko tidak melihat Jaka di sekolah. Apa dia sakit? Tapi kemarin dia masih sehat-sehat saja, bahkan melakukan hal mesum ke mama. Atau jangan-jangan Jaka bolos dan pergi ke rumahnya? Pikir Niko. Dia betul-betul tidak tenang di sekolah saat itu memikirkan kalau dugaannya itu benar. Saat pulang sekolah, Niko buru-buru pulang untuk mengetahui keadaan ibunya. Dia tidak menemukan Jaka di rumah, tapi dia tidak menanyakan pada mamanya apa Jaka tadi kesini atau tidak.  Sorenya mereka melakukan latihan itu lagi saat Jaka datang ke rumah. Tapi berapa kalipun mencoba, Niko tidak pernah menang dari Jaka. Sehingga Jaka teruslah yang mendapatkan hadiah mesum dari Anisa.   Esoknya, lagi-lagi Jaka tidak kelihatan di sekolah, dia mulai yakin kalau Jaka memang bolos dan pergi ke rumahnya. Dia putuskan untuk cabut dari sekolah diam-diam saat jam istirahat untuk pulang ke rumah. Yang ditakutinya sepertinya benar terjadi. Terlihat sepatu yang dia ketahui milik Jaka berada di depan pintu rumahnya saat Niko pulang ke rumah. Hati Niko jadi tidak karuan, dia penasaran apa yang sedang mereka lakukan di dalam, tapi dia putuskan untuk mengintip dari kaca samping rumah. Alangkah terkejutnya dia melihat mamanya dan Jaka sedang berciuman dengan mesranya. Sial si jaka! anjing! umpatnya dalam hati. Niko berusaha tenang mengawasi dan menguping pembicaraan mereka.  “Tante emang yang paling cantik deh.. hehe” “Huu.. gombal kamu, umur tante udah 33 gini”  “Benar deh, tetap cantik kok” goda Jaka lagi, membuat Anisa jadi malu karenanya. “Tante.. Jaka mau lihat tante telanjang lagi dong.. udah gak tahan nih”  “Hihihi, gak tahan ngapain sih kamu? Belum puas tadi tante isap? Udah muncrat kan tadi di mulut tante? hihi” goda Anisa sambil tertawa. Tapi Anisa akhirnya bangkit juga dari duduknya dan melepaskan daster yang dia kenakan.  “Celana dalamnya iya juga dong tante.. cepetan” suruh Jaka tidak sabaran. “Iya-iya.. dasar kamu..” kini Anisa juga melepaskan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat tanpa ditutupi selembar benangpun.   “Tante, ngentot yuk..” ajak Jaka kurang ajar. Niko yang mendengarnya dari luar sini betul-betul geram dibuatnya.  “Hush.. ngomong apaan sih kamunya, kan udah tante bilang kalau ini punyanya papa Niko. Gak boleh ya sayang..” tolak Anisa.  “Yah.. pengen banget nih tante. Kan gak ada siapa-siapa tante, boleh ya? Bentar aja” “Duh, gimana yah sayang, tante sejujurnya penasaran juga sih.. hihi” kata Anisa binal. Dia sebenarnya juga penasaran bagaimana rasanya bersetubuh dengan remaja sebesar ini, terlebih penis Jaka juga cukup besar untuk seusianya.  “Lah, tuh kan.. nunggu apa lagi? Yuk tante..” “Tapi tante gak enak nih sama Niko dan suami tante” “Bentar aja kok tante.. “ rayu Jaka lagi mencoba meluluhkan Anisa.  “Ya udah deh, bentar aja yah.. dasar kamunya mesum. Mama teman sendiri dimesumin” setuju Anisa akhirnya. Anisa mengajak Jaka ke arah sofa di ruang tamu yang lebih panjang. Dari tempat Niko berdiri sekarang dia tidak dapat melihat mereka lagi. Tapi tidak lama kemudian terdengar suara desahan-desahan dari mereka. Niko tidak tahan lagi, dia putuskan untuk masuk ke rumah mengganggu mereka.  “Tok-tok” Niko menggedor pintu rumahnya. “Ma..” teriak Niko dari depan pintu.  “Iya sayang, sebentar..” teriak mamanya dari dalam. Tidak lama mamanya membuka pintu, dia telah mengenakan dasternya kembali, tapi tidak menggunakan dalaman apa-apa lagi.  “Loh kok udah pulang sayang?” tanya Anisa “Lagi ngapain sih ma? Mandi? kok basah gini?” kata Niko balik nanya pura-pura tidak tahu melihat mamanya basah oleh keringat.  “Ngg, tuh karena teman kamu.. Bukannya sekolah malah main kesini. Jadinya mama keringatan-keringatan lagi deh” jawab Anisa terus terang sambil malu-malu seperti gadis remaja.   Niko segera masuk ke rumah untuk melihat keadaan, dia melihat Jaka yang sedang bertelanjang bulat duduk di sana. Tubuh Jaka juga bermandikan keringat seperti Anisa. Jaka bahkan cuek seakan tidak peduli anak Anisa sudah pulang walau dia baru saja mencumbui Anisa.  “Kalian habis ngapain?” tanya Niko. “Gue habis ngentotin nyokap lo.. hahaha.. nganggu aja lo” jawab Jaka kurang ajar. “Jaka, apaan sih” kata Anisa dengan wajah sebal. “Tapi benar kan tante? Hehe” “Sorry yah sayang, habisnya teman kamu tuh.. nakal amat ke mama” hati Niko benar-benar merasa tidak karuan, mendengar itu dari mulut mamanya.   “Tapi kok sampai gituan segala sih ma? Bukannya kitanya cuma latihan saja?” tanya Niko kesal ke mamanya. “Tante, lanjut di kamar yuk, masih tanggung nih” potong Jaka sebelum mamanya sempat menjawab.  “Hmm.. Niko, gak apa kan kalo mama lanjutin lagi?” tanya Anisa meminta persetujuan Niko lagi, Anisa sendiri masih merasa tanggung dan kesal juga diganggu Niko. “tapi kan mah…” sebenarnya Niko ingin sekali menolak permintaan gila Anisa. Tapi saat itu Niko melihat Jaka mengepalkan tinjunya ke arahnya hingga membuat nyalinya ciut.  “i-iya deh ma, gak papa” jawab Niko lesu. Anisa tersenyum kecil mendengar persetujuan anaknya. “Tante, suruh aja Niko ikut ke dalam. Biar dia lihat gimana mamanya aku entotin, hehe” kata Jaka kurang ajar.  “Jaka! Kok ngomongnya gitu sih. Lagian malu tahu dilihatin Niko” “Ya, gak apa lah tante, Niko pasti mau banget tuh lihat, iya kan Niko? hehe” cengengesnya ke Niko.  “Ya udah, kamu mau ikut masuk ke dalam sayang?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke Niko. Niko hanya mengangguk menyetujuinya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam kamar yang mana ternyata di sana ada Windy yang sedang tertidur.  “Sini tante..” ajak Jaka. Jaka pun langsung mengulum bibir Anisa yang masih berdiri dan melepaskan daster yang dikenakannya sehingga kini Anisa jadi bugil lagi. Jaka menciumi bibir Anisa dengan buasnya sambil sesekali melirik ke Niko.  “Jilatin lagi tante” kata Jaka melepaskan ciumannya. Anisa yang paham maksud Jaka langsung bersimpuh di depan remaja itu dan mulai menjilati penis tersebut. Saat menjilati penis Jaka, mata Anisa bahkan melirik Niko. Dia juga seperti berusaha tersenyum ke anaknya yang sedang melihat mamanya menjilati penis temannya itu, entah apa maksud senyuman mamanya itu Niko juga tidak mengerti. Jaka kini dengan kurang ajarnya membenamkan seluruh batang penisnya ke dalam mulut Anisa, dia lalu menggoyangkan pinggulnya seperti menyetubuhi mulut Anisa.   “Cpak.. cpak..cpak.” suara peraduan penis jaka dengan mulut Anisa.  Saat melakukan itu, Jaka sengaja menunjukkan ekspresi kenikmatan ke arah Niko, yang tentu saja makin membuat hati Niko sakit, tapi entah kenapa Niko juga ngaceng melihat tingkah mereka berdua.  “Ngghm.. ngghmmm” suara Anisa mengerang karena mulutnya dijejali penis Jaka hingga mentok ke kerongkongannya. Jaka yang mengetahui hal tersebut malah menahan kepala Anisa, membuat Anisa menepuk-nepuk paha Jaka supaya dia mau berhenti. Jaka masih saja membenamkan penisnya hingga akhirnya Anisa terlihat muntah, mengeluarkan sedikit cairan dari lambungnya karena kerongkongannya sakit dijejali penis Jaka hingga mentok.  “Hosshhh..hmmffhh, kamu kasar amat sih Jak?” kata Anisa agak kesal sesak nafas sambil mengelap dagunya yang basah oleh liur dan muntahannya kemudian menengok ke arah Niko yang berdiri di sana. Niko yang menyaksikan ini makin pedih saja hatinya, melihat mamanya diperlakukan tidak senonoh dan brutal oleh temannya sendiri.  “Hehe.. lagi yah tante” ajak Jaka lagi. Tanpa memberi kesempatan Anisa menjawab, Jaka kembali menjejalkan penisnya ke dalam mulut Anisa lagi, mengaduk-aduk mulut Anisa dengan penis Jaka sebrutal tadi hingga Anisapun lagi-lagi muntah dibuatnya. Jaka melakukan hal tersebut beberapa kali lagi pada Anisa, di depan Niko. Puas melakukan hal tersebut, Jaka kemudian mendorong Anisa ke ranjang dan mencumbuinya lagi.  “Tante.. masukin yah?” tanya Jaka yang sudah tidak sabar. “Tapi kan.. “ kata Anisa sambil melirik ke Niko. Dia begitu malu melakukannya di depan anaknya berbuat seperti ini walaupun dia sudah tidak tahan untuk dimasuki penis Jaka.  “Udah.. biar aja tante, gak papa kan Niko gue entotin nyokap lho?” tanya Jaka dengan senyum licik. Niko tidak menjawab pertanyaan Jaka, dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan sendiri. Dia sangat marah, cemburu dan sakit hati melihat adegan ini semua, tapi dia juga sangat terangsang juga karenanya. Mamanya, telah diambil... oleh temannya sendiri.  Melihat Niko tidak menjawab, Jaka hanya cengengesan sendiri. Jaka tau apa yang dipikirkan Niko, karena dia memang sengaja memperlihatkan ini pada Niko.   “Sayang? Kok diam? Boleh gak nih?” tanya Anisa ikut-ikutan. Anisa sendiri sebenarnya sudah tidak tahan untuk ditusuk Jaka. Entah apa yang ada dipikiran Anisa, dia mengkhianati suaminya, bermain dengan teman anaknya sendiri dan di depan anaknya yang polos yang hanya bisa melihat saja.  “Bo-boleh mah..” jawab Niko akhirnya dengan suara pelan. Kalau dia jawab tidak boleh bisa saja dia akan dihajar habis-habisan oleh Jaka diluar sana.  “Boleh apa sayang?” tanya Anisa lagi, sepertinya dia malah sengaja menggoda anaknya ini. Niko sendiri merasa tidak enak lidahnya untuk menyebutnya secara vulgar begitu.  “Boleh ng-ngetotin mama” kata Niko lagi. Sebuah senyuman terpancar dari bibir Anisa, yang tidak diketahui apa maksudnya oleh Niko. Jaka yang mendengar tanya jawab ibu dan anak itu juga ikutan terseyum dan mulai mengarahkan kemaluannya ke liang vagina Anisa. Dia mulai mengaduk kelamin Anisa dengan penisnya di depan Niko, bahkan didepan si kecil Windy yang ternyata sudah terbangun dari tidurnya. Kalau Windy bisa berpikir tentu saja dia juga akan marah melihat mamanya ditindih bukan oleh papanya. Tapi Windy yang masih kecil hanya bisa melihat saja mamanya yang sedang telanjang lagi disetubuhi oleh pria ini, bahkan dia sempat tertawa sendiri melihat mamanya yang tampak keenakan begitu. Gila memang, Anisa disetubuhi di depan anak-anaknya.  “Nngh.. Sayang..” panggil Anisa ke Niko. “Ya mah?” “Jangan oughh.. kasih tau papa ya? Ngghmmhh..” “I-iya mah” jawab Niko.  “Windy cayang.. kamu juga jangan kasih tau papa ya? Hihi” kata Anisa mengajak si kecil Windy bicara sambil tertawa. Tentu saja Windy tidak akan bisa memberitahu papanya apa yang sedang dilakukan ibunya ini. Tapi Anisa malah melakukan hal iseng bertanya seperti itu ke bayinya dan menganggapnya lucu. Si Windy yang tidak mengerti malah tertawa saja ke arah mamanya yang sedang disetubuhi. Betul-betul suasana yang gila.  Niko yang menyaksikan hal ini tanpa sadar membuat penisnya berdiri dari balik celana. Dia ingin sekali rasanya menggantikan posisi Jaka disana, meskipun wanita itu adalah ibunya sendiri. Jaka yang mengetahui apa yang sedang Niko pikirkan malah berbisik ke Anisa.  “Gak ah.. gila kamu..” jawab Anisa setelah dibisiki Jaka. “Gak apa lah tante.. kasihan tuh Niko nya.. hehe” “Nggak.. ada-ada aja kamunya” “Ada apa ma?” tanya Niko penasaran. “hmm.. Jaka ajak kamu ikutan tuh, tapi gak mama bolehin lah” jawab Anisa.  “Yah.. tante.. Niko udah penasaran banget tuh pastinya, hehe.. tapi ya udah deh kalau gak boleh. Jaka bisa puas sendiri.. hehe” kata Jaka sambil tersenyum remeh ke Niko dan kembali menggoyangkan pinggulnya. Mereka kini berganti posisi, Anisa menungging dan Jaka menyetubuhinya dari belakang.  “Nggh.. oughh.. terus sayang.. yang kencang…” racau Anisa. “ougghh.. rasain ini tante nakal, lonte binal” celoteh Jaka kurang ajar. Mereka saling melenguh dan meracau kenikmatan sambil berkata kotor. Bahkan kata-kata yang ditujukan Jaka pada Anisa menjurus melecehkan. Anisa yang mendengar hal tersebut malah makin bangkit birahinya, sedangkan Niko makin sakit saja hatinya mendengar mamanya dilecehkan begitu.  “Nggmmh.. terus sayang, entotin tante sesukamu.. ngmmhh.. entotin tante di depan anak-anak tante.. ougghh” racau Anisa menggila.  “Iya.. oughh, anak-anak tante harus tahu kalau mamanya binal dan nakal” balas Jaka. “Nggghh.. Iya sayang, tante memang nakal.. terus sayang.. entotin mamanya Windy dan Niko ini pake kontol kamu yang gedeee.. ougghh.. nggghhh” Mereka terus saja meracau gila-gilaan. Anisa yang paling gila karena dia melakukan ini di depan anak-anaknya, bahkan meladeni omongan vulgar Jaka. Entah apa yang akan terjadi pada diri anak-anak Anisa ini esok, terlebih bagi si kecil Windy. Untuk melihat mama dan papanya bersetubuh saja mungkin ini sudah tidak baik, tapi ini malah dia diperlihatkan adegan mamanya yang sedang selingkuh, melihat mamanya disetubuhi di hadapannya serta diperdengarkan kata-kata kotor yang vulgar oleh mamanya sendiri. Anisa sendiri malah seperti tidak ambil pusing karenanya.  Niko yang memang dari tadi sudah tidak tahan hanya bisa mengelus penisnya dari balik celananya. Dari tadi bahkan dia belum sempat mengganti pakaian seragamnya karena terlebih dahulu disuguhi pemandangan seperti ini. Jaka yang melihat tingkah Niko lagi-lagi mulai memancing suasana hati Niko. Sambil masih menggenjot Anisa dari belakang, dia menciumi bibir Anisa dan meremas buah dada Anisa hingga tampak air susunya menetes-netes. Air susu yang seharusnya menjadi makanan bagi anaknya Windy kini terbuang percuma karena perlakuan Jaka.  “Ngghh… Duh.. Jaka, pelan-pelan dong.. sakit” erang Anisa karena remasan tangan Jaka yang kasar di buah dadanya. Jaka seperti tidak mendengar perkataan Anisa dan masih saja meneruskan aksinya, membuat ranjangnya mulai basah karena ceceran susu Anisa. Niko yang dari tadi hanya menonton sudah melepaskan celana beserta celana dalamnya. Dia beronani menyaksikan adegan didepannya ini. Mamanya yang sedang disetubuhi oleh temannya sendiri. Meskipun hanya onani, tapi tetap saja dia kalah dengan Jaka yang masih bertahan menyetubuhi Anisa. Dia klimaks dengan hanya melihat adegan tersebut. Jaka yang melihat Niko sudah keluar malah tertawa melecehkan. Anisa juga hanya tersenyum melihat anaknya yang sudah muncrat.  “Lihat tuh anak tante, lemah amat..” ejek Jaka. “Hihi.. sayang? kamu udah keluar yah?” tanya Anisa yang juga terdengar seperti nada melecehkan bagi Niko. Membuat Niko malu bukan main karenanya.   “Tante.. nanti Jaka keluarin di dalam yah??” “Kamu mau keluarin di dalam? Itu tempat Niko lahir loh.. mau kamu siramin pake peju kamu yah? Nakal kamu..”  “Iya.. boleh yah tante.. pasti enak nih..”  “Iya deh.. Niko, gak apa kan kalau Jaka keluar di dalam? Di tempat kamu lahir dulu?” tanya Anisa pada anaknya itu. Niko yang mendengar pertanyaan mamanya ini malah membuat darahnya berdesir, perkataan mamanya begitu provokatif dan mengaduk hatinya.  “Gimana Niko? Boleh nggak Jaka numpahin benihnya ke rahim mama kamu ini?” tanya Anisa lagi.  “I-iya mah..” jawab Niko pelan, dia tidak tahu kenapa bisa jadi seperti ini. Anisa tersenyum mendengar jawaban anaknya, begitu pula Jaka. Sungguh perasaan Niko campur aduk dibuatnya.  “Kamu harus belajar dari Jaka nih sayang.. dianya kuat” kata Anisa dengan meninggikan intonasi kata kuat. Jaka hanya cengengesan ke Niko mendengar perkataan Anisa. Setelah cukup lama Jaka menggenjot Anisa, akhirnya Jaka tidak bisa lagi menahan laju spermanya untuk menumpahkan spermanya membuahi rahim Anisa.   “Ougghh.. terima peju Jaka tante.. ughh..” “nngghh… iya sayang.. keluarin yang banyak, penuhi rahim tante dengan peju kamu” “Oughhh.. Anisaaaa”   “Iya sayang.. tante juga sampaaaaaiiiii” erang mereka kenikmatan saat peju Jaka muncrat dengan banyaknya memenuhi rahim subur Anisa. Entah apa jadinya kalau Anisa sampai hamil oleh Jaka, teman anaknya sendiri. Mereka akhirnya terbaring kelelahan di ranjang, sejajar dengan Windy yang juga terbaring di kasur yang sama.  “Windy cayang.. om Jaka kuat amat loh.. kamu kalau sudah besar boleh tuh ikutan cobain..hihi” kata Anisa iseng dengan nafas nggos-ngosan mengajak Windy bicara. Betul-betul gila omongan Anisa, mengajak bicara anaknya seperti itu. Menawarkan anaknya untuk boleh disetubuhi pria ini kelak kalau sudah besar. Jaka yang mendengar omongan Anisa sampai cengengesan dibuatnya.   “Tante, boleh gak Jaka main kesini tiap hari?”  “Hmm.. boleh aja kok, tapi kamu sekolah dulu, baru kesini.. ntar gak lulus lagi kamunya gara-gara tante”  “Hehe.. gak apa kok tante, biarin gak lulus asal bisa terus bersama tante”  “Huu.. gombal kamunya, ada-ada aja. Udah sana kamu pulang, bentar lagi Om pulang” “Okey deh sayang..” setuju Jaka sambil mencium kening Anisa. Setelah beberapa saat beristirahat Jakapun pulang dari rumah Niko, Anisa mengantarnya hingga ke depan rumah dengan masih bertelanjang bulat sambil mengendong bayinya. Anisa bahkan mengangkat tangan Windy lalu melambai-lambaikannya seperti mengatakan bye-bye ke arah Jaka. "Ayo cayang.. bilang dadah ke Om Jaka.. dadaaah... hihihi" kata Anisa ke bayinya sambil tertawa-tawa. Jaka hanya tersenyum melihat tingkah Anisa ini, sedangkan Niko bertambah sakit hatinya. Dia akhirnya benar-benar telah menghilang dari pandangan Niko dan Anisa, tapi sebenarnya mimpi buruk baru saja dimulai.   ***  Esok hari, lagi-lagi Jaka tidak terlihat di sekolah. Niko yang menyadari bahwa Jaka pasti berada di rumahnya seakan tidak dapat berbuat apa-apa. Nyalinya begitu kecil untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan, rasa sakit melihat mamanya diambil orang lain, mengkhianati papanya dengan cara begitu. Dia menyesal karena membawa Jaka ke rumah, Niko merasa dia sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi. Seharusnya dia tidak menyetujui ide mamanya untuk membawa teman segala. Hatinya sangat sakit, pedih tak terkira. Seharusnya aku melawan, tapi kenapa hanya diam begini, sial, batinnya.  Niko melihat perbuatan bejat Jaka lagi pada mamanya saat dia pulang ke rumah. Ya.. Jaka memang sengaja tidak sekolah tadi dan melakukan hal ini lagi. Esok hari dan seterusnya selalu begini, sekarang sudah seminggu Jaka tidak sekolah dan malah datang ke rumah Niko. Melakukan hal mesum terhadap ibu kandung Niko disaat papa dan anaknya tidak di rumah.   Pagi itu lagi-lagi Jaka datang ke rumah Niko. Kebetulan sejak dua hari lalu suaminya sedang ada keperluan bisnis di luar kota selama seminggu.   “Dasar kamu Jaka, udah seminggu kan kamu gak masuk sekolah?” tanya Anisa saat membukakan pintu untuk Jaka.  “Hehe.. biarin tante” “Dasar kamu.. dikasih tahu malah bandel” kata Anisa gemas mencubit pipi Jaka. “Tante, Jaka bawa teman nih..”  “Hah? Rese ah kamunya gak bilang-bilang.. kan tantenya bisa siap-siap dulu.. hihi” kata Anisa karena saat itu Anisa hanya mengenakan kemeja putih dan celana dalam saja. Ternyata di belakang Jaka ada tiga orang temannya yang lain. Dada Anisa entah kenapa jadi berdebar seperti ini. Dia penasaran apakah akan terjadi gangbang pada dirinya hari ini. Sebuah fantasi liar yang dia miliki dari dulu.  “Ya udah.. ajak teman-temanmu masuk deh..”  Saat masuk ke rumah, mereka mencium tangan Anisa layaknya anak yang baik, membuat Anisa jadi tersenyum. Mereka semua ternyata sudah sma, sepertinya itu teman-teman Jaka yang memang seumuran dengannya. Tampak penampilan mereka acak-acakan, dengan seragam yang lusuh dengan beberapa coretan. Jelas dari penampilan mereka kalau mereka adalah murid yang suka bolos sekolah, merokok, bahkan tawuran.  “Anggap rumah sendiri yah.. Kalian mau minum apa?” tanya Anisa menawarkan. “Susu kalau ada tante..” kata salah satu dari mereka dengan lancangnya. Dia lalu tertawa diikuti teman-temannya.  “Ye.. kalau itu nanti dong.. kalian pasti kebagian kok semuanya” “Stoknya gak terbatas ya tante? hehe” goda salah satu dari mereka. “Iya.. gak abis-abis pokoknya… hihi” jawab Anisa mengikuti pembiacaraan porno mereka. “Jadi kalian mau minum apa nih? Tante bikinin es teh aja ya?” kata Anisa lalu menuju ke dapur. Setelah membuatkan es teh untuk mereka berempat, Anisa ikut duduk dan mengobrol dengan mereka.  “Nih minumnya..” “Makasih tante” kata mereka hampir bersamaan. “Nama kalian siapa aja sih? Satu sekolah semua?” “Iya tante, saya Rido tante..” “Bimo tante..” “Saya Amir tante..” kata mereka bergantian memperkenalkan diri.  “Tante, katanya Jaka sering kesini yah? Ngapain aja tuh tante?” tanya Amir. “hmm? Dasar kalian pura-pura gak tahu.. mana mau kalian datang kesini kalau gak diberi tau Jaka.. dasar” mereka tertawa mendengar kata-kata Anisa.  “Terus kami boleh juga gak tante?” “Boleh ngapain? Ayo udah mesum aja..” goda Anisa. “Itu tante… ngentotin tante” kata Rido vulgar. “Hushh.. gak sopan amat, datang-datang minta gituan, tante bilang suami tante ntar hihi..” kata Anisa sambil tertawa.  “Jadi gak boleh yah tante?” “Hmm.. boleh nggak yah..” goda Anisa lagi main tarik ulur. “Boleh dong tante.. kalau gak boleh ntar kita paksa lho.. hehe” kata Rido. “Huu.. enak aja maksa-maksa. Boleh deh.. dari pada tantenya kalian perkosa.. hihi” “Hehe.. gitu dong tante.. kan enak.. hehehe”   Jaka dari tadi hanya diam saja memperhatikan teman-temannya menggoda Anisa. Dia hanya tersenyum-senyum saja melihat bagaimana teman-temannya menggoda wanita bersuami ini.   “Terus mau sekarang?” pancing Anisa.  “Hehe.. boleh..” langsung mereka menyerbu Anisa, mereka berlomba-lomba melepaskan pakaian yang mereka kenakan. Salah satu fantasi liar Anisa sepertinya akan terwujud hari ini, melakukan gangbang dengan mereka.  Mereka mulai menjamah tubuh Anisa bersamaan, menciumi dan menggerayangi Anisa. Kemeja yang digunakan Anisa sudah terbuka bagian depannya tapi masih dibiarkan tergantung dibadan Anisa, sehingga memberi kesan seksi. Mulut mereka berganitan mencicipi nikmatnya asi dari buah dada Anisa yang sekal. Mereka seperti ingin menyedot habis seluruh isi buah dada tersebut dan tidak menyisakannya untuk bayi kecil Anisa.  “Duh.. geli, dasar kalian, beraninya keroyokan” “Hehe.. tapi tante suka kan kalau kita keroyok gini?” “Huh, dasar mesum..” kata Anisa sambil tertawa. “Aww.. pelan-pelan sayang..” kata Anisa ke Rido karena menggigit putingnya cukup keras. “Tante gak larang kalau mau gigit, tapi pelan-pelan dong.. jangan keras-keras amat”  “Ini satu, jarinya nakal amat nyolek-nyolek memek tante..” kata Anisa pura-pura kesal ke Amir. Mereka hanya tertawa dan terus saja melakukan aksi mesumnya sambil bergantian menetek. Vagina Anisa bergantian dikobel oleh tangan-tangan nakal mereka, tangan mereka bergantian merasakan seluk beluk liang Vagina wanita bersuami ini.  “Udah ah, kalian nakal. Sini tante jilatin dulu kontol kalian..” tawar Anisa nakal. Mereka berempat kemudian berdiri mengelilingi Anisa yang bersimpuh di bawah mereka. Anisa mulai menjilati penis mereka satu persatu sambil mengocok penis lainnya. Lagi asik-asiknya menikmati penis para remaja tersebut, Anisa dikejutkan oleh suara tangisan Windy.  “Duh.. anak tante bangun tuh.. bentar yah, sepertinya dia lapar” kata Anisa beranjak dari hadapan mereka dan menjemput bayinya di kamar. Anisapun kembali dengan menenteng bayinya tidak lama kemudian.   "Kamu nakal yah sayang ngangguin mama jilatin kontol mereka, kasian tuh om-om itu udah mupeng banget sama mama.. hihi" kata Anisa iseng mengajak bicara bayinya saat kembali duduk di antara para remaja itu.   "Kamu lapar yah sayang? ayo cepetan mimik, kalo ga mama kasih om-om itu loh susunya.." kata Anisa sambil menyodorkan buah dadanya ke Windy sambil melirik tersenyum manis ke arah para remaja yang tentunya makin mupeng melihat tingkah Anisa itu. Si kecil Windy yang memang sedang lapar tentu saja langsung mengulum buah dada Anisa. Kalaupun ia mengerti apa yang dikatakan mamanya tentu saja dia juga tidak akan mau mereka mengambil air susu mamanya.  “Mau lanjutin gak?” tawar Anisa sambil masih menyusui Windy. “Gak apa tante?” tanya mereka heran.  “Iya.. gak papa kok” Sungguh gila, sekarang Anisa malah mengulum penis mereka bergantian yang mana Windy masih digendong dan menyusu padanya. Tangan Anisa menggendong bayinya, sehingga kini tidak bisa lagi mengocok penis mereka. Sungguh liar dan binal sekali pemandangan tersebut. Mereka bergantian menyuapi dan membenamkan penis mereka bergantian ke mulut Anisa, yang mererima penis mereka sambil tertawa-tawa sedangkan Anisa sendiri masih menyusui bayinya, atau dapat dikatakan keduanya sama-sama sedang menyusu, si kecil Windy menyusu ke ibunya sedangkan ibunya menyusu ke penis-penis remaja itu. Pemandangan itu membuat para remaja tersebut terkagum dan terheran-heran melihat betapa binal dan nakalnya Anisa. Apalagi kemeja yang masih menggantung ditubuhnya serta celana dalam yang masih tersisa menambah kesan seksi padanya. Anisa sendiri merasakan sensasi luar biasa. Sempat juga terlintas sebuah pikiran nakal Anisa kalau tiba-tiba suaminya pulang dan menemukan dirinya sedang berbuat mesum dengan para remaja berandal ini, tapi semakin dia pikirkan entah kenapa dia semakin terangsang dibuatnya.  Tapi tiba-tiba Anisa dikagetkan oleh kehadiran Niko yang tiba-tiba datang dan menghantamkan tinjunya ke salah satu dari mereka hingga orang itu tersungkur. Tidak terima temannya dipukul, mereka langsung mengejar dan menghajar Niko hingga Niko pun tersungkur. Melihat anaknya dihajar membuat Anisa berteriak histeris minta berhenti.  “Berhentiii… tolong berhenti.. ya Tuhan.. please stooooppppp!” teriak Anisa mencoba menghentikan mereka. Mereka pun akhirnya mau berhenti. Tampak disana Niko meraung kesakitan dihajar beramai-ramai. Tentu saja naluri keibuan Anisa muncul untuk menolong anaknya tersebut. Dia letakkan bayinya dan pergi ke tempat Niko tergeletak kesakitan.  “Sayang.. kamu gak apa-apa?” tanya Anisa cemas. Tapi Niko tampak menepis tangan Anisa, kemudian bangkit dan jalan tertatih menuju ke kamarnya. Hati Niko menahan sakit yang lebih dari pada yang dirasakan tubuhnya ini.   “Sayang?” panggil Anisa lirih. Niko terus saja berjalan ke kamarnya dan menghilang di balik pintu. Para remaja tersebut malah tertawa cengengesan saja melihat hal itu. Anisa sendiri ingin ke kamar Niko untuk memastikan keadaan anaknya, namun dicegah oleh para berandal tersebut. Mereka menarik lagi Anisa ke sofa dan mulai menjamah Anisa lagi. Anisa juga merasa tidak nyaman dihatinya, entah kenapa semua ini bisa terjadi dan berakhir seperti ini. Dia berusaha tetap tersenyum pada para remaja mesum ini walaupun pikirannya berkecamuk. Tetap saja melayani nafsu mereka padahal anaknya sedang merintih di sana. Suara erangan dan rintihan pun terdengar se isi rumah itu. Termasuk Niko yang mengurung diri di kamar. Niko dengan pandangan kosong menatap ke lantai kamarnya, suara-suara erangan mamanya terdengar jelas dari sini. Parahnya, mereka bahkan menginap di sana malam itu, menggangbang Anisa dengan liarnya sepanjang malam, menggenjot lubang vagina dan anus Anisa dalam waktu bersamaan, menyiram tubuh Anisa dengan sperma mereka, baik di dalam maupun di sekujur tubuhnya. Niko hanya menghabiskan waktunya mengurung diri di kamar malam itu, telinganya dicekoki suara-suara yang membuat hatinya semakin dan semakin sakit.  Esoknya, hari minggu. Saat keluar kamar Niko melihat mamanya masih saja dicabuli orang-orang itu. Mereka bahkan tertawa cengengesan ke arah Niko, sedangkan mamanya ingin menyapa Niko tapi sayang mulut Anisa saat itu sedang tersumpal penis. Hari itu, hampir sepanjang hari juga Niko melihat dan mendengar hal-hal mesum yang dilakukan terhadap mamanya tersebut, meskipun lebih banyak dia habiskan waktunya mengurung diri di kamar. Baru menjelang malam mereka pulang dari sana setelah hampir dua hari menginap.  Anisa merasa tidak nyaman di hatinya, dia putuskan untuk menemui Niko setelah dia membersihkan diri dan meniduri bayinya. Dia ketuk pintu kamar Niko, tapi tidak ada yang menjawab. Anisapun lalu membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dia lihat anaknya sedang menonton tv di kamarnya, dengan pandangan hampa.  “Sayang.. maaf yah sampai kayak ini. Kamu marah yah sama mama?” tanya Anisa, tapi terlihat Niko hanya diam saja. Ya.. melihat hal gila seperti itu setiap hari perlahan membuat mental Niko hancur, dia sekarang jadi sering menyendiri, bermenung dan hilang selera makan.  “Sayang? Kok diam?”   “Dasar pelacur..” jawab Niko dingin. Alangkah terkejutnya Anisa mendengar perkataan anaknya, dadanya serasa dihantam, air matanya ingin menetes. Anisa sadar dia telah melakukan hal yang betul-betul gila, sesuatu yang telah menyakitkan hati anaknya.   “Sayang..” kata Anisa lirih.   “dasar.. PELAACUUUUR!” teriak Niko pada Anisa.   “Plaaakk” sebuah tamparan keras hinggap di pipi Niko, meninggalkan jejak merah disana. Air mata Niko menetes, dia kini menangis. Anisa yang merasa bersalah memeluk anaknya tersebut, membiarkan Niko menangis dalam pelukannya. Anaknya menangis tersedu-sedu di sisinya. Tapi entah bagaimana mulanya, kini tangan Niko mengusap dan memeluk tubuh Anisa dengan penuh nafsu. Mulutnya menciumi bibir Anisa bertubi-tubi seperti seorang kekasih yang lama tak jumpa.  “Sayang.. kamu kenapa?” tanpa menghiraukan pertanyaan mamanya Niko terus saja menjamah tubuh Anisa. Niko dorong tubuh Anisa sehingga kini Anisa terlentang di ranjang. Sekilas, Anisa melihat ke mata anaknya, tatapan matanya kini sudah berubah, tidak seperti Niko yang dia kenal sebelumnya. Pandangan mata dingin yang dipenuhi nafsu. Niko melanjutkan menindih tubuh ibunya tersebut, menjamah dan menciumi wajah Anisa penuh nafsu. Sekarang, dengan tergesa-gesa Niko melepaskan celananya, serta melepaskan celana dalam yang digunakan Anisa dari balik roknya. Dengan kesetanan dia hujamkan penisnya ke vagina ibunya tersebut.   “Sayang..” kata Anisa lirih. Anisa merasa hatinya teriris, tidak menyangka perbuatannya ini telah merubah kepribadian anaknya. Dia sungguh menyesal, tapi sekarang sudah terlambat, biarlah yang akan terjadi terjadilah. Dia akhirnya mengikuti permainan Niko, sambil Niko menyetubuhinya dengan brutal, Anisa melayani ciuman anaknya. Niko menyetubuhi ibunya dengan brutalnya, entah kenapa sekarang dia menjadi lebih tahan untuk tidak segera ejakulasi. Sepertinya pelatihan dari Anisa berhasil, meski memerlukan pengorbanan yang besar akhirnya, sebuah pengorbanan yang tidak mereka sangka ini bisa terjadi.  “Sayang.. terus.. entotin mama.. puasin nafsu kamu ke mama yang selama ini kamu pendam.. iya.. terus sayang.. maafin mama baru bisa memberinya sekarang.. oughh.. puaskan nafsumu anakku.. puaskan..” rintih Anisa.  “Oughh…” “Ngmmhh.. sayang..” Suara erangan mereka terdengar memenuhi kamar Niko. Saling bersahutan hingga akhirnya Niko menumpahkan spermanya ke dalam rahim Anisa, ke tempat dia lahir dulu.  “Sayang.. kamu puas?” tanya Anisa lirih ke Niko. “Iya mah.. maafin Niko” kata Niko yang sepertinya telah sadar apa yang telah dia lakukan. “Gak papa sayang.. biarlah yang sudah terjadi begitu adanya. Mulai sekarang mama milik kamu. Kamu gak usah segan dan malu lagi minta ke mama” mereka kini saling berpelukan. Malam itu mereka melanjutkan satu ronde lagi sebelum tidur bersama. Kini dan seterusnya, Anisa telah merelakan tubuhnya untuk dinikmati Niko, anaknya.  ***  Esoknya , Jaka masih saja datang ke rumah itu. Tapi kini dia hanya datang sendiri. Meski begitu ternyata Anisa tidak disetubuhi Jaka seorang, ya.. sekarang Niko ikut bersamanya, menyetubuhi ibunya, Anisa. Mereka melakukan threesome antara Anisa, Jaka, dan Niko.   “Oughh… Sayang.. terus anak-anakku.. setubuhi aku..” racau Anisa menggila. Kedua lubangnya dimasuki penis mereka. Jaka menggenjot lubang vaginanya sedangkan anaknya, Niko menggenjot lubang anusnya.  “Mah.. enak.. mau keluar..” erang Niko. “Saya juga tante.. udah gak tahan” erang Jaka.  “Keluarin di mulut mama aja sayang..” pinta Anisa. Mereka mencabut penis mereka dan berdiri di depan Anisa yang kini bersimpuh dan membuka mulut lebar-lebar di bawah mereka.  “Croot.. crooot” penis mereka memuntahkan lahar putih yang berlomba-lomba memasuki mulut Anisa. Tampak begitu banyak lelehan sperma di mulut Anisa, mulutnya tidak kuasa menampung semuanya hingga beberapa tercecer ke dagunya dan menetes di pahanya. Sebelum menelan sperma mereka, Anisa memanjakan mata remaja tersebut dengan memainkan sperma mereka di mulutnya. Mengenyam-ngenyamnya seperti makan nasi, berkumur-kumur dengan sperma tersebut hingga akhirnya dia menelan seluruh sperma tersebut masuk ke dalam lambungnya.   “Gimana? Puas?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke mereka.  “Iya tante.. puas banget hehe..” “Iya mah.. makasih yah ma..”  “Hihi.. kan mama udah nih minum ‘susu kental’ dari kalian, sekarang giliran kalian deh kalau mau juga minum susu mama, mau nggak nih?” tanya Anisa menggoda.  “Mauuu..” sorak mereka serempak menyerbu buah dada Anisa. Mereka menyusu ke kedua payudara Anisa. Jaka sebelah kanan, dan Niko sebelah kiri.   “Hihi.. sabar dong kaliannya.. sisain untuk Windy juga..” tapi mereka terlalu sibuk mengulum dan meminum susu dari payudara Anisa hingga tidak mendengar apa yang dikatakannya. Anisa hanya tersenyum saja sambil mengusap rambut keduanya. Sesekali dia tertawa kecil kegelian karena permainan lidah dan gigi mereka.  Sejak saat itu mereka terus melakukan hal tabu tersebut, bahkan saat papanya ada di rumah. Saat itu Niko mengajak Jaka untuk menginap di rumah. Tentu saja papanya tidak curiga sama sekali karena merupakan hal yang biasa. Tapi malamnya saat papanya sudah tertidur, barulah Anisa dikerjai, di belakang suaminya, oleh anaknya dan teman anaknya. Niko juga mulai ikut-ikutan membolos walau tidak sesering Jaka, Niko berpura-pura ke sekolah dan berpamitan pada kedua orangtuanya seperti biasanya.   “Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya. “Maaf papa gak bisa antar hari ini juga..” kata papanya karena dia juga akan berangkat kerja. “hati-hati sayang..” kata Anisa. Saat mencium tangan ibunya, Niko sempat berbisik pelan ke Anisa. “Mah.. tungguin yah.. bentar lagi Niko pulang” bisik Niko. “Dasar kamu, sekolah tuh yang benar, pake cabut segala.. ya udah, tapi cepetan yah.. hihi” bisik Anisa juga. Niko juga ikutan tertawa kecil.  “Daaaah.. pa… ma…” Niko meninggalkan rumah, tapi yang tanpa sepengetahuan papanya, setelah papanya berangkat kerja, Niko malah kembali ke rumah. Menghabiskan harinya bermesraan dengan ibunya, Anisa. Mulai dari sekarang, apa yang akan terjadi hanya mereka yang tahu dan tetap akan menjadi rahasia mereka..         |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||     “Ma.. Papa pergi dulu yah.. hati-hati di rumah”     “Iya.. Papa yang hati-hati di jalan, mama kan ada Niko yang jagain. Awas ya kalau Papa macam-macam singgah kemana-mana, tak hajar nanti.. hihi” Bisa-bisanya Anisa berkata demikian, padahal dia yang selalu macam-macam selama ini saat suaminya tidak ada.          Untuk beberapa hari ini, Panji suami Anisa harus ke kampung halamannya mengunjungi mamanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Dari kabar yang mereka dapatkan mamanya terserang demam tinggi. Tapi Panji sendiri tidak tenang dan ingin memastikan keadaan mamanya langsung. Awalnya Anisa sendiri ingin menemani suaminya, tapi suaminya menolaknya karena kasihan Windy     yang masih kecil yang harus ikut perjalanan jauh. Yang tidak disadari oleh Panji bahwa itu adalah keputusan yang salah.          “Hahaha.. gak bakal lah ma, kan udah punya istri begini cantiknya” kata Panji menggoda istrinya. Anisa sendiri tersenyum mendengarnya, sebuah senyuman yang memiliki arti lain bagi Anisa. Maaf yah suamiku, istri yang kamu bilang cantik ini yang malah bermain dibelakangmu, ada orang lain yang menikmati kecantikan istrimu ini, anakmu dan temannya, batin Anisa.           “ Niko, Papa minta tolong jagain mama sama adik kamu ya..”     “Sip, Beres pa.. serahin ke Niko”           Jadilah kini Anisa ditinggal bersama anak-anaknya selama seminggu. Tapi Panji tidak tahu, apa yang sebenarnya istrinya lakukan di rumah saat dia tidak ada. Perselingkuhan bejat istrinya. Ya.. seperti biasa, tidak hanya Niko yang menikmati Anisa, tapi juga Jaka. Dia lagi-lagi menginap di rumah Niko. Berlagak bagaikan raja menikmati fasilitas rumah itu termasuk menikmati tubuh Anisa untuk beberapa hari kedepan.          “Kamu lapar Jaka? Udah makan belum?” tanya Anisa menawarkan makan ke Jaka saat baru tiba bagaikan seorang ibu yang menawarkan anaknya makan.     “Belum tante, kebetulan.. duh enak benar punya mama kayak tante.. udah cantik, baik, bisa dientotin lagi. Bolehkan Jaka anggap tante mama Jaka? Hehe..”          “Hihi.. iya.. anggap aja mama kamu sendiri, tapi masa mama sendiri dientotin?” tanya Anisa ke Jaka, tapi matanya melirik ke Niko yang berada tak jauh dari sana yang memang anaknya sendiri yang telah menyetubuhi dirinya. Niko yang dipandangi seperti itu jadi salah tingkah sendiri.          “Niko, kamu mau makan lagi?”     “Gak ma, kalau minum susu sih boleh ma.. hehe”     “Hu.. dasar. Kita tungguin Jaka makan dulu, abis itu kita mandi sore bareng yah..”          ***          “Oughh.. enak tante.. ngghh…”     “Iya sayang.. entotin tante sesuka hatimu, kamu gimana Niko? Ngghh.. enak?”     “Enak ma..”          Mereka bertiga kini berbasah-basahan di dalam kamar mandi dibawah guyuran air shower. Tampak tubuh indah wanita dewasa Anisa dijepit dalam tubuh ceking pria remaja Jaka dan Niko. Posisi Anisa menghadap ke atas, dengan Niko berada dibawah menggenjot anus mamanya sedangkan Jaka menghimpitnya dari atas menusuk vagina Anisa. Butiran-butiran air pada kulit serta rambut basah Anisa membuat kedua remaja tersebut makin bernafsu menyetubuhinya. Sosok wanita sempurna yang kini sedang disetubuhi oleh anaknya sendiri dan temannya, yang dengan senang hati dan tanpa paksaan memberikan kenikmatan pada kedua remaja tersebut.          “Enak sayang?”     “Oughh.. enak tante.. Jaka bakal kasih tau suami tante.. kalau tante binal” racau Jaka disela-sela genjotannya.     “Hihi.. berani kamu emang? Nggmmhh.. emang.. gimana kamu kasih tahunya?” kata Anisa balik menggoda. Jaka kemudian menghentikan genjotannya.          “Om, om.. Jaka kemarin ngentotin tante Anisa loh waktu om pergi.. enak banget empotan memeknya, Jaka sampai ngecrot berkali-kali om ke memek tante” kata Jaka berpura-pura layaknya sedang berbicara pada suami Anisa.          “Apa kamu bilang?” kata Jaka lagi menirukan bicara Panji yang sedang kaget.     “Iya.. Om, enak banget.. kita ngentotin tante terus menerus om.. Niko juga ikutan kok ngentotin mamanya.. pokoknya memek tante Anisa penuh peju kita tuh om. Terus kita juga genjotin pantatnya Om, sempit banget. Om pasti gak pernah kan rasain bool tante? kasian deh Om keduluan kita..” sambungnya lagi. Gilanya, Anisa malah tertawa cekikikan mendengar omongan Jaka ini yang seperti melecehkan suaminya itu. Dia malah menganggap omongan bejat Jaka tersebut hal yang lucu. Niko sendiri hanya tersenyum kecut mendengar omongan Jaka ini yang seakan melecehkan kedua orang tuanya.          “Hahaha.. kamu ini.. paling beraninya cuma disini aja.. hihihi” kata Anisa.     “Berani kok tante.. tante mau kasih apa kalau Jaka berani ngomong kaya gitu ke Om?” Anisa dengan gemasnya mencubit pinggang Jaka karena perkataannya yang sepertinya memang nekat ngomong ke suaminya tersebut.          “Ighh.. kamu ini.. hihi”     “Emang ngentotin istrinya Om kaya apa?” kata Anisa yang kini malah ikut-ikutan menirukan gaya bicara suaminya. Jaka yang mendengar Anisa ikut-ikutan makin membuat dirinya senang dan bersemangat.          “Kaya gini Om..” sambil mengatakan itu, Jaka kembali menggenjot vagina Anisa.     “Hihi.. kaya apa sih itu? Gak kerasa.. yang benar dong.. Niko tunjukin juga dong gimana kamu ngentotin mama kamu.. hihi..” kata Anisa memancing. Mendengar hal itu, Jaka mempercepat adukan penisnya di dalam vagina Anisa, begitu pula halnya Niko yang menggenjot anus mamanya.           “Benar sayang kamu dientotin mereka?” kata Anisa lagi masih pura-pura jadi suaminya.     “Benar pah.. keroyokan, kaya gini.. brutal dan kasar amat.. hihi” jawab Anisa sendiri. Kedua remaja yang mendengar hal itu kini makin menjadi-jadi menggenjot lubang depan dan belakang Anisa.           “Kaya gitu pa.. lihat kan pa? ngghh.. kasar banget kan pa? masa sih mereka ngentotin istri Papa sekasar itu, kurang ajar banget kan pah? ngmmhh..” kata Anisa makin larut dalam permainan pura-pura dilihat suaminya itu.          Tubuh Anisa sampai terlempar-lempar kuat karena hentakan penis Jaka dan Niko yang makin menjadi-jadi, tapi Anisa malah tertawa cekikikan diselingi desahan karena apa yang baru saja mereka guraukan barusan. Menganggap itu adalah sebuah gurauan yang lucu. Sebuah gurauan yang entah apa jadinya kalau menjadi kenyataan. Entah apa jadinya kalau Jaka benar-benar mengatakan hal itu pada suaminya. Dan entah apa jadinya kalau suaminya melihat istri yang dicintainya sedang disetubuhi dengan liarnya oleh anaknya sendiri dan teman anaknya. Tapi satu hal yang pasti, Anisa semakin bergairah karena membayangkan itu semua.           Tangannya memeluk erat Jaka yang sedang menindihnya, kukunya seperti menancap di punggung Jaka. Vaginanya semakin berdenyut karena membayangkan suaminya sedang melihat dirinya seperti sekarang ini, yang disetubuhi dengan buasnya oleh anaknya sendiri dan temannya. Membuat Jaka tidak kuat lagi menahan kenikmatan jepitan vagina Anisa pada penisnya. Begitupun Niko, ia merasa jepitan Anus mamanya semakin sempit saja menelan penisnya.          “Agghh… tante.. enak bangeeett.. gak kuat tante.. gak kuaaat” teriak Jaka melolong kenikmatan.     “Sama ma.. Niko juga gak kuat.. aaaahhh…”          “Kita barengan sayang.. Ayo Keluarin.. tumpahin semuanya ke dalam tubuh mama.. penuhi rahim dan anus mama dengan bibit-bibit kalian.. puas-puasin sayang.. lepaskan.. ayo lepaskan peju kalian.. nggmmh.. mama sampaiaaai… aaaahhhh” erang Anisa menjambak rambut Jaka.          “Crooott.. crooot” dengan hampir bersamaan mereka melepaskan sperma-sperma mereka masuk bertubi-tubi dengan banyaknya dan tanpa hambatan memenuhi rahim dan anus Anisa. Membuat bagian bawah tubuh Anisa makin penuh karenanya. Mereka merasakan kenikmatan yang luar biasa, sungguh beruntung sekali mereka, terlebih Jaka yang bukan siapa-siapa dapat menikmati tubuh wanita secantik Anisa ini.          “Hosh.. hosh.. puas? Enak kalian?” tanya Anisa berusaha tersenyum disela-sela kenikmatan yang baru saja diraihnya. Mereka berbaring sejajar kelelahan di atas lantai kamar mandi yang dingin dan basah.          “Enak tante.. duh.. peju Jaka terkuras semua hehe.. rawat anak Jaka yah tante..”     “Ihh.. kamu ini, jangan ngomong yang nggak-nggak deh, ntar tante beneran hamil anak kamu gimana ayo? Mau bilang apa ke om? hihi” kata Anisa malah tertawa renyah.          “Masa mau bilang gini, Pa.. aku hamil. Tau gak siapa yang hamilin? Niko dan temannya, Pa.. gak mungkin kan? hihi” lanjut Anisa bercanda. Kedua remaja yang mendengar candaan Anisa itu malah mupeng jadinya.          “Kalau gitu biar Jaka aja yang kasih tau kalau tante hamil anak Jaka.. hehe” kata Jaka iseng.     “hmm? Emang kamu gimana cara ngomongnya.. coba kasih tau tante..” kata Anisa sambil menghadapkan tubuhnya ke Jaka.          “Om, om.. Jaka udah bikin hamil istri om lho.. gak apa kan om kalau ntar Jaka tambahin anak lagi untuk tante anisa? Tapi om yang nanggung biaya hidup anak-anak Jaka yah? hehe” kata Jaka kurang ajar seenak pantatnya ngomong yang malah membuat Anisa tertawa geli mendengarnya.          “Dasar, gila kamu.. anaknya itu anak kamu masa suami tante yang nanggung” kata Anisa mencubit hidung Jaka.     “Kalau kamu sayang, gimana kamu ngomong ke Papa kamu?” tanya Anisa berbalik menghadap ke Niko yang karena Anisa juga tertarik ingin tahu bagaimana omongan anaknya itu.          “Nggmm.. gimana ya ma.. gak tau ma.. bisa dihajar Niko kalau ngomong gitu ke Papa” jawab Niko polos, membuat Jaka tertawa terbahak-bahak dan mamanya tertawa cekikikan.     “Kan cuma seandainya aja sayang, jangan dianggap serius gitu dong.. hihi.. kamu pasti punya fantasi juga kan? bebasin aja sayang ngomongnya.. coba.. mama mau dengar” kata Anisa lagi. Dengan masih ragu-ragu Nikopun mencoba mencurahkan isi pikiran mesumnya.
          “Pa.. mama hamil anaknya Niko pa.. Niko udah ngentotin mama sampai hamil, Niko siramin rahim tempat Niko lahir dulu pakai peju Niko sendiri sampai mama hamil, gak apa kan pa?” kata Niko mencoba. Anisa tersenyum mendengar perkataan anaknya itu.          “Tuh kan kamu bisa.. hihi.. untung cuma mama yang dengar, coba kalau papa kamu. Nakal ya kamu hamilin mama kandung sendiri.. hihi” kata Anisa yang membuat Niko jadi malu-malu sendiri.          “Pengen coba?” tanya Anisa ke Niko.     “Eh, c..coba apa ma?”     “Hamilin mama kamu?” tanya Anisa dengan wajah menggoda semanis mungkin ke Niko yang membuat Niko jadi salah tingkah.          “Eh.. aaa.. i.. itu..”     “Hahaha.. Niko.. Niko.. grogian amat, mama kan cuma becanda.. hihi”     “Ya udah kalau Niko gak mau tante, biar Jaka aja yang hamilin tante.. Jaka mau kok..” serobot Jaka.     “Huu.. kamu maunya.. kalau kamu mah gak heran tante, kambing juga mau kamu hamilin.. hihihi..” Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama.          Mereka lalu mendekatkan mulut mereka ke buah dada Anisa. Mengulum dan menikmati air susu Anisa dengan nikmatnya secara bersamaan.          “Hihi.. dasar kalian gak ada puas-puasnya”     “Gak bakal puas tante.. Jaka kenyot lagi ya tante?”          “Iya.. iya.. mau kenyot, sedot, jilat, gigit, pokoknya suka suka kalian deh..” mendengar itu Jaka dengan semangatnya memainkan mulutnya di payudara kanan Anisa sesuka hatinya.     “Ayo Niko kamu juga jangan mau kalah, puas-puasin sayang, ntar dihabisin Jaka lho semuanya”          Mereka berdua kemudian menghabiskan waktu sejenak melepaskan rasa haus mereka karena pertempuran barusan. Memainkan buah dada Anisa seenak hati mereka tanpa batasan apapun. Jemari mereka juga asik bergeriliya di vagina Anisa yang masih becek.          “Ma.. Ntar susu mama habis nih.. ntar untuk Windy gak ada, gak apa ma?” tanya Niko polos.     “Hihi.. gak bakal habis kok.. kalau kalian mau habisin juga gak apa. Windynya kan bisa mama kasih susu bubuk. Daripada kaliannya yang mama kasih susu bubuk? Gak mau kan? hihi”          “Fuaahh..” suara erangan Jaka melepaskan kulumannya dari puting Anisa tiba-tiba, sepertinya dia ingin bicara. Tampak susu Anisa masih berlumuran di sekitaran bibirnya.          “Ya gak mau dong tante dikasih susu bubuk, untuk Windy aja” kata Jaka seenak jidatnya yang tidak tahu diri menyuruh Windy saja yang minum susu bubuk. Padahal seharusnya memang windy lah yang satu-satunya yang pantas mendapatkan ASI dari Anisa, bukan Jaka ataupun Niko ini. Tapi mendengar permintaan Jaka yang tidak tahu diri itu Anisa malah tertawa, membuat dadanya berguncang-guncang karenanya.          “Haha.. iya-iya, kamu ini.. ya udah, untuk kalian deh semuanya, habisin deh kalau kalian emang mau habisin, suka-suka kalian.. huh dasar”     Sungguh gila memang omongan Anisa, mendahulukan nafsu kedua remaja ini daripada bayinya yang seharusnya jadi prioritas. Memang Windy sudah boleh diberi makanan pendamping asi untuk umurnya sekarang ini, tapi tetap saja sangat ganjil sekali malah mendahulukan mereka. Tapi memang sensasi itulah yang membuat Anisa makin bergairah. Untung saja air susu Anisa tidak benar-benar habis oleh mereka.          Setelah puas menyusu mereka akhirnya keluar dari kamar mandi, Anisa sendiri yang mengeringkan tubuh mereka berdua. Mereka lalu beraktifitas seperti biasanya. Anisa kembali menjadi jadi ibu rumahan yang mengurus rumah, baik menyapu, memasak dan mengasuh bayinya. Niko dan Jaka juga mengisi waktu mereka sendiri, baik menonton tv ataupun bermain video game. Tapi mata mereka tetap tidak bisa lepas melihat sosok Anisa yang berkeliaran di rumah dengan pakaian santai yang menggoda birahi kelaki-lakian Niko dan Jaka. Anisa hanya mengenakan kaos lengan pendek dengan rok kembang selutut yang mudah tertiup angin. Anisa yang sadar jadi pusat perhatian mereka berusaha cuek dan tetap beraktifitas seperti biasa.          Malam harinya setelah makan malam, lagi-lagi Anisa menjadi tempat pelampiasan nafsu bejat Jaka dan Niko.      “Tante..” panggil Jaka ke Anisa setelah menghentikan goyangannya. Saat itu Jaka sedang menggenjot Anisa dalam posisi doggy sedangkan Anisa menjilati penis anaknya yang berada di hadapannya.          “hmm? Apa?” jawab Anisa setelah melepaskan kulumannya dari penis Niko.     “Gak mau telpon om, tante?”     “hmm? Emang kenapa sih?”          “Hehe.. Jaka pengen lihat nih tante teleponan sama om sambil tantenya Jaka entotin.. Omnya sadar gak yah tante? Hehe”     “Haa? gak mau ah, kurang kerjaan kamu..”     “Yah.. boleh yah tante. Gimana Niko? lo juga penasaran kan melihat nyokap lo kita entotin sambil teleponan dengan bokap lo?”          “hmm.. I-iya.. penasaran juga sih.. hehe” kata Niko sambil garuk-garuk kepala walaupun tidak gatal sama sekali.      “Tuh tante.. Nikonya juga penasaran tuh. Tante pasti juga mau kan? ngaku aja deh.. hehe” Anisa tersenyum mendengar permintaan Jaka ini, ya.. dia memang penasaran bagaimana rasanya teleponan dengan suaminya ketika bersetubuh dengan pria lain, terlebih Niko juga menyetujuinya. Apa anaknya juga mempunyai fantasi melihat mamanya disetubuhi orang sewaktu dia menelpon Papanya? Bisa aja kamu Niko, pikirnya.          “Sini Niko ponsel nyokap lo..” Suruh Jaka ke Niko untuk mengambil ponsel Anisa yang berada tak jauh dari Niko yang langsung dituruti oleh anaknya itu.     “Eh eh, tante kan belum bilang iya..” kata Anisa tapi tidak berusaha mencegah ponselnya beralih ke tangan Jaka. Dengan posisi masih seperti itu dan penis yang masih tertancap di vagina Anisa, Jaka mencari nomor suaminya Anisa yang dengan mudahnya dapat ditemukan.          “tut.. tut..” Nada sambung mulai terdengar. Entah kenapa Anisa jadi berdebar begini. Dia bakal melakukan hal gila yang baru pertama dia lakukan. Memikirkan dia akan disetubuhi pria lain selagi dia menelpon suaminya malah membuat birahinya semakin tinggi. Tidak butuh waktu lama suaminya sudah mengangkat panggilan tersebut.          “Halo sayang?” sapa suami Anisa di ujung telpon. Anisa masih diam sambil pura-pura menatap kesal ke Jaka.     “Ayo tante.. jawab dong..hehe” bisik Jaka sambil menyerahkan ponsel itu ke Anisa. Dengan wajah dicemberutkan Anisa akhirnya mengambil ponsel tersebut.     “halo” jawab Anisa.     “Gak ada apa-apa kok pa.. Cuma kangen aja..”          “Iya.. baiiiiiikk kok” dengan tiba-tiba Jaka menghentakkan pinggulnya membuat Anisa menjerit tertahan saat bicara. Anisa menatap kesal ke Jaka lalu mencubit pelan pahanya. Tapi Jakanya hanya cengengesan saja.     “Gak ada apa-apa kok pah.. Gimana kabar mama pa? ngghh.. udah baikan?” Tanya Anisa mengalihkan perhatian.          “Oohh.. sukur deh”     “Papa mau bicara sama Niko?” tanya Anisa ke suaminya sambil melirik ke Niko.     “Niko, nih Papa kamu mau ngomong..” kata Anisa menyerahkan ponsel itu ke Niko.      “Halo pa”          “Halo Niko, gimana keadaan rumah? Kamu jaga mama dan adik kamu dengan baik kan?” tanya Papanya dari seberang telpon. Niko sedikit tertegun mendengar pertanyaan menjaga mamanya dengan baik tersebut. Ya.. itu karena mamanya kini sedang disetubuhi orang lain, terlebih mamanya juga sedang menyepong penisnya.          “I..iya Pa, baik kok.. lagian di sini Niko juga ajak Jaka kok buat jagain mama” jawab Niko. Papanya yang mendengar jawaban Niko tentu saja tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Tapi sayang Papanya tidak mengetahui maksud sebenarnya dari jawaban anaknya itu.     “Ohh.. bagus deh”           “Jaka, tuh suami tante di telpon, berani emang kamu bilang?” kata Anisa menantang bermain api. Entah apa yang ada dipikiran Anisa menantang Jaka seperti itu. Anisa sepertinya jadi bergairah dengan kenekatannya ini.          “Berani kok, Om.. tantenya lagi Jaka entot nih..” kata Jaka pelan, yang tentunya tidak akan terdengar dari ponsel yang sedang dipakai Niko.     “Hihi.. beraninya jauh-jauh.. pelan lagi” kata Anisa makin menantang.      “Om.. istrinya Jaka entot nih..” kata Jaka lebih keras, untung saja masih belum terdengar oleh Panji. Niko yang sedang ngobrol dengan Papanya juga jadi panas dingin dibuatnya.          Sebenarnya Anisa tidak ingin juga kalau suaminya betul-betul mengetahui keadaan dirinya seperti sekarang ini, entah apa jadinya. Tapi dia sangat menikmati sensasi ini, dia ingin lebih nekat lagi, ingin lebih hampir ketahuan lagi.          “Niko, coba hidupin speaker ponselnya..” suruh Anisa ke anaknya. Niko sendiri juga bingung dengan kenekatan mamanya. Apa mamanya tidak takut ketahuan apa? pikirnya, tapi dia lihat mamanya malah tertawa tertahan sambil menempelkan telunjuk ke mulut ke arah mereka berdua sebagai isyarat agar tidak berisik. Nikopun menuruti permintaan mamanya untuk menyalakan speaker ponsel. Jadilah kini suara Papanya dapat terdengar oleh mereka bertiga, termasuk juga suara mereka bertiga yang akan dapat terdengar oleh suami Anisa. Bagi anisa, ini hampir memenuhi fantasinya. Bersetubuh dengan pria lain sambil mendengar suara suaminya yang tidak tahu apa-apa itu dari seberang telepon. Keadaan ini semakin membuatnya bergairah, vaginanya semakin becek. Sensasinya begitu nikmat dirasakan olehnya, dia ingin lebih lagi. Anisa mencoba sedikit memperkuat suara desahannya, begitu pula Jaka yang sedang menyetubuhinya dari belakang juga ikut-ikutan memperkuat desahannya. Suara paha Jaka yang menampar-nampar pantat Anisa juga makin keras terdengar. Sedangkan Niko masih asik melayani obrolan Papanya sambil penisnya masih dikocok dan dijilati Anisa.          “Niko suara apa ya itu? Kok berisik amat?” tanya Panji heran dari seberang telpon.     “Eh.. anu pa itu.. a.. anu..” Niko sendiri tidak tahu tidak tahu harus menjawab apa. Anisa yang melihat anaknya panik memberi kode pada Niko untuk mendekatkan ponsel itu padanya.          “Ngh.. Iya pa?” kata Anisa mengambil alih pembicaraan dari Niko. Tapi tetap dia masih dalam keadaan menyerahkan tubuh indahnya disetubuhi Jaka dan tangannya tetap mengocok penis Niko.     “Suara berisik apan tuh ma? Terus kok mama ngos-ngosan gitu?” tanya Panji lagi.          “Nggh.. gak kok pah.. ini mama sedang dien..” sebenarnya dia penasaran apa jadinya kalau dia meneruskan kata-katanya mengatakan kalau sedang dientot Jaka. Tapi dia tidak mungkin mengatakannya.          “Lagi apa mah?” tanya suaminya makin heran dan penasaran.     “Ah.. gak kok.. mama ada disana pa? aku mau ngomong dong..” kata Anisa mengalihkan pembicaraan ingin bicara dengan mertuanya. Panji yang masih bingung akhirnya harus merelakan rasa penasarannya dulu. Dia serahkan juga ponsel ke ibunya yang memang ada di dekatnya sekarang.          “Halo” sapa mertua Anisa.     “Assalamualaikum ma, Udah baikan ma?” tanya Anisa sopan. Kini posisi Jaka digantikan oleh Niko. Mereka mengobrol ringan selama beberapa saat dengan kondisi Anisa masih disetubuhi Niko. Tentu dengan Anisa tetap sesekali menahan desahan dan dengan nafas beratnya mengobrol dengan mertuanya, untung saja mertuanya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Entah apa yang akan terjadi jika mertuanya melihat menantunya melakukan perbuatan gila dengan cucu dan teman cucunya seperti sekarang ini. Sosok menantu yang ia ketahui sopan dan saleh pada suaminya ternyata kini sedang mengkhianati kepercayaan suaminya dan sedang asik berzinah ria. Sungguh bertolak belakang dengan yang diketahui mertuanya selama ini.           Mereka akhirnya menyudahi acara teleponan itu. Anisa sendiri juga harus tetap waspada agar suaminya tidak terlalu curiga. Dia pikir cukup demikian untuk hari ini. Ya.. mungkin suatu saat dia bisa menunjukkan pada suaminya sesuatu yang lebih, dia penasaran kapan hari itu akan datang dan bagaimana reaksi suaminya pada hari itu. Dia ingin melihat wajah suaminya pada saat itu tiba.          Disana, saat ini suaminya masih bingung sendiri, dia menjadi sedikit curiga apa yang sedang istrinya lakukan disana. Mesti dia tidak berani berandai-andai berfikir buruk terlalu jauh tentang apa yang sebenarnya istrinya lakukan disana. Tapi memang itulah kenyataan yang tidak diketahui olehnya. Istrnya memang sudah berbuat terlalu jauh, bersetubuh dengan anaknya sendiri dan teman-teman anaknya.          Hari-hari selanjutnya selama Panji pergi, Anisa tetap menjadi pelampiasan kedua remaja tersebut. Beberapa kali juga mereka teleponan seperti saat itu. Anisa teleponan dengan suaminya sambil melayani penis Jaka dan Niko. Bahkan pernah tidak hanya mereka berdua. Tapi bertambah beberapa pria teman Jaka yang menikmati tubuh Anisa. Menggrepe-grepe tubuh indah Anisa yang seharusnya milik suaminya. Memainkan buah dada dan menyedot susu Anisa yang seharusnya milik Windy secara bersamaan. Semuanya mereka lakukan saat Anisa asik berbincang dengan suaminya di telepon.           “Ma, kok suasana ramai amat ya? Lagi dimana kamu?” tanya Panji curiga.     “Lagi nggmhh.. di rumah kok pa, ini Niko ajak teman-temannya main kesini, ramai amat.. aah.. aw.. geli”      “Geli? Kenapa kamu sayang?”          “Eh, gak kok pa.. Windy nih lagi minum susu” jawab Anisa ngeles. Panji sedikit tidak enak juga memikirkan Anisa sedang menyusui Windy di antara teman-teman Niko yang sepertinya sangat ramai itu. Tapi sebenarnya yang terjadi lebih sadis dari yang dipikirkan Panji. Anisa bukan sedang menyusui Windy, tapi sebenarnya sedang menyusui dua orang remaja sekaligus, bahkan kedua orang itu menggigit-gigit dan menarik-narik puting Anisa dengan gigi mereka membuat air susu Anisa muncrat-muncrat. Pria-pria lainnya di sana bahkan tampak lebih tua dari Jaka, ada juga yang tubuhnya begitu kurus yang tampak seperti seorang pecandu. Mereka dengan leluasanya memainkan vagina serta menggelitik dan menjilati bagian-bagian tubuh Anisa yang lain seperti wajah Anisa. Rangsangan yang begitu banyak lah yang sebenarnya membuat Anisa kegelian, bukan karena isapan Windy seperti yang Anisa katakan.          “Terus kamu sendiri udah makan kan ma?” tanya Panji.     “….”     “Ma?? Haloo? Masih disana mah?”     “….. Eh.. iya pah.. masih kok, apa tadi pa?” tanya Anisa lagi.     “Udah makan belum? Ngelamun kamu?”          “Udah kok pa.. gak ngelamun kok, cuma Windynya lagi aktif banget” ngeles Anisa. Bisa-bisanya Anisa berbohong, padahal yang terjadi sebenarnya adalah Anisa sedang menerima ciuman buas dari pria disana. Yang membuat obrolan Anisa harus terhenti dengan suaminya karena ciuman yang tiba-tiba ini.          Suara desahan Anisa juga terdengar semakin sering saja ketika mereka mengobrol. Walau Anisa berusaha menahan dan menutupinya, tapi tidak dapat dielakkan kalau itu memang suara desahan istrinya yang sedang merintih kenikmatan. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Panji. Panji tidak ingin memikirkan hal buruk tentang istrinya. Tidak mungkin Anisa mengkhianatinya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu santun dan sopan terhadap dirinya. Sosok istri yang sempurna bagi dirinya dan anak-anaknya. Mana mungkin.. ya.. mana mungkin, pikir Panji.          “Ma.. udah dulu ya” kata Panji, dia tidak ingin lebih berperasangka buruk pada istrinya itu kalau ini tetap dilanjutkan, lebih baik dia hentikan obrolan yang membuatnya risau ini.     “Kok udahan pa?” tanya Anisa yang sepertinya masih penasaran bagaimana yang akan terjadi selanjutnya. Entah kenapa Anisa jadi ingin memancing rasa penasaran suaminya itu lebih jauh. Dia masih belum puas, dia masih ingin meneruskan ini hingga benar-benar sampai hampir ketahuan. Sungguh gila memang, tapi itulah sensasi yang Anisa ingin raih.          “Papa ada urusan bentar.. udah yah ma.. bye.. muach” kata Panji yang memang ingin menyudahi.     “Ya udah deh pa.. bye.. muach..” saat mengatakan muach itu sebenarnya Anisa malah mencium bibir salah satu pria disana. Sungguh menyakitkan hati bila Panji mengetahui ciuman itu bukan ditujukan padanya.          “Udah ah kalian dari tadi keroyokan mulu.. Kamu juga Jaka, mulut kamu ember banget pake ngajak teman kamu” kata Anisa setelah menutup telpon. Jakanya hanya cengengesan saja.          “Lebih hot tante kalau keroyokan gini.. kapan lagi bisa nge-gangbang istri orang secantik tante.. hehe” kata salah satu dari mereka sambil tetap mengorek-ngorek vaginanya yang namanya bahkan Anisa tidak ingat. Anisa hanya berusaha melawan dengan mengapitkan kakinya sehingga tangan pria itu tampak terjepit di pahanya, tangannya juga memegang tangan pria itu agar tidak lebih liar lagi bergeriliya mengorek liang vaginanya. Tapi hal itu malah menjadi sebuah pemandangan yang terlihat menggairahkan bagi mereka.          “Huh, Dasar kalian calon-calon preman mesum.. ya udah deh.. lakuin sesuka kalian.. hmm.. kalau kalian mau tante juga bakal pinjamin tubuh tante untuk nurutin semua fantasi mesum kalian.. asal gak gila-gila amat.. hihi”           “Wah.. Benar yah tante? Hehe..”     “Iya.. sayaaang..” kata Anisa tersenyum pada mereka. Kemudian dilanjutkan lah kembali acara gangbang liar itu. Mereka dengan seenaknya menyetubuhi bini orang secantik Anisa di rumahnya sendiri. Menguras semua kenikmatan dari seorang ibu di depan anak-anaknya. Melampiaskan fantasi-fantasi erotis mereka yang selama ini hanya ada di dalam benak mesum mereka.           Sedangkan di sana, Panji merenung sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Dia risau apa yang sebenarnya istrinya lakukan di sana. Tidak mungkin istriku membohongiku bukan? Dia tidak pernah berbohong padaku selama yang aku tahu, kata Panji membatin. Iya.. dia istriku yang setia, bodoh, kenapa aku sampai menganggapnya berbohong padaku, mana mungkin dirinya bermain dibelakangku. Terjadi perang batin di hati Panji, di antara harus mempercayai istrinya atau rasa curiga terhadap istrinya.          Tapi dia pikir tidak ada salahnya mencari kebenaran, itu lebih baik dari pada dia terus dihantui rasa curiga dan tidak melakukan apa-apa sama sekali. Dia tidak ingin dibodohi istrinya meskipun dia masih yakin dan percaya istrinya tidak akan mungkin melakukannya. Dia putuskan pulang lebih cepat dari jadwal yang dia katakan sebelumnya pada istrinya. Seharusnya Panji pulang dua hari lagi. Tapi dia putuskan untuk kembali besok. Panji harap semua dugaan buruknya itu salah.          |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||          “Duh.. kalian sampai kapan sih di sini terus? Katanya tadi udahan, Tante mau masak makan malam dulu ini.. udahan yah?” kata Anisa yang masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk.     “Bentar tante, beneran terakhir kok..”           “Ampun deh Tante sama kalian.. ya udah.. dasar buas” kata Anisa sambil melepaskan celana dalamnya lagi, padahal dia baru saja selesai mandi dan baru saja ingin mengenakan pakaiannya. Sontak mereka bersorak kegirangan melihat aksi Anisa yang akhirnya mau membuka celana dalamnya itu.               “Hehe.. gitu dong tante.. duh.. wanginya badan tante, jadi gak tahan nih pengen genjotin, pasti enak.. hehe” kata salah satu mereka sambil menciumi harumnya rambut Anisa yang masih basah dan dengan lancangnya mengocok batang kemaluannya sendiri di depan Anisa, sungguh mesum.          “Emangnya kalian apa yang dari kemarin gak mandi, bau gitu badannya.. tambah dekil aja tuh badan kalian.. hihi”     “Biarin dekil, yang penting kontol kita bisa puas ngaduk-ngaduk memek tante, hehe…”     “Dasar kalian.. hmm.. kalau ntar tante yang mandiin masih mau nolak?” tawar Anisa menggoda dengan senyum manis.          “Wah.. iya deh kalau gitu tante.. hehe”     “Dasar, kalau itu kalian cepat. Tapi kan kalian berlima, ditambah Niko jadi berenam, ntar malah tante yang jadinya dimandiin peju sama kalian, gak jadi deh..” kata Anisa pura-pura membatalkan mencoba memancing reaksi mereka.          “Yaah.. enak aja gak jadi..” Salah satu dari mereka langsung merundukkan badan Anisa dan menyetubuhi vagina Anisa dari belakang.      “Nggmmhh.. kamu ini.. main tusuk.. ajah..” kata Anisa pura-pura kesal ke remaja itu, tapi ia tetap menikmati perlakuannya. Pria itu dengan wajah kenikmatan menggenjot vagina Anisa dari belakang dengan posisi berdiri, tangannya juga bermain di buah dada Anisa meremas-remasnya sesuka hatinya, yang tentu saja membuat air susu Anisa lagi-lagi terbuang percuma.           “Tante.. Windynya kok gak marah ya mamanya kita entotin kasar gini? Hehe..” kata orang yang sedang menggenjot Anisa ini karena menyadari ternyata Windy melihat ke arah mamanya yang sedang disetubuhi itu. Mungkin Windy heran air susu mamanya yang jadi makanannya selama ini malah dibuang-buang gitu. Tapi Anisa malah tertawa karenanya dan tetap membiarkan tangan liar remaja tersebut tetap di dadanya.          “Huu.. tau dari mana kalian, Windynya marah tuh.. iya kan cayang? Masa mama.. kamu dientotin gini? Ayo Windy marahin mereka.. ayo.. kalau perlu aduin mereka ke Papa.. hihi” lagi-lagi Windy yang tidak mengerti apa yang dikatakan mamanya itu hanya bisa tertawa karena menganggap mamanya sedang bercanda padanya.          “Ihh.. Windy, kamu kok malah ketawa sih..” kata Anisa pura-pura sebal, para remaja di sana malah ikut tertawa karenanya. Pria ini melanjutkan lagi menyetubuhi istri orang itu dengan buasnya di depan anak-anaknya itu, sedangkan yang lain setia antri menunggu sambil menggerepe-gerepe badan Anisa.          “Cepetan lo kampret, gue udah gak sabar nih ngentotin ni cewek” kata pria disana kasar yang sepertinya sudah tidak sabaran mengantri.     “Berisik lo njing.. gue belum selesai nih pejuin ni memek, pengen gue bikin hamil nih istri orang.. huahaha” balas orang yang menyetubuhi Anisa tidak kalah kasarnya. Memang pergaulan teman-teman Jaka ini sungguh kacau sekali, mereka memang sudah terbiasa berkata kasar begitu dalam kesehariannya. Mereka lebih mirip preman dan berandalan meski status mereka masih pelajar SMA, itu memang karena kebiasaan mereka yang doyan malakin orang, cabut dan tawuran, ditunjang dengan wajah mereka yang sudah ancurnya dari sana.           “Hush.. kalian ini.. nggh.. omongannya kasar dan jorok amat, ntar anak-anak tante terpengaruh.. Niko kamu jangan tiru mereka ya sayang?” kata Anisa tersenyum ke Niko yang dari tadi hanya kebagian melihat saja.           “Huahaha.. baru sadar gue ada dia di sini. Niko, makasih yah nyokap lo.. gue hamilin boleh yah?” boleh dong.. huahaha” Niko hanya diam dengan sedikit nyengir mendengar omongan pria itu.     “Jangan diam aja lo njing!! Jawab!! gue hamilin yah mama lo ini?” tanyanya lagi membentak hingga membuat Niko tersentak kaget.     “Hush.. Jangan kasar gitu ah kamu ke anak tante, tante gak suka.. Niko, ditanyain tuh.. jawab dong sayang..”          “Ngg… b..boleh” jawab Niko yang sebenarnya membolehkan hanya karena ketakutan, Anisa hanya tersenyum kecil mendengar jawaban anaknya.      “Hehe.. gitu dong.. gue bakal bikin mama lo hamil huahaha”     “Enak aja lo yang hamilin, gue mestinya.. udah untung gue ajak lo semua kemari, kalau gak lo pada cuma bisa ngentotin perek murahan” kata Jaka yang tidak mau kalah.          “Hihi.. apa-apan sih kalian, berebutan gitu pengen hamilin tante.. gak pengen sia-siain kesempatan yah kalian? Huuu… berhadapan dulu ya sama Om.. hihi” tentu saja mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, kapan lagi bisa menyetubuhi istri orang secantik Anisa, apalagi sampai memiliki anak dari Anisa.     “Ayok.. mana sini suami tante kita hajar rame-rame.. huahaha” kata mereka yang terdengar sangat menghina.     “Ckckck.. beraninya keroyokan, emang dasar preman kampung kalian.. Udah ah.. lepasin dulu, katanya mau mandi kan?”          “Ntar aja deh tante.. bisa diatur itu.. tapi ntar saya pejuin lagi yah memek tante? Boleh kan Anisa sayang? Hehe..” katanya kurang hajar hanya memanggil nama.     “Tuh kan.. kalian ini memang.. iya-iya, pejuin deh rahim Anisa ini sesuka hati kalian, puas? Dasar.. Kalau Tante beneran hamil dari kalian bisa repot ini, soalnya suami tante gak tahu mesti menghajar siapa di antara kalian? Hihihi..” kata Anisa yang masih saja bercanda tapi tetap nafsuin, membuat remaja yang sedang menggenjot Anisa makin nafsu dan mempercepat adukan penisnya sehingga membuat Anisa merintih-rintih karenanya.           “Ngmmhh.. awhh.. sakit.. duh.. pelan-pelan dong sayang..”     “Oughh.. ahh.. gila, sedap bener nih memek..” racau pria itu. Mereka terus bersenggama dengan hebatnya. Anisa sendiri malah masih tetap berusaha sesekali tersenyum ke bayinya Windy yang masih saja asik memperhatikan dirinya itu, seakan memperlihatkan mamanya yang sedang berselingkuh dan disetubuhi orang dengan kasar ini adalah hal yang biasa.          Dengan masih disetubuhi dari belakang, Anisa lalu bertopang dengan kedua tangannya pada tempat tidur di dekat Windy terlentang, sehingga kini Windy berada persis disebelah mamanya yang sedang disetubuhi dengan kasarnya ini.     “Kamu.. ngghh.. udah pintar ya cayang ngghh.. gak ngangguin mama ngentot lagi.. Udah biasa ya kamu liatin mama ginian? Ngghh.. Sayang banget kamu masih kecil, kalau gak kan bisa ikutan ngewe bareng mereka.. hihi” kata Anisa sambil menggelitik-gelitik badan Windy. Sungguh gila omongan Anisa bicara seperti itu ke anaknya ini.          “Haha.. iya tuh, ntar kamu bisa ngerasain ‘susu kental’ kita kaya mama kamu ini.. cepat gede makanya..” potong pria disana ikut-ikutan.     “Huu.. maunya kalian, mereka nakal yah cayang? Masa udah ngentotin mamanya, kamunya nanti juga mau dientotin.. padahal kan masih belasan tahun lagi.. hihi”     “Gak apa tante.. bakal kita tungguin kok… mamanya aja cantik gini, pasti anaknya juga..”     “Gombal kalian, gak janji ya.. haha”      Pria yang tidak sabar kini ikutan naik ke atas ranjang dan memposisikan penisnya dii depan mulut Anisa, lalu dengan seenaknya memaju mundurkan penisnya ke mulut wanita cantik ini, sehingga Windy kini melihat mamanya disetubuhi depan belakang dari jarak sedekat ini.          “Plop” bunyi mulut Anisa yang melepaskan penis itu.      “Ntar kalau kamu mau semprot di mulut tante bilang-bilang ya.. ntar peju kamu kena Windy, bisa bau peju dia nanti.. hihi” Pria itu hanya tersenyum dan kembali membenamkan penisnya lagi ke mulut Anisa. Anisa kembali disetubuhi depan belakang dengan kasarnya di depan anaknya ini, bahkan saat mulutnya tersumpal penis pun dia juga sering tersenyum melirik ke Windy dan menggelitik-gelitik anaknya itu.          “Tante.. mau keluar.. arrggghh… Terima peju saya tante.. moga hamiil” racaunya.     “Saya juga tante..” kata pria yang menggenjot mulut Anisa. Anisa berusaha agar tetap menahan penis itu di dalam mulutnya sambil melirik tersenyum pada pria di depannya ini.     “Croot.. croott” Sperma pria itu pun keluar dengan banyaknya di dalam mulut Anisa berbarengan dengan yang tumpah di vaginanya. Akhirnya mereka melepaskan penis mereka dari sarang-sarangnya.     “Anyir banget peju kamu, agak kuning lagi.. makan apa sih kamu? ueekk.. mau lihat tante telan juga nih?” kata Anisa setelah menumpahkan sperma itu ke tangannya.     “Iya dong tante, sayang kalo buang-buang”     “Dasar kamu.. nih liat deh” Anisapun memasukkan lagi sperma itu ke mulutnya, memperlihatkan sperma di mulutnya itu dan akhirnya menelannya.     “Ehem.. duh.. Eneg tante nelannya, peju kamu yang paling anyir yang pernah tante telen.. jadi bau gini seruangan, iya kan Windy? Kamu juga kebau kan cayang?”          “Udah? Puas kan kalian?” kata Anisa sambil membersihkan sisa-sisa sperma disela bibirnya.     “Kita belum tante.. “ kata pria lain yang belum dapat bagian.          “Huh.. gak ada habisnya kaliannya.. hihi.. ya udah sini.. langsung sekali tiga aja” tantang Anisa dengan telunjuknya. Merekapun langsung menyerbu Anisa, batang-batang penis mereka yang sudah tegang dari tadi berusaha untuk masuk ke masing-masing lubang Anisa, ketiga lubang Anisa kini kembali dipenuhi penis, dan tetap mereka lakukan di samping Windy!! Suara desahan dan racauan vulgar merekapun terdengar bersahutan. Ya.. Windy masih saja diperdengarkan kata-kata vulgar, diperlihatkan adegan mesum mamanya, bahkan sampai diakrabkan dengan bau peju. Entah apa yang terjadi pada anaknya ini besok.          “Klentanggg!! Klentenggg!!” tiba-tiba suara gaduh dari bawah mengagetkan dan menghentikan aktifitas mesum ria mereka yang sedang asik-asiknya.          ….     ….          Sore hari itu, suaminya telah berada di depan rumahnya, ia memarkir mobilnya cukup jauh dari rumahnya. Tentu saja istrinya tidak tahu kalau dia sudah pulang sekarang. Dia ingin mengecek keadaan istrinya diam-diam. Dia ingin menjawab keraguan di hatinya saat ini. Dengan perlahan seperti maling dia masuki pekarangan rumahnya sendiri. Dia putuskan untuk mengecek isi rumah dari jendela samping. Tidak ada yang aneh dilihatnya, keadaan di dalam malah tampak begitu sepi seperti tidak ada orang. Apa mereka tidak ada di rumah? Pikirnya.          Namun rupanya terdengar samar-samar suara istrinya dari dalam, ternyata mereka ada di rumah, tapi apa yang sedang dilakukan istriku? Batin Panji karena heran mendengar suara-suara rintihan istrinya tersebut. Tapi untung saja Panji belum berpikir kalau itu adalah suara rintihan istrinya yang sedang kenikmatan disetubuhi.          “Klentangggg!! Klentenggg!!” tanpa sengaja dia menendang tumpukan kaleng bekas minuman soda yang ada disana.     “Sial, bikin kaget” batin Panji.           Dia lalu memutuskan untuk memasuki rumah melalui pintu depan dengan kunci duplikat yang dia miliki. Dia masih melakukannya perlahan. Tetapi di dalam sini memang begitu sepi, apa mereka sedang di kamar? Pikirnya lalu mulai menuju kamarnya di lantai atas.          “Duaaagggh” tiba-tiba sebuah benda tumpul menghantam kepalanya dengan keras dari belakang. Telinganya berdenging. Perlahan Panji merasa semuanya menjadi gelap, seketika dia jatuh dalam pingsannya.           ….     ….          Panji akhirnya tersadar beberapa jam kemudian. Sosok istrinya lah yang pertama dia lihat.     “Sayang.. udah bangun?” terdengar suara istrinya. Saat dia mencoba bangkit kepalanya masih terasa begitu sakit hingga dia mengurungkan niatnya untuk bangkit.          “Awwhh..”     “Masih sakit yah Pa? itu tadi teman Niko yang pukul.. dia kira Papa maling. Papa sih masuk rumah kaya gitu..”          “Kenapa sih Pa masuk diam-diam gitu? Papa curiga ya mama macam-macam di belakang Papa?” Panji merasa malu sekaligus merasa bersalah mendengar perkataan istrinya itu. Kenapa dia melakukan sampai sejauh ini, tidak mungkin istrinya berselingkuh di belakangnya bukan? Kata hati Panji.          “Papa tidur aja dulu.. masih sakit kan?” tawar Anisa. Panji senang istrinya begitu perhatian pada dirinya. Istrinya tidak tampak seperti mengkhianati dirnya. Maafkan Papa ma, berperasangka buruk padamu, batin Panji dalam hati. Panjipun melanjutkan istirahatnya dengan perasaan lega dan yakin kalau istrinya memang benar-benar setia padanya.          “Ma.. maaf yah..” kata Panji pelan sebelum memejamkan matanya. Istrinya hanya tersenyum manis mendengar perkataan maaf suaminya. Ya.. hanya tersenyum manis. Suaminya masih belum mengetahuinya, dan tadi itu benar-benar hampir ketahuan. Bahkan gilanya saat Panji pingsan tadi para remaja tersebut masih sempat-sempatnya menyetubuhi Anisa, tentu saja karena mereka merasa tanggung. Terpaksa Anisa layani mereka dulu diam-diam sampai mereka akhirnya mau juga pulang.          ……     …...          Tapi malam itu Panji terbangun dari tidurnya, ia tidak menemukan istrinya disebelahnya. Dia lihat jam telah menunjukkan pukul satu malam. Dia memutuskan untuk mengecek keberadaan istrinya walau kepalanya masih terasa sedikit sakit, dia tidak menemukan Anisa di kamar mandi dalam kamarnya. Dia lalu melanjutkan memeriksa keluar kamar. Rasa curiga yang sempat hilang kini datang kembali. Tapi dia berharap dia salah lagi kali ini. Dia lihat lampu kamar Niko masih menyala jam segini, apa istrinya ada di sana? pikirnya. Dia putuskan menuju kamar anaknya tersebut. Pintu kamar Niko tampak tidak tertutup sempurna, memberinya cukup ruang untuk dapat mengintip ke dalam.          Deggh!!!     Apa yang dilihat oleh Panji betul-betul tidak dapat dia percayai. Istrinya hanya mengenakan celana dalam bersimpuh di depan anaknya. Tubuh putih indahnya hampir terpampang seluruhnya di depan anaknya. Tampak Anisa sedang menggenggam penis anaknya itu, mengocoknya perlahan dengan lembut sambil tersenyum ke arah Niko. Darah Panji berdesir melihat Anisa melakukan hal tersebut ke anaknya.          Anisa lalu menjepitkan penis Niko di belahan payudara montoknya, membiarkan anaknya menggoyangkan pinggulnya di sana. Tampak penis Niko gergesekan dengan nikmatnya hilang timbul di antara jepitan buah dada Anisa.           “Enak sayang?” kata Anisa dengan mengerlingkan matanya ke Niko.     “Enak mah.. oughh”      “Hihi.. nih mama tambahin” Anisa kemudian meremas buah dadanya sendiri, sehingga tampak cairan susunya merembes membasahi penis anaknya dan dadanya sendiri. Memberikan mata anaknya sebuah pemandangan yang begitu luar biasa.          Apa-apaan ini? Panji yang melihat hal tersebut betul-betul tidak percaya. Itukah yang dilakukan istriku saat aku tidak di rumah? Geramnya. Ingin sekali dia melabrak mereka, tapi tunggu, tidak hanya Niko seorang di sana, ternyata ada satu orang lagi. Ya.. Jaka, teman anaknya itu juga berada di sana. Kini giliran Jaka yang mendapatkan kenikmatan di-titjob oleh Anisa. Memberikan Jaka kenikmatan seperti yang didapatkan Niko tadi.           “Buruan tante.. udah gak tahan..” pinta Jaka tidak sabaran.     “Hihi.. gak sabar yah kamunya? bentar, masih belum.. sini masukin penis kamu ke mulut tante” tanpa menunggu disuruh dua kali Jaka segera membenamkan penisnya ke dalam mulut Anisa. Hati Panji begitu sakit menyaksikan ini, melihat bocah itu dengan seenaknya menggenjot mulut istrinya. Tampak bibir tipis istrinya mengapit batang hitam Jaka dengan rapatnya. Goyangan pinggul Jaka semakin kencang memompa mulut Anisa, lalu dengan menahan kepala Anisa dengan tangannya Jaka coba memasukkan seluruh batangnya sampai mentok ke kerongkongan Anisa. Panji pikir istrinya bakal kewalahan menerima batang penis itu, tapi dengan mulut penuh penis Anisa malah tampak berusaha tersenyum melirik ke Jaka, lalu…….                         ….melirik ke arah tempat Panji berdiri.          Panji terkejut bukan main, jantungnya berdegub kencang, darahnya berdesir. Istrinya melihat ke arahnya. Apa Anisa tahu kalau sedang diintip olehku dari tadi? Atau.. dia memang sengaja memperlihatkan ini padaku? Pikir Panji. Tubuh Panji jadi panas dingin dan lemas karenanya. Pandangan Anisa kini kembali menuju ke Jaka dan tersenyum pada remaja tersebut. Tapi sekali lagi, mata Anisa melihat ke arah tempat Panji berdiri. Panji menjadi benar-benar yakin kalau istrinya memang sengaja memperlihatkan ini padanya.           “Enak sayang?”     “Enak tante..”     “Niko, kamu mau juga? Sini..” tawar Anisa ke Niko. Kini mulut Anisa dijejali penis anaknya sendiri. Lagi, mata Anisa melirik ke tempat Panji berdiri. Apa ini? apa yang sebenarnya terjadi disini? Batin Panji tak mengerti. Kenapa Anisa sengaja menunjukkan ini padaku? Apa dia sengaja membuatku cemburu dan marah? Tapi kenapa? Panji tidak tahu apa yang ada di pikiran Anisa. Dia merasa seperti orang bodoh, ternyata prasangkanya selama ini tidaklah salah. Padahal dia baru saja ingin melabrak mereka. Tapi kenapa? Kenapa aku hanya diam saja sekarang menyaksikan semua ini?          “Ma.. enak.. mau keluar..” erang Niko.     “Keluarin sayang.. tumpahin semuanya ke mulut mama kamu ini..”      “Maa.. Niko.. keluaaaar… argghh.. arghh..”     “Croot… crooot” Penis Niko menumpahkan sperma dengan banyaknya ke mulut ibu kandungnya itu. Semua itu terlihat jelas oleh Panji di luar sini, bagaimana mulut istrinya ditembaki sperma anak kandungnya itu dengan telak. Dan lagi, mata Anisa melirik ke arah Panji berdiri dengan mulut masih berlumuran sperma Niko.          “Lihat nih sayang.. mama telan peju kamu.. Papa kamu gak pernah lo mama telan pejunya.. hihi” kata Anisa sambil tersenyum ke Niko.           Hati Panji semakin sakit, kepalanya sekarang juga kembali terasa sakit, dia bangkit beranjak dari sana karena tidak ingin melihat ini lebih jauh. Dia tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu saleh dan santun melakukan perbuatan hina tersebut. Terlebih istrinya melakukan itu dengan anaknya sendiri. Dia kembali ke kamarnya, ingin mencoba tidak mempercayai apa yang dia lihat barusan, diapun tertidur tidak lama kemudian berharap ini semua hanya mimpi.           Esoknya, tampak istrinya berperilaku biasa saja seperti tidak terjadi sesuatu tadi malam. Apa itu benar cuma hanya mimpi? Tapi itu terlalu nyata, dan aku yakin itu bukan mimpi, pikirnya. Istrinya mengobrol dan bercanda seperti biasa saat mereka sarapan, tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Kenapa? Apa maksudnya semua ini? Apa aku punya salah padanya? Apa nafkah batinku tidak cukup? Rasanya tidak demikian, dirinya sungguh tak mengerti.          “Suka Pa?” tanya Anisa pada Panji.     “Ha?” Panji bingung dengan maksud pertanyaan istrinya itu. Tapi Anisa hanya tersenyum sambil beranjak menuju dapur meninggalkan suaminya dengan pertanyaan di benaknya. Panji sebenarnya bisa saja bertanya apa yang sebenarnya dia lihat tadi malam pada istrinya itu, tapi dia tidak ingin mengungkitnya. Atau aku memang suka melihat istriku seperti itu? Pikirnya. Sisa hari itupun berlalu seperti biasa.           Malam berikutnya Panji sengaja bangun pada jam yang sama dengan malam sebelumnya untuk memastikan kalau yang dilihatnya tadi malam itu memang bukan hanya mimpi. Tampak pintu kamar Niko juga tidak tertutup rapat kali ini. Dan benar saja, dia melihat istrinya bersama mereka, bahkan kali ini sedang disetubuhi oleh anaknya Niko, sedangkan Jaka berada di sebelahnya sedang dihisap penisnya. Pemandangan yang membuat Panji tertegun dan tidak sanggup berkata-kata. Kakinya gemetar. Dia yakin kalau ini memang bukan mimpi. Panji begitu geram, bagaimana mungkin istrinya melakukan hal itu, bahkan dengan anak kandungnya sendiri. Tapi ternyata dirinya terbawa nafsu melihat adegan tersebut, adegan panas persetubuhan istrinya dengan kedua remaja itu, yang menikmati tubuh istrinya di depan matanya sendiri. Tanpa sadar penisnya ereksi melihat adegan itu. Tidak.. ini tidak benar.. kenapa aku jadi begini meliihat mereka? batin Panji.          “Terus sayang, entotin ibu kandung kamu ini.. ayo kasih pemandangan yang bagus..” kata Anisa yang sepertinya tahu kalau suaminya sudah berada di depan pintu.      “Kamu juga Jaka sayang.. jejalin aja penis kamu sesukamu ke mulut tante.. puas-puasin” sambungnya.           Sambil masih disetubuhi mereka, Anisa sesekali masih melirik ke tempat Panji berdiri. Panji yang melihat itu semua betul-betul tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini, dia begitu geram melihat kelakuan istrinya tapi dia juga terangsang karenanya. Ya.. ini sama dengan kejadian dengan Niko dulu. Ketika Anisa menggoda Niko sedemikian rupa yang membuat Niko marah dan kesal. Tapi kini Niko yang membantu mamanya membuat perasaan Papanya campur aduk seperti itu. Sungguh takdir yang kejam bagi keluarga mereka.           “Hentikan..” kata Panji pada mereka yang akhirnya tiba-tiba masuk. Akhirnya dia putuskan untuk menghentikan kegilaan ini. Kehadiran Panji membuat mereka menghentikan aktifitas mereka. Tapi sepertinya mereka tidak menunjukkan ekspresi keterkejutan sama sekali.          “Ma? Kamu apa-apaan hah?” tanya Panji merasa sangat kecewa dan marah pada Anisa. Mencoba mengetahui alasan istrinya melakukan ini semua.     “Papa marah? Papa gak suka ya?” kata Anisa balik tanya. Sebuah pertanyaan yang tidak sepantasnya dia tanyakan pada suaminya saat ini. Anisa kemudian tersenyum lalu melanjutkan bicaranya lagi.          “Mama cuma kasih mereka pelajaran tentang seks aja kok pa.. dari pada nanti mereka gak tahu harus ngapain saat berhubungan, iya kan pa?” sebuah pernyataan yang terkesan dibuat-buat oleh Anisa.     “Mama juga bantu mereka biar lebih tahan lama.. itu aja kok Pa..” jawab Anisa enteng.     “Tapi apa harus sampai sejauh itu ma?”          “Gak apa kan pa? mama juga gak keberatan kok.. Papa keberatan?” Panji sangat geram dengan perkataan istrinya. Dengan santainya istrinya mengatakan kalau itu hanya sebuah pelajaran. Tapi Panji tidak tahu kenapa dia seperti terbius melihat ini semua. Kenapa pemandangan tadi membangkitkan birahinya. Melihat istrinya sendiri bersetubuh dengan putra dan teman anaknya itu. Anisa melirik ke suaminya lalu tersenyum.          “Papa mau lanjut melihat?”     “Tidak!! Hentikan ini semua.. kalian gila” teriak Panji. Anisa hanya tersenyum lalu bangkit dari ranjang dan berdiri menuju lemari pakaian. Dia pilih salah satu baju tidurnya untuk dia kenakan.          “Ya sudah kalau Papa gak suka, mama pakai lagi baju mama” kata Anisa mulai mengenakan pakaiannya menuruti perkataan suaminya. Sekali lagi, entah apa yang membuat Panji jadi berubah pikiran. Dia begitu sakit hatinya, tapi ia tidak memungkiri adanya sebuah perasaan aneh dan bergejolak melihat istrinya disetubuhi orang lain. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu sopan, santun dan setia padanya, tapi kini.. inikah sisi lain istriku? Dan kenapa.. aku ingin masih terus melihatnya.          “T..tunggu ma” kata Panji, Anisa melirik ke suaminya tersebut.     “Ya Pa?”     “B..boleh”     “hmm?? Boleh apa Pa?”          “B..boleh lanjutkan kalau mama mau lanjut” kata Panji. Dia tidak tahu apa yang membuatnya berkata demikian. Memperbolehkan istrinya melanjutkan hal itu? Dia pikir dirinya sudah gila.     “Papa yakin?” tanya Anisa memastikan, Panji hanya mengangguk. Lagi, Anisa tersenyum ke Panji. Sebuah senyuman yang tidak dapat dipahami artinya oleh dirinya.     “Makasih ya pa.. kalau Papa mau lihat dari dekat boleh kok.. Papa pasti suka kan?” kata Anisa manja pada suaminya.          “Hehe.. iya, om bakal suka kok” kata Jaka ikut-ikutan. Panji memandang sinis pada bocah itu. Bocah sialan, ini pasti gara-gara kamu, geram Panji. Jaka yang mengerti apa yang dipikirkan Panji malah tersenyum licik dan tertawa cengengesan, membuat Panji ingin sekali menghantam wajah buruknya itu. Panji juga mengalihkan pandangannya ke arah Niko, dia lihat Niko hanya diam dan merunduk, sepertinya dia ada perasaan bersalah pada Papanya. Panji merasa seperti orang bodoh sekarang, dia merasa bagaikan badut yang jadi bahan tertawaan orang. Merasa diri sangat terhina karena perlakuan ini. Sifat plin-plan hati Panji lah yang membuat hal ini terjadi. Sepertinya sifat itulah yang diturunkan pada Niko.          “Sini pa.. liat yang dekat.. biar lebih asik..” kata Anisa menyadarkan Panji dari lamunannya. Sebenarnya Panji ragu mampukah dia melihat ini semua. Nuraninya tentu saja menolak itu semua, tapi birahinya berkata lain.          “Hmm.. Bentar deh pa.. sepertinya mama punya ide deh..” kata Anisa meninggalkan kamar itu. Tidak lama kemudian Anisa kembali dengan menenteng handycam di tangannya.     “Nih pa.. Papa cuma mau lihat aja kan? lebih baik kalau Papa sekalian bantuin ngerekam” kata Anisa. Darah Panji berdesir mendengar permintaan istrinya itu. Anisa minta perbuatannya itu direkam oleh suaminya!! Bahkan bibirnya tersenyum saat meminta hal itu!! Panji tidak tahu apa yang dipikirkan istrinya, ini terlalu dalam mengaduk-aduk emosinya.          “Kok ngelamun sih pa? bingung? Hihihi.. gini loh pa.. Mama pikir ntar hasil rekaman ini bisa jadi bahan ajaran untuk Niko dan teman-temannya tentang seks, boleh kan pa? kalau gak mau dikasih gratis ntar kita jual aja ke mereka pah..” gila apa omongan Anisa, menawarkan dirinya menjadi model video porno untuk disebar ke teman-teman Niko dengan dalih sebuah pelajaran. Panji sendiri tidak tahu apakah omongan istrinya ini serius atau tidak.          Seperti terhipnotis, Panji malah menerima handycam itu. Entah kenapa dia menyetujui permintaan gila istrinya itu. Merekam orang terkasihnya disetubuhi oleh orang lain dan anaknya sendiri.     “Yuk mulai tante.. udah gak tahan nih..” suruh Jaka tidak sabaran.     “Iya..iya.. tuh, akhirnya kamu bisa nunjukin ke om gimana kamu ngentotin tante, udah puas kan kamu? Dasar..” kata Anisa mencubit pipi Jaka.          “Pa, mulai yah..” kata Anisa melirik ke Panji lalu tersenyum padanya. Jaka yang memang belum dapat bagian dari tadi langsung mencumbu Anisa. Menyeret Anisa ke atas ranjang dengan kasarnya. Panji yang melihat itu tercengang melihatnya. Sungguh kurang ajar sekali bocah itu memperlakukan istrinya, tapi dia tidak menyangka kalau istrinya malah tertawa cekikikan kegelian karena ulah Jaka ini, yang menyeretnya kasar dan langsung menindih tubuh istrinya. Dan Panji juga tidak menyangka kalau dia konak melihat itu.           “Duh.. Jaka.. awh.. gak sabaran amat main himpit aja.. kasar yah Pa Jakanya?” kata anisa melirik ke suaminya.     Sambil bergumul dengan Jaka, mata Anisa selalu berusaha memandang ke suaminya yang sedang merekam perbuatan mereka. Anisa seperti ingin mengatakan ke suaminya bahwa inilah yang selama ini istri cantiknya lakukan saat suaminya tidak ada di rumah ataupun saat suaminya lengah. Mereka saling berpelukan di atas ranjang, saling berciuman dan mencumbu satu sama lain. Jaka sangat asik memainkan lidahnya di dalam mulut Anisa, begitu juga Anisa yang memasukkan lidahnya ke mulut Jaka.          “Enak bibir tante, manis.. hehe” kata Jaka.     “Manis? Tapi jangan ditelan yah bibir tante, cukup susu tante aja yang ditelan.. hihi” balas Anisa.          Mereka terus bergumul di atas ranjang dengan panasnya. Tubuh merekapun terlihat sudah mengkilap karena berkeringat. Gilanya, Anisa kini bahkan menjilati secara perlahan keringat yang mengalir di dagu Jaka, tentunya melakukan itu dengan melirik ke kamera, ke arah suaminya yang sedang merekam aksi tersebut, sungguh erotis dan liar sekali. Tampak tetesan keringat jaka berpindah ke lidah Anisa yang terjulur menjilati wajah Jaka. Sebuah scene yang betul-betul panas terekam oleh lensa handycam itu.          Jaka juga mengulum dan menjilati seluruh permukaan buah dada Anisa, membuat air susu Anisa mengalir ke mulut Jaka dengan nikmatnya, bahkan tampak air susu tersebut berleleran di sekitar dada Anisa yang juga dijilati oleh Jaka. Jaka yang mulutnya penuh air susu bahkan kini menyuapi Anisa dari mulut ke mulut, membuat beberapa tetes malah tumpah berleleran di dagu Anisa, tapi Anisa malah tertawa cekikikan lalu melirik ke kamera. Mereka kemudian saling membelit lidah dan berciuman sehingga lagi-lagi mereka saling bertukar air liur. Air liur yang bukan milik suaminya masuk ke mulut Anisa bahkan ditelan olehnya. Semua itu direkam oleh Panji dengan jelas. Panji sendiri hanya berdiri dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya karena menyaksikan itu semua. Kebimbangan hatinya antara marah dan nafsu mengacaukan perasaannya. Dia malah merekam semua ini. Sial.. kenapa aku melakukan ini, batin Panji.          “Masukin yah tante..?” pinta Jaka.     “Kamu mau masukin?” sambil berkata demikian mata Anisa melirik ke arah Panji yang memegang kamera seolah meminta persetujuan suaminya.           Boleh kan pa bocah ini menyetubuhi istrimu? Menikmati lubang yang seharusnya hanya milik kamu seorang ini? boleh kan pa..? kata Anisa dalam hati. Melihat suaminya hanya diam, Anisa menganggap itu sebagai sebuah persetujuan.          “Masukin sayang.. entotin aja sepuasnya, tapi.. senyum dulu dong ke kamera” kata Anisa. Jaka menurutinya dan langsung tersenyum dengan jeleknya ke kamera, ke arah Panji. Sebuah senyuman yang seakan menghina suami dari istri yang sedang dia setubuhi ini. Panji yang menyaksikan ini sungguh geram hatinya.           “Jleeb” penis Jaka tampak menyeruak masuk ke dalam vagina Anisa, kemudian menggenjot vagina istrinya dalam posisi istrinya ditindih tubuh Jaka. Panji terpana melihat istrinya disetubuhi remaja ini dari jarak sedekat ini.           “Oughh.. terus Jaka.. lebih kencang.. aaaahhh… iya.. terus… nggmmhh..” erang Anisa tanpa rasa malu melenguh kenikmatan di depan suaminya.     “Arghh.. Anisa..”     “Ih.. kamu, gak sopan.. nghh.. sebut nama aja ke tante.. ntar Om.. marah lho..” kata Anisa sambil melirik ke suaminya.          Hawa dalam kamar itu sudah semakin panas, badan Anisa dan Jaka kini betul-betul sudah bermandikan keringat. Kulit putih mulus Anisa dan kulit hitam dekil Jaka itu tampak saling menempel akibat keringat mereka yang bercampur itu. Mereka bersenggama sambil berguling-guling di ranjang dengan terus berciuman, tapi Anisa tetap berusaha sesekali melirik dengan senyum manisnya ke arah kamera disela-sela itu semua. Setelah sekian lama menyetubuhi Anisa dalam posisi itu, kini Jaka memutar tubuh Anisa sehingga kini Jaka yang berada dibawah.          “Sayang.. sini, masukin juga kontol kamu ke pantat mama.. entotin pantat mama kamu ini” suruh Anisa ke Niko yang hanya melihat dari tadi. Panji terkejut, apakah istrinya akan dimasuki dua penis sekaligus. Dirinya bahkan juga tidak pernah melakukan anal seks terhadap istrinya, tapi malah anaknya sendiri yang melakukan itu kepada mamanya.          “Ayo sayang.. tunjukin dong ke Papa gimana kalian biasanya ngentotin mama.. jejalin aja sekeras yang kalian mau seperti biasa, jangan ditahan-tahan tenaga kalian.. biar Papa bisa liat, iya kan pa?” tapi Panji tidak menjawab.          Mereka mulai menggenjot tubuh Anisa secara bersamaan, kedua lubang bawah Anisa dijejali penis-penis mereka. Dan apa yang dilakukan Panji? Dia hanya bisa melihat sambil terus merekam itu semua. Panji merasakan perasaan itu lagi, dia begitu terangsangnya melihat pemandangan ini, sensasi melihat istrinya disetubuhi orang lain di depan matanya. Penisnya menegang merespon pemandangan di depan matanya.      Cukup lama mereka menyetubuhi Anisa di depan suaminya, hingga akhirnya mereka tak kuasa menahan laju sperma mereka.          “Ma.. mau keluar..” erang Niko.     “Jaka juga tante..”     “Cabut sayang.. keluarin di mulut mama aja..” suruh Anisa.          Mereka kemudian mencabut penis mereka terburu-buru dan mengarahkan penis mereka ke mulut Anisa yang bersimpuh di atas ranjang. Anisa mengocok penis mereka bersamaan hingga akhirnya sperma mereka tumpah dengan banyaknya.          “Aghhh.. maaaaa”     “Tanteee..”     “Croot.. crrott” Sperma mereka muntah hampir bersamaan ke dalam mulut Anisa, beberapa mengenai bagian wajahnya yang lain. Semuanya terekam dengan indahnya di depan lensa kamera bagaimana sperma-sperma mereka masuk ke mulut istrinya tersebut. Sambil menerima semprotan sperma yang bertubi-tubi itu mata Anisa melirik ke kamera, ke arah suaminya. Kini Anisa bahkan menunjukkan mulutnya yang menampung lelehan sperma itu ke kamera. Ekspresi Anisa terlihat sangat datar ketika melakukan itu, seperti tidak ada perasaan bersalah dan malu sama sekali melakukan itu di depan suaminya. Anisa lalu memainkan genangan sperma itu di dalam mulutnya, berkumur-kumur dengan sperma itu. Memuntahkannya ke tangannya lalu dia masukkan kembali ke mulutnya, hingga akhirnya ia telan seluruhnya lalu tersenyum dengan manisnya ke arah kamera, betul-betul sebuah senyuman manis seperti wanita tak berdosa, bisa-bisanya ia tersenyum manis begitu ke kamera yang dipegang suaminya setelah menelan sperma yang bukan milik suaminya.          “Enak yah tante? Kayanya tante keenakan nih nelan peju di depan Om.. hehe” ejek Jaka.     “Huh.. dasar kamu.. peju kamu tuh anyir tau, beruntung banget tuh kamu pejunya tante telen, Om aja gak pernah.. iya kan Pa?” kata Anisa sambil mengelap lelehan peju yang juga berceceran di wajahnya. Sebuah ucapan yang tidak sepantasnya dimintai tanggapan pada suaminya.          Aktifitas gila itu akhirnya selesai juga. Panji tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Kini ia letakkan handycam itu di atas meja lalu berjalan keluar dari kamar anaknya.                     “Pa.. maaf yah..” kata Anisa lirih pada suaminya. Panji hanya diam dan menoleh sebentar lalu meneruskan langkahnya. Istrinya hanya melihat saja suaminya keluar dari kamar. Hati Panji hancur, sakit, dan kecewa. Tapi dia lebih kecewa lagi pada dirinya sendiri yang tidak berbuat apa-apa yang malah ikut hanyut terbawa birahi menyaksikan itu semua. Panji memutuskan untuk kembali ke kamarnya sekarang. Dia tidak peduli apa yang akan mereka lakukan selanjutnya di sana. Dia begitu letih dibuatnya, bukan fisiknya, tapi hati dan pikirannya. Dia tidak menyangka hal ini bisa terjadi pada istrinya, pada keluarganya. Pikiran kacaunya mengantarnya tertidur malam itu. Saat berusaha memejamkan mata, butiran air bening mengalir dari matanya.          |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||          Esoknya lagi-lagi Anisa bersikap normal seperti tidak terjadi apa-apa tadi malam. Anisa mengajak Panji mengobrol seperti biasa, Panji berusaha menanggapi obrolan Anisa sebisanya walau sebenarnya hatinya gundah.           Hari-hari selanjutnya juga demikian, istrinya bersikap seperti biasanya. Anisa memang tidak pernah memperlihatkan perbuatan bejatnya itu padanya secara langsung saat siang hari, tapi ia yakin kalau istrinya memang melakukan hal bejat di belakangny     a. Semua itu dilakukan sembunyi-sembunyi, tapi terkesan terang-terangan. Panji tidak ingin lagi terbangun malam hari untuk menyaksikan perbuatan istrinya. Dia juga tidak peduli apakah saat dirinya berkerja atau tidur mereka melakukan perbuatan bejat itu lagi. Dia tidak ingin menganggap kejadian itu benar adanya, dia tidak ingin menerima kenyataan bahwa itu benar-benar terjadi meski itulah kenyataan sebenarnya. Panji sendiri tidak tahu sifat diamnya itu apakah sebuah bentuk pemaafan darinya atau rasa kecewanya terhadap istrinya, dia benar-benar bingung. Jika itu sebuah pemaafan, rasanya mudah sekali dia memaafkan perbuatan istrinya itu, karena itu berarti dia menerima dan menyetujui perbuatan terlarang istrinya. Mungkinkah ia memang menyukai melihat istrinya begitu? Panji benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.          “Pa.. lihat nih..” kata Anisa menunjukkan lembaran uang seratus ribuan pada Panji saat pagi hari. Tentu saja Panji bingung maksud Anisa itu. Anisa lalu tersenyum pada Panji.          “Ini uang jual dvd dari adegan yang kemarin Papa rekam itu loh..” kata Anisa menjelaskan. Apa? gila!! geram Panji. Ternyata rekaman itu benar-benar dijual. Hati Panji semakin kacau, istrinya sudah terkesan seperti pelacur dan bintang porno saja. Anisa kini malah memberikan uang itu pada Panji sambil tersenyum, entah apa yang ada dipikiran Anisa malah memberikan uang itu pada suaminya. Tapi Panji lebih bingung lagi kenapa dirinya malah menerima uang itu.          “Ntar malam datang ya pa..” kata Anisa sambil beranjak dari sisi Panji. Meninggalkan Panji yang tertunduk menggenggam lembaran uang di tangannya itu. Istrinya memintanya untuk datang lagi nanti malam? Ini sungguh keterlaluan. Panji sudah tak kuat lagi. Naruninya sudah memberontak. Dia tidak kuat untuk terus di sini menyaksikan ini semua. Semua pasti gara-gara bocah itu, Ya.. Jaka, anak itu, pikir Panji. Tangannya meremas kuat lembaran uang di tangannya itu.          Malamnya, Panji sedikit ragu apakah ia harus menerima ajakan istrinya itu lagi. Tapi entah apa yang membuat langkah kakinya berangsur dari kamarnya hingga akhirnya dia telah berada di ruang tengah. Tampak istrinya, Niko dan Jaka di sana.           “Ayo Pa.. sini..” ajak Anisa menarik tangan suaminya.     “Apa lagi Ma yang mau kau tunjukkan? Apa semua itu belum cukup hah?” tanya Panji kesal. Tampak istrinya masih berpakaian lengkap, Jaka dan Niko juga telah ada di sana. Dia betul-betul muak melihat wajah Jaka ini. Wajahnya memerah saking marahnya. Ini semua pasti gara-gara kamu bocah brengsek! Sungut Panji dalam hati.          “Kenapa Om? gak suka ya? Hehe.. Tantenya nih malah ketagihan.. iya gak tante?” kata Jaka cengengesan.     “Hush.. ngomong apaan sih kamu, ntar dihajar Om lho..” kata Anisa sambil melihat ke arah suaminya.     “Yah, cemen itu mah tante main hajar anak kecil, kita selesaikan aja di ranjang. Siapa yang paling bisa bikin tante kelojotan.. hehe” Panji geram mendengar omongan kurang ajar anak ini. Dia pikir istrinya itu apaan?          “Berani gak Om? Takut ya punya Om lebih kecil dari Jaka? Hehe..” kata Jaka melecehkan dan sungguh menghina Panji di depan istrinya sendiri.     “Mungkin sama tuh kecilnya kayak Niko” kata Jaka yang juga meremehkan anak Anisa yang dari tadi hanya berdiri di sana.     “Brengsek!!” Kata Panji mengejar Jaka dan ingin menghajarnya, tapi langkahnya dihalangi istrinya.          “Sabar Pa..” Anisa mencoba menenangkan suaminya, lalu menggoyangkan telunjuk didepannya memberi isyarat jangan. Panji kini menjadi kesal ke istrinya karena menghentikan langkahnya ini, tapi akhirnya dia bisa sedikit meredakan emosinya.          “Gimana Om? Berani tanding sama Jaka?” ajak Jaka lagi dengan nada meremehkan. Sungguh tidak mungkin rasanya menerima ajakan kekanak-kanakan bocah ini, lagian pertandingan macam apa pula itu. Apakah memang ini alasan istrinya mengajaknya lagi malam ini? Sepertinya begitu. Namun Panji akhirnya menerima ajakan Jaka bertarung dengannya. Memang gila sepertinya, tapi ia tidak ingin diremehkan bocah tanggung seperti Jaka. Lagian bisa apa bocah ini?          “Tante.. kali ini juga pakai hadiah kan?”     “Hmm? Kamu mau pakai hadiah juga? Bukannya kamu cuma mau tanding sama suami tante?”     “Iya.. biar lebih semangat tante..hehe.. “     “Dasar, emang kamu mau hadiah apa kalau menang?”          “Ngg.. gimana kalau Jaka dibolehin menghamili tante? Betul-betul sampai tante hamil anaknya Jaka. Jaka penasaran gimana anak Jaka kalau lahir dari rahim tante.. hehe” Anisa terkejut mendengarnya, terlebih Panji. Sebuah permintaan yang begitu biadab, bahkan meminta hal itu di depan suaminya sendiri.          “Hihihi.. gila kamu. Kayanya kamu emang penasaran banget yah mau bikin mama temanmu ini hamil? Tapi masa itu sih hadiahnya sayang? Gak ada yang lain?”      “Yah.. masa yang seperti kemarin-kemarin lagi sih hadiahnya.. move on dong..” kata Jaka sembarangan.          “Brengsek!! Jangan seenaknya kalau ngomong!!” geram Panji memaki bocah itu.     “Pah.. tenang.. lagian Papa gak mungkin kalah kan Pa? jadi gak apa kan Pa kalau taruhannya Jaka boleh menghamili istri Papa kalau dia menang? Mama yakin Papa pasti menang kok..” kata Anisa menenangkan. Panji sebenarnya begitu geram dengan permintaan Jaka ini. Mana mungkin ia menyetujui permintaan itu. Dia masih belum gila untuk membiarkan hal itu terjadi pada istrinya. Tapi dia merasa omongan istrinya ada benarnya, tidak mungkin ia kalah dari bocah ingusan ini. Panji tidak ingin dia diremehkan remaja tanggung seperti Jaka ini.          “Masih belum selesai tante..” potong Jaka lagi.     “Hmm? Apa lagi?” kata Anisa heran.          “Sampai tante benar-benar hamil gak boleh ada yang nyetubuhin tante, termasuk suami tante. Biar Jaka yakin kalau itu benar-benar anak Jaka.. hehe” Gila! Sungguh gila permintaan Jaka ini.           Pandangan Anisa menuju ke suaminya, meminta tanggapan suaminya tersebut.     “Terserah, dia gak bakal menang, dan kalau aku menang aku mau kamu hentikan semua ini” jawabnya. Panji pikir dia harus mengakhiri ini semua meskipun dengan cara seperti ini. Jaka sendiri hanya tertawa cengengesan mendengar persetujuan Panji itu.     “Iya pa.. tentu saja” jawab Anisa tersenyum.          Maka dimulailah pertandingan yang sebenarnya tidak masuk akal itu. Peraturannya adalah siapa yang keluar lebih lama dia yang menang. Mereka akan melakukannya bergantian dengan Niko sebagai saksinya. Jaka yang maju duluan.          “Sini tante.. Jaka tunjukin ke suami tante kalau Jaka lebih hebat.. hehe” Anisa hanya tersenyum pada Jaka dan menghampiri bocah tengik itu. Jakapun langsung menindih tubuh Anisa, mencium dan menggerayangi tubuh perempuan itu seenak hatinya di depan suaminya.          “Jaka masukin sekarang yah tante” kata Jaka sambil melirik ke Panji. Sekali lagi, Panji menyaksikan istrinya disetubuhi di depan matanya, tetapi ia tetap tidak kuasa menolak untuk menikmati pemandangan ini, sepertinya ia sudah gila.           “Ogghh.. enak tante” erang Jaka kenikmatan sambil melirik melecehkan ke Panji, membuat Panji mengepal erat tinjunya. Melihat Panji yang terpancing emosinya malah membuat Jaka cengengesan.     “Pa.. ngmmhh.. jangan.. marah yah.. Pokoknya ntar Papa harus menangin” kata Anisa menenangkan suaminya.           Cukup lama dalam posisi itu, tidak terlihat tanda-tanda Jaka akan orgasme. Anisa tidak ingin suaminya kalah dari Jaka, diapun meminta berganti posisi supaya berada di atas. Anisa ingin dia yang memegang kendali, berusaha sebisa mungkin agar Jaka cepat keluar dengan mempercepat tempo adukan penis Jaka dalam vaginanya. Sebuah pemandangan yang begitu ganjil, seorang wanita dewasa dengan tubuh ideal sedang menunggangi bocah ingusan yang kurus, hitam dan dekil, bergoyang dengan liar dan binalnya layaknya pelacur profesional, yang gilanya dilakukan di depan suaminya sendiri, dan di atas ranjang yang biasanya menjadi tempat percumbuan dia dan suaminya.          “Ayo sayang... setubuhi tante, entotin tante di depan suami tante sesuka hatimu… aargghh” erang Anisa yang sebenarnya untuk membuat Jaka semakin horni dan segera orgasme.     “Entotin tante sayang….. entotin mama temannya kamu ini, jangan kasih ampunnnn… Bikin mama temanmu ini hamil sayang… tunjukin ke suami tante bagaimana istrinya kamu setubuhi sampai hamil… ngmmhhh…”           Tapi ternyata Jaka lebih tangguh dari yang Anisa perkirakan, malah sekarang dirinyalah yang merasa akan segera orgasme. Goyangan liarnya ternyata malah menjadi bumerang baginya, membuat dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, terlebih sensasi karena disaksikan langsung oleh suaminya.           “Tante sampaaaaaaaaiiii…. Ngmmhhhh… Pa…. Aaaaaaaaahhhhh” raung Anisa sejadi-jadinya sambil melentikkan badan. Panji tidak pernah melihat istrinya orgasme sehebat itu sebelumnya, ironisnya hal itu tidak di dapatkan dari dirinya, melainkan dari remaja buruk rupa yang tidak jelas ini. Saat orgasme, Anisa bahkan melirik ke Panji dan memanggilnya, entah apa maksudnya, yang jelas membuat perasaan Panji semakin tidak karuan saat itu.          Anisa akhirnya rebah dalam pelukan Jaka, tapi dia segera bangkit dan melanjutkan goyangannya lagi, dia tidak ingin berlama-lama. Jakapun akhirnya keluar beberapa menit kemudian, tentu saja juga menumpahkan spermanya di dalam istri orang itu. Lima belas menit, itulah waktu Jaka.          “Pa.. harus menang yah.. jangan sampai mama hamil anaknya Jaka..” Kata Anisa pada Panji saat gilirannya. Tentu saja ia harus menang, pikir Panji.           Niko merasa aneh juga melihat orang tuanya bersetubuh secara langsung di depannya. Tapi ternyata semua itu masih kalah panas dibandingkan menyaksikan mamanya bersetubuh dengan pria lain. Anisa ternyata tidak merasakan sensasi seperti tadi bersetubuh dengan Jaka, bahkan dia berpura-pura orgasme karena gengsi dan malu pada Jaka dan suaminya. Anisa berusaha mengatur goyangannya agar suaminya tidak segera ejakulasi. Namun ternyata Panji terlalu meremehkan Jaka, Panji ternyata hanya mampu 10 menit. Mungkin karena tekanan yang terlalu besar pada dirinya. Ya.. Jakalah yang ternyata memenangkan pertandingan gila ini.          “Brengsek..!!” teriak Panji geram.     “Kenapa Om? marah? Terima dong kekalahan Om.. Jaka yang menang dan Om gak boleh nyentuh tante lagi.. hehe”     Tidak! apa-apaan ini! Dia tidak terima kalah dari bocah ini. Sebenarnya bukan karena masalah dia lebih cepat keluar dari Jaka, tapi istrinya akan diambil oleh bocah ini. Bahkan mungkin sampai dihamili olehnya. Ini masalah harga diri, masalah kehormatan. Kenapa aku menyetujui permintaannya tadi? Sial. Walaupun ia terlanjur menyetujuinya dan akhirnya memang kalah, tetap saja ia tidak bisa begitu saja membiarkan hal ini akan terjadi. Pandangannya beralih ke Jaka, dia begitu murka melihat bocah ini.          “Dasar brengsek!! Bajingan kamu!!” kata Panji mencengkram leher Jaka. Tapi terlihat ekspresi Jaka malah memandang remeh ke Panji.          “Semua pasti gara-gara kamu.. kau apakan istriku sampai ia jadi begini, bajingan??!”     “Ckckck.. Apa benar-benar Jaka yang salah Om? hehe..”     “Apa maksudmu brengsek?!”          “Apa Om tau Istri Om itu yang memang nakal, dia itu binal Om”     “Jangan sembarangan kalau ngomong bajingan!”     “Hehehe… Jadi selama ini Om tidak tahu? Apa om kira istri Om itu sebaik yang Om kira? Betul-betul kasihan Jaka melihat Om.. Apa om kira dia selama ini duduk manis menunggu Om pulang?”          Cengkraman tangan Panji perlahan melunak karena mendengar yang dikatakan Jaka ini.     “Apa Om kira ciuman tante Anisa waktu itu untuk Om? Apa Om kira tubuh erotisnya hanya Om yang menikmati? Apa Om juga kira hanya kita berdua yang sudah menikmati tubuh tante? Hmm? hehehe..”          “Ke.. kenapa?” kata Panji lirih. Tangan Panji kini benar-benar telah lepas dari Jaka.     “Entah lah.. mungkin karena tante Anisa memang… pelacur”     Panji begitu marahnya mendengar ucapan Jaka ini, tanpa sadar tangannya mengepal dan sudah mengangkat tinjunya.          “Stop Pa..!!” teriak Anisa membuat Panji berhenti.          “Gak ada gunanya main pukul begitu, Itu tidak akan menyelesaikan masalah” kata Anisa.     “Apa maksudmu ma?”     “Yang dikatakan Jaka memang benar, dan Papa sudah menyaksikannya bukan? Bahkan Papa sendiri yang merekamnya. Sebenarnya Mama tidak ingin Papa mengetahui rahasia Mama ini, Mama juga sebenarnya hanya ingin sedikit bersenang senang dan mencoba sesuatu yang baru, tapi mama terlanjur menikmati sensasi ini. Mama juga ingin tahu, apa Papa menikmati melihat ini semua? Papa suka kan melihat istri Papa disetubuhi orang di depan mata sendiri? Papa suka kan Mama jadi pelacur orang lain?”          “Tidak.. mana mungkin!!”     “Lalu kenapa Papa hanya diam? Marahin kek, tampar kek.. lakukan sesuatu untuk menyelamatkan istrimu!!”          Panji terdiam mendengar ucapan istrinya. Menyelamatkannya? Apa maksudnya?           “Apa papa tahu bahwa walaupun mama menikmati sensasi itu mama juga sedikit berharap kalau Papa melakukan sesuatu untuk menghentikan mama? Apa papa tahu kenapa mama hanya tersenyum melihat Papa tidak berbuat apa-apa? Mama merasa kecewa di balik itu!”          Hati Panji remuk mendengar itu. Jadi itukah arti senyuman istrinya? Senyuman yang dipancarkan istrinya karena dirinya yang hanya bisa diam selama ini? Istrinya berharap pada dirinya untuk menyelamatkannya dibalik itu, tapi.. kenapa dia malah menikmati istrinya disetubuhi di depan matanya!! Istrinya disana disetubuhi pria lain dan dia hanya diam!! Dia seharusnya melakukan sesuatu. Bukan hanya diam dan malah terhanyut menikmati pemandangan itu. Ini salahnya, dia betul-betul merasa seperti sampah karena tidak bisa menyelamatkan istri dan keluarganya. Dada Panji terasa sesak. Langit bagaikan menghimpitnya saat itu.          “L..lalu bagaimana hubunganmu dengan anakmu sendiri itu?” Katanya melihat ke arah Niko.      “Itu memang salah mama, mama terlalu menikmatinya. Tapi bukankah tadi sudah mama bilang kalau mama hanya mencoba menikmati sensasi yang baru? dan sebenarnya tugas Papalah yang menghentikan itu semua setelah mengetahuinya!! Bukan malah diam dan menikmati itu juga!!”          Hatinya makin remuk mendengar kenyataan itu, Panji jatuh tersimpuh. Jadi itukah yang sebenarnya diharapkan istrinya? Walaupun istrinya menikmati permainan nakalnya tapi ternyata di lubuk hatinya ia juga ingin diselamatkan olehku? Dia berharap aku untuk membawanya kembali dan menyadarkannya. Tapi.. aku malah membiarkannya makin tenggelam, tidak berusaha menariknya keluar dan malah ikut menikmatinya? Tuhan.. apa yang aku lakukan… kenapa jadi begini? Sial.. brengsek!!          “M..maaf..” kata Panji lirih, hanya itu yang bisa dia katakan setelah menyadari kesalahannya. Air matanya menetes menyesali dan mengutuk perbuatannya sendiri. Anisa tersenyum pada Panji.          “Terlambat Pa.. Seharusnya Papa melakukannya saat pertama kali mengetahuinya. Sekarang sudah terlalu dalam untuk mama kembali, mama sudah terlanjur menikmatinya. Sekarang mama malah tidak bisa hidup jika tidak melakukan hal itu. Walaupun tadi mama sangat berharap kalau Papa menang, tapi ternyata cara itu juga tidak membantu. Jadi sekarang istrimu ini milik Jaka dan akan mengandung anaknya, begitu kan Pa perjanjiannya?”          Anisa hanya melihat suaminya yang tertunduk dan menangis karena penyesalannya itu.     “Sudah selesai Pa ngomongnya? Mama mau lanjutkan bermain dengan Jaka dan Niko, apa Papa masih mau lihat?”      Panji masih tertunduk sambil bersimpuh di sana. Panji semakin tidak kuat menahan beban di hatinya. Ini sungguh menyiksanya.          “Ups.. sepertinya tidak yah? Ya sudah.. sampai nanti Pa” kata Anisa beranjak dari sana berbalik dari hadapan suaminya, hingga ia hilang dari pandangan Panji dibalik tembok.     “Hehehe.. Sampai jumpa Om..” tambah Jaka.      “Maaf pa..” kata Niko juga sambil berlalu meninggalkan Papanya.          Tinggallah Panji seorang diri disana yang terus meraung menyesali perbuatannya. Sakit, sakit dan sakit, itulah yang Panji rasakan saat ini. Dia tidak menyangka kenyataannya malah menjadi seperti ini. Ternyata yang sebenarnya terjadi tidak seperti yang dia pikirkan, ini di luar dugaannya, termasuk pertandingan aneh itu yang sebenarnya ditujukan padanya agar bisa menyelamatkan istrinya, tapi dia tetap tidak bisa. Sampai nanti? Seharusnya ucapan selamat tinggal yang diucapkan istrinya karena ia tidak sanggup untuk melihat wajah istrinya lagi setelah ini. Lebih baik ia yang pergi dari sini,membawa semua rasa sakitnya itu.          Panji putuskan untuk keluar dari rumahnya sendiri saat itu juga. Biarlah ia bawa semua lukanya dari rumah itu. Dia memutuskan untuk tidak akan pernah kembali lagi. Dia kehilangan istrinya. Kehilangan orang-orang terkasihnya. Semua karena sifat keragu-raguan dan plin-plannya itu.          Panji akhirnya memutuskan hidup sendiri di rumah barunya di luar kota, ia tidak tahu dan tidak ingin tahu bagaimana keadaan istrinya lagi. Anisa dan Niko pun juga demikian, mereka tidak tahu sama sekali kabar suami dan ayahnya itu.           Berbeda dengan mereka semua, Jaka memperoleh kesenangan dibalik penderitaan mereka tersebut. Dia kini betul-betul sepuasnya menyetubuhi istri Panji tersebut, ya.. hingga betul-betul Anisa hamil anaknya. Niko sendiri hanya diperbolehkan mendapat bagian selain menikmati vagina yang hanya khusus untuk Jaka. Niko hanya boleh menyetubuhi ibunya lewat belakang atau mulut ibunya saja, begitu juga dengan teman–teman Jaka yang masih sesekali datang.          Anisa kini telah hamil lima bulan. Saat Anisa hamil, Niko dan Jaka masih juga menyetubuhinya. Bahkan melakukan trisome dengan tubuh hamilnya dijepit tubuh Jaka dan Niko.           “Puas kamu Jaka? Sekarang tante.. udah betul-betul hamil anak kamu..” kata Anisa terengah-engah karena permainan mereka bertiga barusan. Jaka dan Niko sendiri sedang asik menyusu pada Anisa.     “Benar tuh anaknya Jaka tante? Sebelum hari itu kan tante juga pernah dikeroyok mereka, Niko juga ikut..” kata Jaka disela-sela aksinya meminum susu.          “Ihh.. kan kamu yang paling banyak tumpahin di dalam.. anggap aja anaknya kamu.. hihi”     “Hehe.. iya deh, makasih yah tante.. Jaka jadi penasaran gimana hasilnya anak Jaka” kata Jaka mengusap-ngusap perut Anisa yang sudah membuncit itu.          “Huu.. yang pasti anaknya bakal cakep kaya mamanya dong.. hihi” tawa Anisa renyah.     “Jadi maksud tante, Jaka jelek gitu??” kata Jaka pura-pura kesal.     “Hahaha… iya dong.. emang kamu ganteng gitu??” Mereka pun tertawa dengan riangnya.     “Hehe.. biarin, yang penting bisa hamilin cewek cakep..”     “Dasar..” kata Anisa sambil mencubit gemas perut Jaka.          “Niko.. berarti sekarang gue ini bapak lo ya.. huaahahahaa..” kata Jaka ke Niko dengan tawanya yang menyebalkan itu. Niko hanya berusaha tersenyum, di hatinya tentu saja dia tidak terima temannya itu menggantikan posisi Papanya.           “Dasar kamu.. jangan mau ya Niko manggil dia Papa.. gak pantas.. hihi” kata Anisa sambil tertawa ke Niko.      “Dari pada Papa lo yang pengecut yang kini ntah kemana, mending gue aja yang lo panggil Papa.. huahahaha..” ejek Jaka melecehkan, terdengar sangat menyakitkan bagi Niko karena Papanya dihina begitu.     “Ihh.. kamu kok ungkit-ungkit lagi sih, pokoknya gak pantas kamu dipanggil Papa sama anak-anak tante..” balas Anisa.     “Pa..pa..”     Mereka terkejut siapa yang ngomong barusan, tapi ternyata itu Windy. Windy yang selama ini hanya bisa ngomong mama akhirnya bisa ngomong papa.          “Windy..?” Anisa terkejut sekaligus senang akhirnya bayinya bisa ngomong papa, diapun bangkit untuk menggendong Windy dari atas kereta bayinya.     “Hehehe.. tuh Tante, Windy aja bilang papa.. huahahaha..”     “Coba lagi sayang.. pa..pa.. coba” kata Anisa mendikte bayinya dan menghadapkannya ke Jaka.     “Papa..” balas Windy imut lalu tertawa sendiri dengan lucunya. Sungguh tragis memang, kata papa yang pertama terucap bukan ditujukan pada Papa kandungnya Panji, tapi malah ke remaja buruk ini.          “Kamu nakal yah sayang.. udah Mama bilang jangan panggil Om Jaka Papa.. ya udah deh.. nih sama Papa kamu.. hihihi” kata Anisa cekikikan meletakkan Windy ke pelukan Jaka.     “Duh.. tante, Jaka gak bisa gendong bayi..”          “Ye.. belajar dong.. kamu kan Papanya.. rasain, jagain tuh anak kamu.. iya kan Windy cayang.. coba panggil lagi papanya” Dan lagi, Windy mengatakan kata papa berkali-kali dengan lancarnya.      “Hehe.. jangan papa papa terus dong Windy.. coba bilang kontol, memek, peju.. ayo coba..” kata Jaka mulai mengajarkan yang tidak-tidak ke Windy, tapi Anisa malah tertawa mendengar hal tersebut.          “Hihihi.. Jaka! kamu ini.. masa ajarin ngomong gitu sih.. bikin rusak anak tante aja” Bisa-bisanya Anisa ngomong gitu, padahal dia lah yang lebih sering memperdengarkan omongan vulgar ke Windy, bahkan memperlihatkan mamanya bersetubuh didepan anaknya.     “Biarin tante.. kan Jaka yang sekarang jadi Papanya..”     “Dasar kamu.. Papa baru kamu cabul banget tuh Windy.. Hihi”          Untung saja Windy tidak langsung bisa mengatakan hal-hal yang baru saja diajarkan Jaka. Tapi usianya akan terus bertambah, bisa saja beberapa waktu ke depan Windy yang semakin terbiasa mendengar hal-hal cabul mulai bisa mengucapkannya. Ntah perkataan apa yang bisa diucapkan Windy setelah ini. Terlebih Anisa sampai saat ini masih sering memperlihatkan mamanya sedang bersetubuh dan memperdengarkan kata-kata vulgar ke Windy.          “Kalau gitu Jaka juga boleh dong manggil tante Mama atau sebut Anisa aja? Hehe”     “Huh, dasar kamunya gak mau kalah.. iya-iya, suka-suka kamu deh”          “Hehe.. Anisa, kita ngentot lagi yuk..” pinta Jaka cabul tanpa sungkan-sungkan lagi. Niko sendiri merasa aneh mamanya dipanggil hanya dengan nama begitu oleh temannya.     “Hah? Belum puas apa kamu?”          “Belum.. hehe..”     “Huh dasar.. Niko.. kamu keluar dulu yah.. Mama sama Papa baru kamu mau lanjutin mesra-mesraan dulu, kayanya Papa baru kamu ini belum puas juga pejuin rahim Mama kamu, padahal kan udah hamil gini. Kamu tolong jaga Windy dulu yah..” kata Anisa mengambil Windy dari Jaka lalu menyerahkannya ke Niko.           “Kamu main ama kakak kamu dulu yah cayang.. masa liat mama ngentot terus sih.. ntar badan kamu bau peju lagi.. gak mau kan? hihi” kata Anisa ke bayinya. Mau tidak mau Niko akhirnya keluar juga meninggalkan mereka berdua bermesraan di dalam sana. Ya.. ibunya telah diambil Jaka seutuhnya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, walau perih tapi Niko tetap berusaha menikmatinya juga.          “Ma..” panggil Niko ke mamanya sebelum keluar menutup pintu.     “Ya sayang? Ada apa?”      “Besok ini Niko yang gantian hamilin Mama boleh yah Ma?” pinta Niko memelas. Anisa tersenyum mendengar permintaan anaknya itu. Sepertinya anaknya juga penasaran bagaimana rasanya menghamili ibu kandungnya sendiri, bagaimana rasanya membuat anak sekaligus adiknya dari rahim ibunya kandungnya itu.          “Iya.. boleh sayang.. boleh banget malah..” jawab Anisa lembut sambil tersenyum manis pada anaknya itu.     “Wah.. Makasih Ma..” Niko kegirangan mendengar persetujuan mamanya.     “Duh.. kayanya Mama bakal punya banyak anak deh habis ini.. hihihi” sambung Anisa bercanda disertai gelak tawa mereka.    

Tidak ada komentar

Latest Articles